Tante Tara menunduk berkali-kali sambil minta maaf kepada petugas polisi. Aku jadi merasa bersalah sudah membuat kehebohan di stasiun, ditambah membuat Tante Tara panik.
Ternyata, tadi aku muncul di Stasiun Depok. Entah bagaimana aku bisa terpental begitu jauh dari Stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Depok. Misteri hubungan antara dungeon satu dengan yang lainnya memang sulit dimengerti.
Sesampai di kantor polisi, mereka mulai menginterogasi dan terbukti bahwa aku bukan gelandangan. Aku juga bukan orang gila karena masih mengingat baik kontak Tante Tara. Mereka lalu menghubungi Tante Tara untuk menjemputku di pos polisi. Tante Tara tiba membawa jubah anduk miliknya dan memberikannya padaku untuk dikenakan sementara.
“Kelakuan Hunter memang suka diluar nalar, tapi tolong jangan berkeliaran tanpa busana seperti tadi!” Pesan petugas polisi kepadaku.
“Baik Pak, maaf, saya diserang monster sampai pakaian saya robek semua, saya malu keluar dan bersembunyi di dalam stasiun,” aku membuat pengakuan palsu, tapi setidaknya ini masuk akal dengan alur kejadian di tempat.
“Baiklah, kamu boleh pergi,” kata petugas polisi satunya.
Setelah itu, aku masuk ke mobil Tante Tara, masih menunduk karena malu. Tante Tara mengenakan sabuk pengaman sambil menghela napas panjang.
“Kamu tidak pulang sampai tengah malam, tidak bisa dihubungi, aku sangat khawatir,” kata Tante Tara. Belum pernah aku melihat raut wajahnya secemas itu Diluar dugaan, ia tidak membahas soal aku yang muncul dalam keadaan bugil. Syukurlah.
“Maaf Tante,” ucapku, pelan. “Tidak hanya baju, ponselku juga rusak saat di dalam dungeon.”
“Kamu ada uang? Nanti Tante pinjamin dulu buat beli ponsel baru ya, kamu butuh itu kan untuk mendapatkan info dari Asosiasi Hunter.”
“Tidak usah tante, aku masih ada tabungan, cukup kok buat beli handphone second,” tolakku, tidak enak kalau sampai merepotkan Tante Tara lagi.
“Ya sudah, bilang saja nanti kalau butuh uang tambahan atau yang lainnya ya.”
Aku mengangguk. Mobil pun melesat meninggalkan Depok dan kami kembali ke rumah Tante Tara di Jakarta Barat. Saat di perjalanan, tiba-tiba muncul layar biru setengah transparan di depanku.
Tring!
[Notification! Mulai hari ini Player wajib mengerjakan Daily Quest]
[Daily Quest! Membaca buku 60 menit (0/1)
Menyiram tanaman (0/3)
Lari 1 kilometer (0/1)
Push up (0/100)]
Mataku mengerjap. Layar sistem ini muncul lagi, artinya yang tadi terjadi di pantai tak berpenghuni memang nyata. Ditambah, sepertinya Tante Tara tidak menyadari kehadiran layar sistem di depanku ini.
“Tante Tara,” aku memanggil..
“Hm?”
“Tante lihat papan ini tidak?” aku menunjuk ke layar sistem.
“Papan yang mana? KF Chicken?” Tante Tara malah merujuk ke papan reklame di pinggir jalan. Berarti tidak ada yang bisa melihat sistem ini selain diriku.
“Oke, kita mampir dulu ke KF Chicken ya, kamu pasti belum makan.”
“Eh?” Aku terkejut. “Tante, bukan itu maksudku!”
Gawat, Tante Tara malah jadi mengira aku ngode untuk dibelikan paket ayam.
“Tidak apa-apa Arka, Tante juga belum makan tadi,” balasnya sambil tersenyum maklum.
Akhirnya kami tidak langsung pulang, tapi mampir dulu ke salah satu gerai ayam untuk makan malam. Padahal aku ingin cepat-cepat pulang dan memeriksa seluruh fitur sistem ini!
...***...
Rasanya lebih segar setelah mandi. Aku duduk di atas kasur, memperhatikan layar sistem yang masih menggantung di udara. Layar biru setengah transparan itu ternyata interaktif dan bisa dioperasikan saat jariku menyentuhnya, seperti menggeser layar atau menekan pilihan-pilihan menunya. Ini mengingatkanku pada menu kontrol di dalam game.
Ada beberapa tabulasi di menu utama. Yang pertama adalah status. Saat kubuka, layar itu menampilkan profilku secara umum. Aku membacanya dengan seksama.
Name: Arkana Ganendra | Level: 2
Race: Human | Job: -
Element: - | Path: -
Title: -
Guild: - :
Pet: -
Selain nama dan ras, semuanya kosong. Menyedihkan sekali melihat status profil ini. Kukira saat aku mendapatkan berkah “Revive” dan dihidupkan kembali efeknya akan sama seperti Rebirth, tapi ternyata status elemenku masih kosong. Apa itu artinya aku masih sama seperti Arka yang dulu? Bukan seorang Hunter.
Sudahlah, aku akan melanjutkan cek tulisan di bawah status profil tadi. Masih ada beberapa informasi lainnya.
HP: 120
MP: 120
STR: 2 | INT: 2
VIT: 2 | DRB: 2
DXT: 2
Status point: 0
HP ini maksudnya jumlah nyawaku? Kecil sekali, pantas sekali tebas aku langsung mati. Lalu ada MP, berarti jumlah mana. STR ini Strength, semakin tinggi angkanya seharusnya kekuatan fisikku juga semakin besar. Lalu ada INT, ini adalah Intelligent yang merujuk ke kekuatan sihir dan jumlah mana. Ada VIT, ini seperti Vitality, artinya untuk meningkatkan jumlah HP. Lalu DRB atau Durability untuk meningkatan daya tahan tubuh. Terakhir ada DXT atau Dexerity, ini biasanya berkaitan dengan kecepatan.
Pada titik ini, aku bersyukur menghabiskan banyak waktu dengan bermain game sehingga bisa memahami semua tulisan di layar menu ini. Benar-benar seperti game dan aku adalah playernya.
Sambil menengadah, aku memejamkan mata.
Jika aku player, mungkinkah diluar sana ada yang memainkanku?
Pertanyaan yang tidak akan ada habisnya kalau kupikirkan, lebih baik aku mengecek fitur lainnya di menu sistem ini. Jariku pun bergeser mengganti tab menu di sebelah yang bertuliskan “Inventory”.
Mataku terbelalak. Ada 100 slot kosong di tabulasi tersebut. Bahkan di bagian bawah kolom terakhir masih terdapat simbol (+), itu artinya jumlah slot ini masih bisa bertambah. Aku ingat, di antara para Hunter ada beberapa yang memiliki kemampuan sihir manipulasi ruang, orang-orang ini mampu menciptakan ruang kosong seperti fitur inventory, tapi Hunter tipe ini bahkan biasanya tidak bisa menciptakan lebih dari 10 ruang karena itu memakan energi sihir dalam jumlah besar.
“Luar biasa, aku tidak perlu membawa banyak barang lagi setelah ini,” ucapku, senang.
Gariku menggeser layar dan membuka tab menu selanjutnya yang bertuliskan “Skill Tree”. Dadaku berdegup kencang, kalau ada halaman “skill”, harusnya cepat atau lambat aku akan punya kemampuan yang bisa digunakan juga. Penasaran, aku begitu bersemangat untuk mengecek kemampuan yang kumiliki.
“Lah, kok?”
Halaman itu kosong. Tidak ada informasi apa pun. Hatiku remuk, perasaan berdebar-debar itu hilang seketika berganti kekecewaan.
“Sial, padahal aku sudah senang tadi.”
Masih ada dua fitur lainnya, tapi terkunci. Saat aku menggeser layar muncul pesan notifikasi.
[Level Anda terlalu rendah]
Baiklah, aku akan giat menaikkan level kalau begitu, supaya fitur-fitur lainnya di sistem bisa terbuka. “Semangat Arka!” seruku sambil mengacungkan tangan kanan yang terkepal.
“Eh, tunggu, apa itu?”
Mataku menangkap sebuah ikon berbentuk pesan yang sejak tadi berkedip-kedip. Ketika kusentuh, muncul layar kuning setengah transparan.
Tring!
[Anda menerima reward Beginner Kit Chest]
Dibawah pesan itu terdapat kolom berisi gambar peti merah kecil. Ketika kusentuh, muncul layar pemberitahuan lainnya.
[Apakah Anda akan membuka Beginner Kit Chest?]
Jariku menekan tombol dengan tulisan “YA”.
Tring!
[Anda memperoleh item dari Beginner Kit Chest:
Small Heal Potion 10
Small Mana Potion 10
Energic Drink 5]
[Anda memperoleh Passive Skill “Clairvoyance”]
[Anda memperoleh Active Skill “Heal”
Anda memperoleh Active Skill “Shadow Move”]
Mataku membulat seketika membaca pesan tersebut. “Skill? Aku dapat skill?” Aku melonjak-lonjak di atas kasur, kegirangan.
“Shadow Move” terdengar keren. Aku harus mengecek informasi skill itu.
Kubuka lagi layar bertuliskan “Skill Tree”. Kini halaman itu tidak kosong, ada dua kotak di sana. Kotak pertama memiliki simbol angka plus hijau, kotak disebelahnya bergambar langkah kaki hitam dan simbol panah ke atas. Muncul inforamasi penggunaan skill.
[Heal: Menyembuhkan luka di fisik dan memulihkan 30 HP. Mengonsumsi 10 mana setiap penggunaan].
[Shadow Move: Ketika diaktifkan tubuh akan menghilang selama 10 detik. Meningkatkan DXT 15, STR 5. Mengonsumsi 30 mana setiap penggunaan].
“Keren! Ini seperti assassin!” Aku merujuk pada skill Shadow Move yang baru kudapatkan. “Heal juga tidak buruk karena aku mudah terluka di dalam dungeon.
Aku teringat masih ada satu skill lagi, yaitu Clairvoyance.
[Clairvoyance: Player dapat membaca status dan informasi apa pun. Pasif skill dapat diperbarui otomatis sesuai dengan meningkatnya level pengguna]
Aku tidak tahu cara mengaktifkan pasif skill. Namun, aku mencoba saja mengikuti di manga yang pernah kubaca. “Aktifkan Calirvoyance,” ucapku.
Sistem itu merespon perintahku. Muncul percikan warna-warni di sekitar kepalaku. Tiba-tiba mataku terasa sedikit perih, jadi aku memejamkan mata sesaat, lalu ketika membuka mata aku dapat melihat garis bar merah dan biru di pojok kiri atas pandanganku. Dilihat dari angka yang tertera, itu adalah garis bar HP dan mana.
Tidak hanya itu, saat aku memandangi suatu objek, akan muncul nama benda dan keterangannya. Misal, saat ini aku memandangi meja belajar.
[Nama: Meja Belajar
Keterangan: Terbuat dari kayu jati, dibeli 15 tahun lalu di Toko Meubel Adijaya Jepara, kualitas sudah menurun 35% sejak terakhir kali dibeli].
“Keren, hanya dengan menatap, aku bisa mendapat informasi apa pun saat di dungeon, tidak perlu buka buku panduan yang berat itu lagi!”
Aku tenggelam dalam antusiasme. Ingin rasanya nanti pagi langsung masuk ke dalam dungeon. Eh tidak, lebih baik aku beristirahat dulu hari ini. Kalau tidak salah aku juga punya Daily Quest. Aku harus mengerjakannya nanti.
Aku akan naik level dengan cepat dan menjadi Hunter yang kuat.
...***...
Napasku tersengal-sengal, pandanganku mulai kabur dan kedua kakiku sangat pegal. Ini sudah kesepuluh kali aku memutari jogging trek di taman kompleks.
“Satu kilometer, masih jauh ya?”
Wajahku sudah merah padam, peluh membanjiri baju hitamku yang ketat dan memperlihatkan lipatan lemak.
Saat layar biru setengah transparan di depanku muncul, seketika aku berhenti berlari dan langsung menjatuhkan diri di atas rumput. Aku telentang, dadaku naik turun mengatur napas yang tidak karuan.
“Aku benci lari!” keluhku.
Tadi subuh aku berangkat untuk mengerjakan Daily Quest. Aku memutuskan untuk memulai dari yang paling berat, yaitu lari satu kilometer. Aku tidak suka olahraga. Saat di SMA pun, pelajaran yang paling kubenci adalah olahraga. Ini bukan tanpa alasan. Aku sering diejek oleh teman-teman karena tidak bisa melakukan gerakan dasar seperti roll depan atau roll belakang.
Aku juga lambat dalam berlari, selalu tertinggal di belakang lalu disoraki saat hampir sampai garis finish. Ini membuatku makin membenci olahraga. Namun, karena “lari” dijadikan Daily Quest oleh sistem, aku tidak ada pilihan selain melakukannya.
Tekadku sudah bulat, aku harus segera naik level. Aku tidak mau mengeluh mengerjakan ini semua.
“Hufh, baiklah, selanjutnya push up!”
Aku berpindah ke bawah pohon mangga di pinggir taman. Sambil menghitung, aku mulai menurun-naikkan lenganku.
Anjrit, berat banget! Sikutku gemetaran!
Aku roboh di hitungan keempat. Ini jauh lebih berat daripada dugaanku. Ternyata lari masih lebih baik daripada push up.
“Semangat Arka!” Aku berteriak sambil kembali mengambil posisi push up.
Walau seluruh sendi di tubuhku sudah sakit, akhirnya aku berhasil mendapatkan 100 push up. Aku membalikkan badan dan kembali tiduran dengan posisi telentang. Langit yang tadi gelap sudah berganti terang. Kulirik ke jam digital di pergelangan tangan, ternyata sudah pukul setengah tujuh.
Sekitar lima belas menit kemudian, aku pun memutuskan untuk pulang. Aku meringis saat menggerakkan lengan, mungkin kram karena otot-ototku tidak pernah dipaksa bekerja sekeras ini.
Aku berjalan keluar dari area taman dan melewati deretan rumah-rumah bertingkat dua. Di perempatan dekat rumah, aku melihat tukang bubur langgananku sudah mulai berjualan. Perutku berbunyi saat tidak sengaja mencium aroma bawang goreng dan kaldu yang merebak dari gerobaknya.
“Mang Asep!” sapaku sambil duduk di salah satu kursi plastik.
“Widih, Arka? Abis olahraga kamu?” tanya Mang Asep. Ia bisa menebaknya karena wajahku yang tampak kelelahan, ditambah aroma keringat yang cukup kuat.
“Iya Mang,” jawabku. “Bubur satu ya, seperti biasa, tidak pakai kacang.”
“Oke!”
Mang Asep dengan cekatan meracik pesananku. Saat menyerahkan mangkok bubur yang penuh dengan topping kerupuk dan taburan bawang goreng, aku memperhatikan matanya menatap lekat wajahku. Agak risih rasanya dipandangi oleh sesama laki-laki.
“Kenapa Mang?” tanyaku sambil mulai makan bubur.
“Arka, kamu yang di video viral itu ya? Kamu Hunter kan?”
“Viral apa?”
Mang Asep menyodorkan handphone-nya padaku. Disana terputar sebuah video. Mataku langsung melotot. Video itu menampilkan Hunter bertubuh gemuk yang telanjang di dalam stasiun. Takarir di bawah video itu tertulis, “Hunter bugil di stasiun.”
Aku merasakan kupingku menghangat. Jariku menggeser kolom komentar di video itu, tidak ada satu pun yang menyebut namaku. Sepertinya mereka tidak tahu, jadi aku akan pura-pura tidak kenal juga.
Sambil mengembalikan handphone Mang Asep, aku menggeleng kuat-kuat. “Bukan, bukan aku ini!”
“Yah, kirain, kan lumayan temenan sama Hunter viral.”
“Ya siapa juga yang mau viral kayak gitu,” jawabku, mewakili lubuk hati terdalam.
“Siapa tahu kan? Banyak Hunter-Hunter yang malah jadi konten kreator, bukannya kerja basmi monster di dungeon!” sungut Mang Asep.
Aku mengangguk setuju. Tidak semua Hunter benar-benar menjalankan fungsinya sebagai pemburu monster. Ada beberapa Hunter yang justru lebih suka jadi konten kreator dan mereka sangat terkenal.
“Makasih ya Mang, ini uangnya,” kataku sambil menyerahkan uang sepuluh ribu.
Sesampai di rumah, aku langsung menyambungkan selang dengan keran. Lalu mulai menyiram satu per satu pot bunga milik Tante Tara.
Tante Tara yang sedang lewat di depan pintu kaget melihatku menyiram tanaman. “Arka, tumben?” pekiknya.
“Lagi pengen bantu-bantu, Tante,” jawabku. Tidak sepenuhnya bohong, aku memang suka membantu Tante Tara, soalnya dia baik padaku.
“Makasih ya Arka,” sahut Tante Tara dari dalam rumah.
Semua pot tanaman sudah kusiram. Aku melihat ke layar biru setenga transparan yang muncul dan menampilkan progress pengerjaan Daily Quest.
[Daily Quest
Membaca buku 60 menit (0/1)
Menyiram tanaman (3/3)
Lari 1 kilometer (1/1)
Push up (100/100)]
Oke, tinggal baca buku.
Setelah mandi dan berganti pakaian, aku mulai mengeluarkan koleksi komikku. Perintah di sistem bukan menyebutkan jumlah, tapi durasi membaca. Jadi, aku mulai membaca salah satu komik favoritku mulai dari volume 1.
Misi yang menyenangkan ini berakhir dalam sekejap mata. Aku suka membaca, terutama komik, jadi bukan masalah besar bagiku. Begitu aku menyelesaikan misi harian terakhir, terdengar suara sistem.
Tring!
[Daily Quest
Membaca buku 60 menit (1/1)
Menyiram tanaman (3/3)
Lari 1 kilometer (1/1)
Push up (100/100)]
[Anda menyelesaikan Daily Quest]
[Reward: Status point 3]
[Anda telah naik level!]
[Anda mendapatkan Achievement “Kegagalan adalah Kesempatan untuk Bangkit Kembali”]
[Reward: Golden Ticket Express]
Di dalam game, Achievement adalah bonus yang diberikan kepada Player yang mencapai tujuan tertentu, baik itu di dalam misi utama atau diluarnya. Dalam kasusku, mungkin Achievement ini diberikan karena aku berhasil menunjukkan tekadku untuk bangkit kembali.
Aku membuka kotak Inventory untuk melihat item yang baru kudapatkan. Ada sebuah ikon berbentuk tiket emas di sana.
[Golden Ticket Express: Tiket kereta terbatas untuk mengakses Infinity Train. Anda belum dapat menggunakan item. Persyaratan: Level 5]
“Level 5?” Aku menggeser layar ke status profil untuk mengecek peningkatan levelku..
Name: Arkana Ganendra | Level: 3
Race: Human | Job: -
Element: - | Path: -
Title: -
Guild: - :
Pet: -
HP: 130
MP: 130
STR: 3 | INT: 3
VIT: 3 | DRB: 3
DXT: 3
Status point: 3
Aku berdecak kagum melihat peningkatan pada statusku. Setelah kuperhatikan lagi, ternyata setiap kenaikan level akan menambah +1 poin ke setiap atribut dasar.
“Bagaimana kalau aku tingkatkan lagi pakai status poin?” Aku menggerakan jari, berniat memasukkan status poin ke salah satu atribut dasar, tapi niat tersebut kuurungkan.
“Tidak, kalau sampai salah mengisi nanti malah repot, tidak bisa reset status soalnya.”
Aku mempertimbangkan ulang, lebih baik mengumpulkan status poin dulu, baru nanti dimasukkan ke atribut yang paling sesuai dengan gaya bertarungku.
Aku menutup layar sistem. Tujuanku sekarang adalah meningkatkan status sampai level 5. Rasanya tidak hanya fisikku yang dihidupkan kembali, tapi juga semangatku. Dadaku dipenuhi oleh gairah untuk bertambah lebih kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
canvie
wkwkwkwkwk...
2023-06-14
1
ᵉˢʰᵃˡ
Wkwkwkwk
2023-06-11
1
Evenflow
Aku paling malas baca system pake pinalty atau hukuman, kesannya pake pamrih gitu, apalagi systemnya datang sendiri tanpa sepersetujuan usernya. Nolong kok setengah-setengah. Good bye
2023-06-08
1