"Mih, lagi ngapain?" tanya Revan yang melihat Mamihnya itu ada di pemakaman adiknya itu yang di makamkan di belakang rumah sesuai keinginan Mamih Rembulan jika ia merindukan anak keduanya itu.
Tapi, tidak dengan Tuan Raditya yang terpukul dengan apa yang ia lihat sekarang, rasa bersalahnya di masa lalu harus kembali lagi saat sang istri menangis di hadapan makam anak yang kedua.
Tuan Raditya pun menghampiri sang istri yang masih terisak karena merindukan anaknya yang sudah tiada.
Iya, Mamih Rembulan bukan tak mengikhlaskan semua kejadian tersebut melainkan ia merindukan saat melihat putri dari rekan kerja suaminya itu. Ada rasa bahagia dan senang saat Mamih Rembulan menatap gadis cantik itu.
Mungkin, jika saat ini ia masih di percayakan untuk mengurus dan merawat bayinya hingga sekarang alangkah senangnya ia bisa di temani anak keduanya. Tapi semuanya itu Allah yang telah mengatur hidup dan matinya mahluk ciptaannya.
Tuan Raditya pengangkat bahu sang istri dan memeluknya dengan lembut, ia yang paling bersalah karena kelalaiannya harus menghilangkan nyawa yang belum menyapa dunia.
"Maafkan Papih ya, Mih. Jika saja Papih tak lalai mengendarai mobil tersebut mungkin kita akan berkumpul berempat dan menjadi keluarga yang bahagia," ucap lirih Tuan Raditya yang tak terasa ia pun meneteskan air matanya. Ia juga merasakan hal yang sama dan merindukan anak keduanya itu, namun ia tak menunjukkan raut sedih saat merasakan perasaan sedihnya itu.
Dan, semakin pecah saja tangis Mamih Rembulan saat mendengar pertuturan suaminya itu yang telah mengingatkan masa-masa ia kecelakaan bersama dengan suaminya itu.
Revan hanya memandang kedua orang tuanya dengan tatapan sedih, ia pun sama merasakan kehilangan seorang adik untuk menemani hari-harinya yang kesepian di rumah.
Tuan Raditya menghapus air mata di pipi sang istri dan menangkup wajah sang istri dengan kedua tangannya itu.
"Perjalanan kita masih panjang, sayang. Masih ada Revan yang akan memberikan warna di hidup kita, jangan sedih lagi ya? Ku mohon." pinta Tuan Raditya sambil mengecup kening istrinya itu dengan lembut.
Revan yang melihat keharmonisan rumah tangga orang tuanya begitu bahagia dan ia pun berdoa semoga mendapatkan seorang pasangan hidup sama persis nya seperti Mamihnya itu.
Mamih Rembulan pun mengangguk paham, ia tak mungkin larut dalam kesedihan yang sudah bertahun-tahun lamanya. Kini ia hanya akan fokuskan pada suami dan putranya yang kini butuh dirinya.
"Revan gak mau peluk Mamih?" tanya Tuan Raditya membuyarkan keheningan sesaat, ia ingin mencairkan suasana yang sedih tersebut.
Revan pun maju dan menghamburkan tubuhnya kedalam pelukan kedua orang tuanya. Biar ia sudah dewasa, tapi pelukan hangat kedua orang tuanya lah yang kini Revan rindukan saat ia belajar di luar kota demi keinginannya itu.
Tak jauh dari sana, seorang pelayan pribadi Tuan dan Nyonya nya tersebut menitikkan air matanya karena terharu melihat keharmonisan dan kebahagiaan keluarga majikannya itu. Ia Tata yang selalu setia menemani keluarga tersebut dari senang, sedih, bahagia, dan duka pun Tata selalu mendampingi keluarga majikannya itu. Ia yang sudah pasrah dengan hidupnya yang kini belum melanjutkan hidupnya dengan status lain.
"Yuk sudah malam nanti Mamih masuk angin," ajak Tuan Raditya pada istrinya itu dan Mamih Rembulan pun mengiyakan masuk kedalam bersama suami dan putranya itu.
.
.
.
Di kediaman rumah Papah Reyhan, ia mengetuk pintu putri satu-satunya itu dan ingin berbicara empat mata dengannya.
"Masuk saja, Pah. Pintunya gak di kunci," sahut Aluna yang mendengar suara ketukan dan suara Papah nya itu.
Papah Reyhan pun masuk kedalam kamar putrinya itu. Kamar bernuansa merah muda itu menandakan bahwa seorang gadis imut yang suka dengan gaya feminim. Tapi sebaliknya sang putri dengan gaya tomboy nya yang penuh tantangan tersebut.
"Ada apa, Pah?" tanya Aluna yang kini merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil memainkan ponselnya.
"Anak Papah sudah besar ya? Sekarang Luna bukan lagi gadis kecilnya Papah lagi yang imut," ucap Papah Reyhan yang memandang putrinya itu, ia tak terasa mengurus dan menimbang putrinya saat baru lahir beberapa menit lalu, rasanya baru kemarin ia menggantikan popoknya itu.
Aluna pun menghamburkan tubuhnya kedalam dekapan cinta pertamanya itu, ia selalu mencurahkan isi hatinya pada Papahnya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekarang dan nanti pun Aluna akan menjadi putri kecilnya, Papah. Selamanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ros Diana
kasih sayang orang tua tak akan pernah tergantikan sampai kapan pun🙏🙏🙏
2023-07-09
0