Bab 7: Cornfield Dungeon

Kereta yang kunaiki keluar dari terowongan. Mataku membulat melihat ladang jagung yang tak berujung menghampar di sekitar rel kereta. Tanaman berdaun hijau itu tampak bergoyang perlahan oleh embusan angin. Sulit menyebut tempat ini sebagai dungeon, pemandangannya sangat indah dan menenangkan.

Laju kereta melambat dan akhirnya berhenti di stasiun dungeon. Aku turun dari Infinity Train, menoleh ke belakang untuk melihat kereta itu terakhir kalinya sebelum melesat pergi meninggalkanku sendirian di dungeon.

“Tunggu, keretanya langsung pergi begitu saja?” Aku seketika panik.

Biasanya, DRT tidak meninggalkan Hunter di dalam dungeon. Kereta baru akan berangkat setelah Hunter kembali ke kereta. Namun, Infinity Train bekerja dengan cara yang berbeda. Kereta itu meninggalkanku 30 detik setelah kakiku menjejak tanah.

“Mau tidak mau aku harus menuntaskan misi di dungeon ini ya?” Aku bergumam sendiri.

Memang seperti ini cara kerja sistem. Saat di pantai tidak berpenghuni pun seperti itu, pintu keluarnya baru muncul setelah aku menyelesaikan misi. Aku menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Hatiku sudah mantap, kulangkahkan kaki menuju ke jalan kecil yang terbentuk di antara sela-sela tanaman jagung setinggi dua meter.

Tring!

[Quest: Kalah Boss Dungeon (0/1)

Reward: ???

Pinalty: Kematian]

Aku membaca pesan dari sistem. Jantungku jadi berdegup kencang saat membaca tulisan “bos dungeon”. Selama ini aku hanya menonton Hunter bertarung melawan bos, tidak pernah terbayangkan suatu hari nanti diriku yang akan bertarung dengan bos dungeon sendirian.

Di dalam hamparan tanaman-tanaman jagung, matahari terasa sedikit lebih redup karena tertutup oleh dedaunan jagung hijau yang tebal. Suasana menjadi semakin tegang dan misterius, meningkatkan rasa was-was dalam hati. Aku merasa seperti masuk ke dalam dunia yang asing dan tak dikenal.

Tring!

Muncul pesan dari sistem lagi. Kali ini apa?

[Quest:

Kalahkan Gwantail {0/100)]

Kalahkan Corn Bandit (0/100)]

Monster apa lagi ini?

Rasanya aku ingin memaki sistem. Mendapatkan satu quest saja sudah cukup berat, tapi ini malah ditambah dengan misi lain. Membunuh seratus monster? Membunuh lima ekor saja aku butuh setengah hari lebih. Aku mulai khawatir, berapa lama aku akan menghabiskan waktu di dalam dungeon ini kalau harus membunuh monster sebanyak itu.

Terdengar suara daun bergesek yang cukup keras. Aku terkejut dan langsung menoleh ke sumber suara tersebut. Fokusku sepenuhnya tertuju ke arah dua tangkai batang jagung yang bergoyang-goyang dengan kasar.

Aku dikejutkan oleh kemunculan monster berbentuk tikus. Tikus itu melompat ke arah wajahku. Refleks, tubuhku menghindar. Aku cukup terkejut merasakan gerakan tubuhku yang lebih cepat dan ringan dibanding biasanya.

“Jadi ini efek karena peningkatan atribut DEX,” gumamku sambil tersenyum. Rasa takutku sedikit berkurang.

Aku mengaktifkan skill Clairvoyance, muncul nama dan garis bar HP di atas kepala monster itu. Namanya Gnawtail, huruf yang tertulis berwarna putih, ia memiliki satu garis bar HP. Gnawtail memiliki panjang tubuh setengah meter, tingginya kira-kira selututku. Bulu-bulunya berwarna ungu pucat dan berdiri tajam. Kedua telinganya runcing, matanya merah dan moncongnya rucing. Keempat tungkainya memilki kuku yang panjang dan tajam.

Gnawtail mendecit dan lompat lagi ke arahku. Adrenalin terasa mengalir ke sekujur tubuh, berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku tidak akan mundur. Kukerahkan semua tenaga ke pukulan di tangan. Pukulan itu mengenai wajah Gnawtail, sangat keras sampai monster itu terlempar dan menabrak beberapa batang tanaman jagung. HP Gnawtail tersisa sedikit, tanpa menunggu, aku menghampirinya dan menginjak monster itu sampai mati.

Napasku terengah-engah, mengatur euforia yang bergejolak di dada. Ini terasa menyenangkan.

Terdengar decitan dan dari arah lain, kali ini muncul dua ekor Gnawtail. Keduanya berlari dan menyerangku bersamaan. Aku meninju salah satu Gnawtail, tapi monster tikus satunya berhasil menggigit pahaku.

“Argh! Sial.. sakit juga ternyata!” Aku meninju kepala monster itu dua kali dan dia langsung mati. Sementara Gnawtail satunya aku tendang sekali dan langsung mati.

Tring!

[Anda mendapatkan pasif skill Auto-Collect]

“Aktifkan skill Auto-Collect,” ucapku pada sistem. Kalau aku tidak salah baca di keterangannya adi, skill ini berguna untuk mengumpulkan material monster.

Tring!

[Anda memperoleh Gnawtail’s Hair x3

Anda memperoleh Gnawtail’s Claw x3

Anda memperoleh Gnawtail’s Meat 2x]

“Material dari monster terkumpul otomatis?” Aku mengerjap tak percaya. Ketika kucek di Inventory, ternyata semua material itu sudah tersimpan otomatis di dalam sana.

“Baguslah, dengan begini aku bisa fokus membunuh monster.”

Baru berkata demikian, muncul tiga Gnawtail lain dari balik hamparan tanaman jagung. Aku tersenyum senang, kuladeni setiap serangan dari monster tikus itu. Tubuhku melompat ke kanan dan kiri, tolakan kakiku terasa ringan dan aku bisa mendarat tanpa kesulitan.

Refleks dan instingku juga menjadi lebih tajam seakan aku bisa merasakan darimana arah datangnya serangan bahkan tanpa harus melihatnya. Tubuhku dengan alami mengikuti insting tersebut dan bergerak menghindar.

Ayunan pukulanku juga jadi lebih cepat, hantaman dan pukulan yang kuberikan terasa makin kuat. Monster-monster tikus itu aku bisa bereskan dalam sekejap.

Langit berubah menjadi senja. Tidak terasa, aku sudah menyelesaikan misi pertama membunuh seratus ekor Gnawtail. Aku melangkah di antara tumpukan tubuh Gnawtail yang tadi kukalahkan. Aku memutuskan untuk kembali ke tempat stasiun dungeon berada.

Sesampai di sana, aku terkejut karena tidak menemukan stasiun tersebut. Bangunan stasiun dungeon hilang berganti dengan hamparan tanah hijau kosong. Aku melihat ke atas langit yang sudah berubah gelap. Bimbang, haruskah aku melanjutkan misi atau istirahat dulu untuk malam ini.

“Setidaknya mengganjal perut dulu.”

Aku memutuskan untuk beristirahat sebentar. Setelah duduk di tanah aku mengeluarkan dua bungkus roti dan satu botol air mineral dari Invetory. Sambil mengunyah roti, aku mengecek profil statusku.

Name: Arkana Ganendra | Level: 8

Race: Human | Job: -

Element: - | Path: -

Title: -

Guild: - :

Pet: -

HP: 180

MP: 180

STR: 8 | INT: 8

VIT: 8 | DRB: 8

DXT: 8

Status point: 21

Aku menganga. Ternyata membunuh monster jauh lebih cepat dan efektif untuk menaikkan level. Dibandingkan dengan Daily Quest, sampai butuh seminggu hanya untuk menaikkan dua level. Sementara di dalam dungeon aku bisa naik tiga level hanya dalam beberapa jam. Ini terasa jadi lebih menarik, aku semakin bersemangat untuk membunuh monster.

Aku memutuskan untuk lanjut bertarung. Berkat atribut yang meningkat, aku jadi tidak terlalu merasa kelelahan. Dengan energi dan semangat yang meluap-luap seperti ini, aku yakin bisa membantai monster semalaman penuh.

[Quest:

Kalahkan Gwantail {100/100)]

Kalahkan Corn Bandit (0/100)]

Aku masuk lagi ke dalam ladang jagung. Berkat kemampuan mata Clairvoyance, aku tidak memiliki masalah penglihatan di malam hari, semua terlihat terang benderang seperti saat siang.

Terdengar gemerisik dedaunan. Kali ini, aku melihat bonggol-bonggol jagung yang bergoyang karena ada mahluk yang melompatinya. Disertai suara pekikan melengking, mataku menangkap seekor monster seperti monyet ekor panjang yang lompat dari atas salah satu bonggol. Monyet itu berniat menyerangku dengan cakarannya.

Aku bergerak gesit menghindari serangannya, lalu salah satu tangannya memukulnya sampai jatuh terhempas ke tanah. Monster itu mati seketika. Peningkatan Strength pada atribut dasar membuat kekuatanku kini melebihi garis bar HP mereka.

Di atas tubuh kepala monster itu terbentang nama Corn Bandit, tulisannya berubah warna menjadi hijau.

“Apakah perubahan warna ke hijau artinya levelku sudah melampauinya?”

“Kiik! Kiik!”

Aku menoleh ke atas, muncul tiga ekor monyet berbulu abu lainnya. Mereka menyerangku dengan agresif, dua diantaranya menggigit sikut dan pundakku. Aku langsung menarik ekor salah satunya, membanting ke tanah dan menginjaknya.

Lalu dua ekor lainnya kutinju sampai terpelanting dan menghantam batang-batang jagung. Aku berhenti sebentar untuk mengatur napas. Garis bar HP-ku berkurang hampir mendekati setengah. Ternyata serangan mereka lumayan juga.

“Heal,” ucapku. Cahaya hijau keluar dari setiap bagian tubuhku yang terluka. Goresan dan lubang-lubang di tubuhku menghilang seketika, pulih kembali seperti semula. Begitu pun dengan garis bar HP-ku yang terisi kembali.

Tring!

[Anda memperoleh Corn Bandit’s meat x3

Anda memperoleh Corn Bandit’s blood x4]

Entah apa gunanya daging dan darah monyet ini. Di informasi keterangan hanya menuliskannya sebagai material mentah. Tidak apa-apa, nanti bisa kujual ke Asosiasi Hunter.

“Kalau begini bisa lama,” kataku sambil membuka kotak Inventory. Aku mengeluarkan senjata Ordinary Machete yang berbentuk golok.

Tepat setelah itu beberapa ekor Corn Bandit muncul. Aku tersenyum miring, sudah menantikan mereka datang sejak tadi.

“Majulah kalian monyet!” Aku berseru ambil menebaskan golok ke tubuh mereka.

Tubuh monyet-monyet itu terpotong dan terbelah. Namun, itu tidak menyurutkan kehadiran Corn Bandit lainnya. Mereka terus menerus mendatangiku.

“Aktifkan Skill Shadow Move!”

Tubuhku seperti diselimuti kegelapan, langkah kakiku menjadi lebih cepat, gerakanku sangat halus sampai bisa menghindari serangan dengan celah sekecil apa pun, lalu tanganku bergerak sangat cepat, sampai tidak bisa kulihat dengan mata sendiri. Begitu selesai bergerak, sepuluh kepala Coin Bandit putus dan terjatuh ke tanah.

Skill yang menakutkan. Aku bergerak sangat cepat bahkan sampai kesadaranku sendiri tidak bisa mengikutinya. Seperti bayangan, aku menelusup di balik bayang-bayang Coin Bandit lalu muncul dengan tebasan di leher atau tubuh mereka, membunuh seketika monster berbentuk monyet tersebut.

Mengumpulkan seratus ekor jadi terasa tidak sulit.

Tring!

[Quest:

Kalahkan Gwantai {100/100)]

Kalahkan Corn Bandit (100/100)]

[Anda Mendapatkan Achievement “Lebih Efektif Daripada Pestisida].

[Anda mendapatkan Reward “Whisperblade”]

Mataku berbinar-binar melihat tampilan senjata baru di layar sistem. Whisperblade adalah senjata kelas D berbentuk sepasang arit kecil. Aku ingin segera memakainya, tapi golok di tanganku ini juga masih bagus.

“Aku tidak boleh mubazir, senjata ini akan kusimpan untuk nanti,” ucapku sambil menutup layar Inventory, lalu beralih ke status profil.

Name: Arkana Ganendra | Level: 11

Race: Human | Job: -

Element: - | Path: -

Title: -

Guild: - :

Pet: -

HP: 210

MP: 210

STR: 11 | INT: 11

VIT: 11 | DRB: 11

DXT: 11

Status point: 21

Peningkatan yang signifikan dalam satu hari. Aku menutup layar sistem dengan ekspresi puas. Malam masih panjang, tapi aku mau meneruskan penelusuran ke dalam ladang jagung untuk mencari keberadaan Bos Dungeon.

Terpopuler

Comments

Future~

Future~

Lanjut

2023-06-05

1

Rifki

Rifki

lanjut up thor

2023-06-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!