"Kok kamu ada di sini?" tanya Revan yang bangun dari duduknya saking kagetnya melihat gadis itu ada di mana-mana.
Aluna tak menjawab pertanyaan pria itu, ia pun mengernyitkan dahinya tanda tak mengerti dan ia pun berjalan menghampiri tamu orang tuanya untuk ia bersalaman menyambut kedatangannya.
"Assalamualaikum, Om, Tante," sapa Aluna yang tersenyum.
Papah Reyhan pun memperkenalkan putrinya pada tamunya dan itu membuat Revan begitu kaget dengan kabar tersebut.
Semua orang yang ada di ruang makan biasa saja tak termasuk Revan, ia begitu kaget dan rasanya pernah mendengar nama itu yang di sebutkan oleh Om Reyhan. Dan gadis yang sama membuat harinya selalu sial.
"Pria ini putra Om dan Tante?" tanya Aluna pada pasangan baya tersebut yang masih cantik dan ganteng.
Kedua pasangan tersebut menganggukkan kepalanya terutama Mamih Rembulan yang mengingat sosok putri yang telah tiada, ia pun menitikkan air matanya yang tak bisa ia tahan. Ia begitu merindukan anaknya yang saat ini berumur 10 tahun.
"Ini putra Tante namanya Revan," ucap Mamih Rembulan yang memperkenalkan sang putra pada gadis cantik yang kini ia rindukan sosok sang anak saat melihat putri dari rekan kerja suaminya itu.
Tuan Raditya yang peka dengan tingkah dan perilaku sang istri dengan raut wajah sedihnya dan menahan sesaknya air mata membuat ia tak tahan untuk bertanya langsung.
"Mamih kenapa?" bisik Tuan Raditya pada istrinya itu.
"Aku kangen, Pih. Sama putriku, mungkin dia cantik seperti Aluna." lirih Mamih Rembulan yang begitu merindukan anak yang belum menyapa dunia telah diambil yang maha kuasa dan ia begitu terpukul atas kepergian bayinya tersebut. Mungkin jika masih hidup hingga sekarang ia tak akan kesepian saat putranya itu menuntut ilmu di luar sana.
"Jangan seperti ini, Mih. Kita doakan saja ya," pinta Tuan Raditya pada sang istri, ia tak ingin memperlihatkan kisah sedihnya di rumah ini.
Mamih Rembulan pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum, ia tak ingin memberikan suasana tak enak pada Tuan rumah yang sudah mengundangnya. Ia pun tak mungkin larut dalam kesedihan karena ada sang putra yang kini membutuhkannya.
Makan malam dua keluarga yang begitu nikmat dengan obrolan yang membahas soal pekerjaan dan para istri mengenal satu sama lain. Tapi, tidak dengan Revan dan Aluna dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Selesai makan malam bersama, Papah Reyhan mengajak tamunya untuk mengobrol di ruang tamu yang sudah di sediakan berbagai macam kue hasil bikinan sang istri dengan secangkir teh hangat untuk menemani obrolan tersebut.
"Ayo cicipi, Jeng. Ini bikinan saya loh," ucap Mamah Mentari yang menawarkan tamunya itu untuk mencicipi kue yang ia bikin.
"Wah kayaknya enak banget nih," ucap Mamih Rembulan yang antusias melihat berbagai macam kue yang menggugah seleranya membuat Tuan Raditya menggelengkan kepalanya karena tingkah istrinya itu yang baru melihat berbagai macam kue.
"Enak loh, Pih. Mamih kayaknya minta di ajarin." ucap Mamih Rembulan sambil menikmati kue tersebut.
"Syukurlah jika suka, nanti kita bikin bareng." jawab Mamah Mentari yang begitu senang dan gembira karena hasil dari kuenya.
Tidak dengan kedua anak-anaknya hanya terdiam tak menimpali obrolan kedua orang tuanya tersebut, Aluna yang enggan untuk melihat kearah pria itu dengan tatapan mematikannya dan Revan yang sering melirik kearah gadis itu dengan tatapan aneh.
"Cantik sih, tapi bikin kesal." batin Revan.
Mamih Rembulan yang melihat tingkah sang putra hanya bisa terkekeh dan tersenyum. Mamih Rembulan pun menyenggol lengan suaminya itu untuk melihat kearah putranya itu.
"Ada apa?" tanya Tuan Raditya yang heran.
Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Mamih Rembulan pun melayangkan pertanyaan pada putranya itu.
"Kalian kenapa pada diam?" tanya Mamih Rembulan pada dua orang itu.
"Gak ada apa-apa," jawab Revan dan Aluna berbarengan membuat Mamih Rembulan begitu tertawa dengan kekompakan putra dan putri dari rekan kerja suaminya itu.
"Kalian kompak banget ya? Mungkin jodoh kali," ucap Mamih Rembulan yang menerka asal dan membuat keduanya itu melotot tak percaya dengan ucapan wanita baya tersebut yang masih cantik.
"Jangan aneh-aneh ya, Mih," protes Revan, ia tak mau di jodohkan dengan gadis membuat hidupnya sial.
"Aku juga ogah kali di jodohkan sama kamu," sahut Aluna, ia juga tak ingin berjodoh dengannya.
"Kalau kalian jodoh gimana?" tanya Mamih Rembulan yang memancing emosi dari keduanya.
"Tak mungkin," jawab berbarengan lagi.
"Tuh kan kompakan lagi, ini sih tandanya jodoh." ucap Mamih Rembulan lagi.
"Ayo pulang, Mih." ajak Revan yang ingin segera pulang dan mengakhiri perbincangan tentang jodoh tersebut.
Kedua pasangan Mamah Mentari dan Papah Reyhan tak menimpali perdebatan dan bar-bar nya seorang istri dari pengusaha terkenal tersebut, ia hanya tersenyum melihatnya.
"Ya udah kami pamit dulu, dan terimakasih atas jamuan nya dan makan malamnya." ucap Tuan Raditya yang mengakhiri perbincangan antara putra dan istrinya.
"Sama-sama, Tuan. Nanti datang lagi ke sini." ucap Papah Reyhan dan Mamah Mentari.
"Tenang saja saya dan suami saya akan ke sini langsung melamar Aluna untuk Revan." sahut Mamih Rembulan yang membalas perkataan dari rekan kerja suaminya itu. Dan membuat Tuan Raditya ingin segera membawa pulang sang istri.
"Mamih cepetan," teriak Revan, ia lagi memamerkan wajah wibawanya karena ulah sang Mamih tersebut.
"Maaf ya, Jeng. Mungkin Revan lelah." ucap Mamih Rembulan yang tak enak hati.
"Tidak apa-apa, nyonya." jawab Mamah Mentari yang tersenyum. Ia mengerti dengan apa yang di rasakan oleh pemuda tersebut yang jengkel dengan tingkah Mamahnya tersebut.
Saat bersalaman dan Aluna pun melihat kearah pria itu yang sama melihat kearahnya juga.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dasar cowok rese, siapa juga yang mau di jodohkan sama kamu....
yuk yuk... tinggalkan jari jempolnya ya buat cerita ini dan jangan lupa komen ya 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments