Aku teringat kalau kemarin belum sempat mengecek hadiah dari menyelesaikan dungeon. Aku meletakkan jariku di udara lalu menggeser ke bawah, seketika muncul layar sistem berwarna biru setengah transparan.
Di bagian Inventory terdapat beberapa item baru. Aku memeriksanya satu per satu.
[Item: Grasscutter
Item Class: A
Type: Weapon
Senjata berbentuk arit yang terbuat dari paruh Nightshade Raven. Serangan yang diakibatkan memiliki efek bleeding. Setiap darah yang berkurang dari bleeding akan dikonversi menjadi HP pengguna senjata]
Aku tersenyum, “Menarik, jadi mirip seperti kemampuan lifesteal.”
Grasscutter adalah senjata kelas A pertama yang kumililiki. Senjata ini memiliki gagang dan sabit berwarna hitam, namun mata pisaunya berwarna ungu. Gagangnya terasa pas di genggamanku, ketika diayunkan pun terasa ringan.
Jika di jual, senjata kelas A kualitas paling rendah pun harganya bisa mencapai 250 juta rupiah. Melihat kualitas bahan dan kemampuannya, Grasscutter ini mungkin harganya bisa lebih dari 500 juta rupiah. Namun, Aku tidak akan menjualnya. Aku butuh senjata yang bagus agar bisa menghadapi musuh yang lebih kuat.
Aku beralih ke informasi item selanjutnya.
[Item: Donerhaim Ticket Express
Item Class: S
Type: Card
Kartu multitrip untuk tujuan pulang-pergi Donerhaim Dungeon.
Anda belum bisa mengakses item ini.
Required Item: Mjölnirsgaard’s Key ]
“Item kelas S?” aku berseru girang. Dadaku berdebar kencang dan perutku terasa melilit karena antusias,
Ini pertama kalinya aku melihat item kelas S. Apa pun yang ada di balik dungeon itu pasti sesuatu yang berharga dan dijaga ketat oleh monster-monster yang kuat. Bertarung dengan Nightshade Raven saja sudah setengah mati rasanya. Kurasa levelku yang sekarang pun belum cukup untuk memasuki Donerhaim Dungeon. Ditambah, aku harus mendapatkan item persyaratannya dulu, Mjölnirsgaard’s Key.
Hadiah terakhir di Inventory adalah Nightshade’s Mantel.
[Item: Nightshade’s Mantel
Item Class: B
Type: Armor
Mantel yang terbuat dari material Nightshade Raven, bahan terasa ringan dan lembut. Memiliki daya tahan tinggi dan bisa menyesuaikan suhu ruang. Efek pemakaian menambahkan poin Durability + 15 dan HP +350 pada pengguna]
Aku mengeluarkan item itu dari Inventory. Di tanganku muncul mantel berwarna hitam. Bagian dalam kerahnya berwarna ungu. Ujung hoodie-nya dihiasi bulu-bulu gagak. Ketika kukenakan, mantelnya panjang menjulur sampai paha dan ukurannya terasa pas di badan.
“Bagus juga,” ucapku sambil berkaca.
Selain senjata, armor termasuk barang populer dan dibutuhkan oleh Hunter, tapi harganya bisa sangat mahal tergantung dari bahan, kualitas dan bentuk armor-nya. Mengolah material menjadi armor membutuhkan skill tersendiri. Armor yang diproses menjadi bentuk pakaian membutuhkan skill tingkat tinggi yang sulit dipelajari sehingga harganya menjadi jauh lebih mahal.
Armor tipe pakaian seperti yang kukenakan—untuk harga kelas E sendiri bisa mencapai 15 juta rupiah per potong. Jadi jika seorang Hunter memakai armor dari kepala sampai ujung kaki, paling murah, dia harus mengeluarkan uang sebesar 75 juta rupiah.
Sebagai item kelas B, Nightshade’s Mantel yang sedang kupakai ini kalau dijual bisa mencapai 250 juta rupiah. Aku merasa beruntung bisa memilki armor ini tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, ditambah lagi ada efek penambahan HP dan durability. Aku jadi penasaran dan mengecek langsung status profil.
Name: Arkana Ganendra | Level: 18
Race: Human | Job: -
Element: - | Path: -
Title: Croptiller
Guild: - :
Pet: -
HP: 280 (+350)
MP: 280
STR: 33 | INT: 18
VIT: 18 | DRB: 18 (+15)
DXT: 24
Status point: 8
Atribut dasarku benar-benar bertambah. Sambil bersiul aku menutup layar sistem, antusias dengan pembaruan tersebut. Sebelum menutup layar sistem, aku mengecek Inventory lagi karena teringat dengan beberapa material mentah yang dijatuhkan oleh monster dungeon.
Aku mempunyai banyak bahan mentah di dalam Inventory, mungkin nanti bisa dijual. Aku tidak tahu harga masing-masing material ini, tapi biasanya Asosiasi Hunter sudah punya katalog harga material dan mereka yang akan menghitung pendapatan bersihnya.
“Baiklah, akan kujual material ini,” putusku.
Setelah pamit dengan Tante Tara, aku berangkat menuju gedung Asosiasi Hunter.
Gedung Asosiasi Hunter dibangun 10 tahun yang lalu, tidak lama berselang setelah berakhirnya teror Outbreak. Mengganti kawasan Wisma Atlet yang hancur lebur karena serangan monster, pemerintah akhirnya mendirikan kawasan Asosiasi Hunter di atas tanah tersebut.
Ada transportasi berupa bus khusus yang bisa digunakan untuk langsung sampai ke tempat ini, jadi tidak perlu melewati rute transportasi umum yang berada di luar kawasan. Aku sampai di halte bus Asosiasi Hunter dan turun bersama dengan beberapa orang lain.
Dari halte, aku berjalan melewati gerbang besar dan sampai di jalanan yang dikavling rapi. Tiba di tengah kawasan Asosiasi Hunter, terdapat kolam air mancur dan di atasnya terdapat monumen logo organisasi tersebut.
Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung besi, membawa perisai dan jubah panjang tampak berlalu lalang di bundaran tersebut. Mereka adalah para Hunter. Pemandangan seperti ini sudah lazim ditemukan di Jakarta. Orang-orang berjalan di trotoar membawa pedang besar, atau masuk ke mall menggunakan topi kerucut penyihir.
Kawasan Asosiasi Hunter terdiri atas beberapa bangunan yang saling terhubung satu sama lain. Dari bundaran, ada tiga jalan besar yang menuju ke tiga bangunan penting milik Asosiasi Hunter.
Jalan sebelah kiri menuju ke Gedung Pengrajin. Gedung itu berisi bermacam-macam toko pengrajin senjata, armor, sampai obat-obatan. Hunter bisa mengolah langsung material yang mereka dapatkan atau membeli yang sudah jadi di Gedung Pengrajin.
Jalan di sebelah kanan menuju ke Distrik Serikat. Area ini adalah tempat khusus berkumpulnya markas Guild Hunter. Tiga Guild terbaik di Indonesia diizinkan untuk memiliki satu gedung sendiri, sementara Guild dibawahnya harus rela berbagi lantai dalam satu gedung, atau menyewa satu bangunan sendiri tapi seukuran rumah atau kantor kecil.
Tidak semua Guild memiliki markas, sebagian besar bahkan tidak punya karena biaya sewa yang mahal. Itu sebabnya, hanya Guild besar atau yang sukses secara ekonomi yang bisa memiliki ruang markas.
Kakiku melangkah ke jalan lurus didepan. Jalan ini menuju ke gedung utama Asosiasi Hunter. Aku memasuki gedung berlantai 40 tersebut dan disambut oleh suara interkom dari mesin robot otomatis.
Hall lantai satu sangat luas dan lebar. Interiornya didominasi warna putih dan biru muda. Ditengah lantainya terdapat logo Asosiasi Hunter. Terdapat balkon yang memutar di setiap lantai sehingga setiap orang di atas bisa langsung melihat ke lantai dasar.
Di depan bangku-bangku biru yang bejajar terdapat meja resepsionis dengan seorang petugas wanita. Aku mendatangi wanita tersebut.
“Selamat datang di Asosiasi Hunter, ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu dengan senyum ramah.
“Aku ingin melihat lowongan pekerjaan untuk Porter.”
Wanita itu dengan sigap mengetikkan sesuatu di komputernya. “Lowongan pekerjaan Hunter bisa diakses di Information Center lantai 3. Silakan menggunakan lift di lorong sebelah kanan,” terang petugas itu sambil menunjukkan arah yang ia maksud.
“Terima kasih,” ucapku sambil tersenyum. Samar, aku bisa melihat petugas wanita itu tersipu.
Aku membuat seorang wanita tersipu? Ini rekor dunia.
Aku menaiki lift kaca yang tembus pandang dan sampai di lantai tiga. Mataku langsung bisa menangkap tulisan besar-besar “Information Center” dan menuju ke sana. Di ruangan luas tersebut ada seorang petugas. Di dalamnya banyak terdapat banyak layar digital interaktif. Aku menuju ke salah satu layar yang sedang tidak terpakai.
Di layar, tertera pilihan dafar pekerjaan untuk Hunter. Pekerjaan ini diberikan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, perusahaan swasta, guild, party, sampai individu tertentu. Aku menekan profesi “Porter” dan muncul banyak kotak-kotak berisi permintaan. Namun, semua kotak itu berwarna abu-abu yang artinya pekerjaan tersebut sudah ada yang mengambil.
Aku menggeser-geser layar dengan ekspresi kecewa.
“Ini tidak ada yang tersisa satu lowongan pun?”
Tidak menyerah, aku bergegas menemui petugas di ruang informasi tersebut. Gadis muda yang tampak berusia 20 tahun itu terkejut melihar kehadiranku di depan meja.
“A-ada yang bisa saya bantu?” tanyanya tergagap. Aku dapat melihat semburat merah muncul dipipinya.
Apakah dia jadi gugup begitu karena aku? Jika iya, artinya ini sudah melampaui rekor dunia.
Rasanya aku ingin tertawa. Namun, sekarang bukan saatnya untuk itu. Aku berdehem dan menyampaikan tujuanku padanya.
“Pekerjaan untuk Porter ya…,” Gadis itu menundukkan sedikit kepalanya sebelum melanjutkan lagi. “Mohon maaf, untuk hari ini memang semua pekerjaan Porter sudah penuh.”
“Sayang sekali,” Aku menghela napas sambil melipat tangan di dada.
Gadis itu memandangiku sebentar, ia merasa tidak enak.
“Tunggu sebentar ya,” katanya, tiba-tiba. Gadis itu merunduk untuk membuka laci meja bawah. Terdengar suara kertas dibolak balik dan gumaman kecil darinya. “Dimana ya? Yang ini? Ah, bukan.”
Lima belas menit kemudian dia berdiri kembali, wajahnya tampak sumringrah. Ia menyodorkan kertas di atas meja.
“Ini ada komisi dari Guild Moon Orchid, mereka mencari porter sejak empat hari lalu,” terang petugas itu. “Asosiasi Hunter menetapkan pemasangan iklan komisi maksimal tiga hari, itu sebabnya komisi dari guild ini kami cabut tadi pagi. Setahu saya, mereka belum mendapatkan Porter. Apa anda tertarik?”
Aku mengangguk, “Tentu saja, aku mau ambil komisi ini.”
“Baiklah, tunggu sebentar, akan saya proses secara manual. Boleh saya minta ID Hunter anda?”
“Ah, maaf, ponselku rusak. Bagaimana jika kusebutkan saja ID-nya?”
“Tidak masalah.”
Aku menyebutkan nomor ID-ku dan petugas itu mengetikkan sesuatu di komputernya. Tidak lama, ia beralih kembali kepadaku dan mengatakan kontrak sudah dibuat.
“Ketua Guild Moon Orchid sudah kami hubungi, dia bilang ingin bertemu dengan Anda di Gedung Pengrajin.”
“Gedung Pengrajin?”
“Benar, dia saat ini sedang berada di Gedung Pengrajin, lantai tiga, Toko Fae Ferns.”
“Baiklah, aku akan ke sana sekarang. Terima kasih atas bantuannya,” ucapku sambil berlalu, meninggalkan Information Center.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments