Keesokan harinya Aluna bangun lebih awal dari biasanya langsung bergegas menuju ruang makan di mana sudah ada kedua orang tuanya yang sudah duduk di kursi masing-masing. Aluna pun duduk dan menyapa kedua orang tuanya sambil mengambil sarapan untuknya.
Mamah Mentari dan Papah Reyhan tersenyum, ia bahagia karena putrinya itu mau sarapan bersama dengannya. Aluna yang jarang sekali untuk menyempatkan waktunya untuk sarapan dan makan malam bersama keluarganya. Ia lebih memilih untuk makan dan tongkrong dengan teman-temannya itu.
"Mau Papah anterin?" tanya Papah Reyhan yang menawarkan diri untuk mengantarkan Putrinya itu, sejak di bangku kanak-kanak ia sering antar jemput Aluna hingga duduk di bangku dasar tapi seiringnya waktu Aluna enggan untuk di antar olehnya setelah ia bisa mengendarai sepeda motornya itu.
"Gak, Pah. Aluna kan bawa motor," jawab Aluna sambil mengunyah rotinya yang berisi selai coklat kesukaannya.
"Gak jauh dari motor, Pah. Lain ceritanya jika motornya di jual," sindir Mamah Mentari yang gemes dengan kelakuan putrinya itu tak mau jauh dari kendaraan kesayangannya itu.
"Ribet, Mah. Suka macet, Luna gak suka," alasan Luna, ia yang selalu bete saat di dalam mobil menunggu kemacetan membuat ia tak suka dan kesal.
Mamah Mentari menarik napasnya lalu membuangnya perlahan, alasan putrinya memang masuk akal dengan jalanan di ibu kota yang begitu macet di hari-hari biasanya karena jam kerja dan orang-orang, yang akan beraktivitas seperti biasa, tapi kekhawatiran seorang ibu pada anak gadisnya saat mengendarai sepeda motor kesayangannya itu membuat cemas dan takut terjadi sesuatu pada putrinya itu.
Luna pun beranjak dari kursi tersebut di susul oleh Papah Reyhan yang akan berangkat kerja ke kantornya. Aluna pamit dan tak lupa ia bersalaman dan mengecup pipi Mamahnya itu.
"Hati-hati," teriak Mamah Mentari yang melihat anak gadisnya itu yang sudah mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.
"Sudahlah, Mah. Papah sudah menyewa seseorang untuk mengawasi dan memantau jika terjadi sesuatu pada Aluna, jangan khawatir ya? Papah pamit dulu," ucap Papah Reyhan yang selalu mengingatkan tentang hal itu, ia juga tak ingin terjadi sesuatu pada putrinya itu.
Mamah Mentari pun mengangguk dan menyambut uluran tangan dari suaminya itu untuk ia cium takzim dan Papah Reyhan pun mencium kening lalu berlalu meninggalkan istrinya di rumah.
Setelah kepergian suami dan putrinya, tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada seseorang yang meneleponnya. Mamah Mentari pun melihat layar ponselnya dan mengernyitkan dahinya karena nomor baru yang tertera di layar ponselnya itu.
"Nomor siapa ya?" gumam Mamah Mentari yang enggan untuk mengangkatnya, ia takut hanya orang iseng saja.
Bunyi deringan itu pun kembali berbunyi membuat Mamah Mentari penasaran dengan nomor tersebut, ia pun mengangkatnya takut ada hal penting.
"Iya, halo, ini siapa ya?" tanya Mamah Mentari yang sudah mengangkat panggilan tersebut.
"Ini jeng Tari kan?" tanya orang itu di sebrang sana.
"Ya, betul. Ini siapa ya?" tanya Mamah Mentari yang takut, pasalnya ia masalah masa lalunya terulang lagi saat ada seseorang yang menerornya.
"Saya Rembulan, ingat gak?" tanya Mamih Rembulan lagi.
Mamah Mentari terdiam dan memikirkan sesuatu, ia yang ingat dengan nama itu pun langsung menjawab pertanyaan tersebut.
"Jeng Ulan istrinya Tuan Raditya ya?" tanya Mamah Mentari yang ingin memastikan bahwa tebakan tak salah.
"Betul sekali, jeng. Maaf menganggu aktivitasnya." ucap Mamih Rembulan yang tak enak karena telpon di pagi hari.
"Tidak apa-apa, Jeng. Ini juga lagi santai tak ada acara apapun." ucap Mamah Mentari.
"Gimana kalau kita ketemuan? Anggap saja kita saling kenal," ajak Mamih Rembulan, ia ingin mengenal dan mencari teman baru setelah Tata yang selalu menemaninya sepanjang hari.
Mamah Mentari tak langsung menjawab ajakan dari istri Tuan Raditya itu, ia ingin izin dulu pada suaminya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gak usah terlalu banyak mikir, Jeng Tari. Aku tunggu di resto yang akan ku kirim alamatnya ya.. Di tunggu ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments