Kata demi kata terlontar dari mulut wanita yang masih cantik itu, ia hanya ingin sang anak seperti anak yang lain dengan penampilan semestinya, tak seperti sekarang dengan penampilan seperti cowok. Bukan ia tak suka tapi lebih baik berpenampilan seperti gadis pada umumnya.
Perjalanan pulang ke rumahnya membuat Aluna terdiam seribu bahasa, ia memandang kearah luar jalanan yang begitu ramai dengan kendaraan yang lain.
Mamah Mentari tak bertanya ataupun bersuara, ia biarkan sang anak untuk memikirkan tentang perkataan yang tadi di salon. Dan, semoga saja sang anak bisa menuruti keinginannya untuk mengubah penampilannya itu.
Tak terasa sudah hampir sampai, sang supir pun melajukan kendaraannya dengan pelan karena sang suami juga pulang di waktu yang sudah di tentukan.
"Ayo turun, sayang." ajak Mamah Mentari yang melihat sang putri masih terdiam tak beranjak sedikit pun.
Aluna pun tersadar dari lamunannya saat sang Mamah mengajaknya, dan ternyata ia sudah sampai di rumahnya sendiri. Aluna pun turun dan menghampiri kedua orang tuanya yang sedang berbincang.
Papah Reyhan begitu terkejut dengan penampilan sang putri yang tak biasanya, ia seperti melihat sang istri di masa muda dulu.
"Wah, putri Papah cantik banget," puji Papah Reyhan yang mengelus rambut sang putri dengan gemas.
Baru kemarin ia menggendong Aluna kecil dan bermain dengannya. Nyatanya sekarang gadis kecil itu sudah besar dan menjadi gadis remaja yang cantik.
Aluna hanya membalas dengan senyuman pada sang Papah lalu pergi melangkah ke dalam menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
Papah Reyhan memandang punggung sang putri yang semakin jauh lalu melihat sang istri dengan tatapan meminta penjelasan dengan sikap sang putri tidak biasanya.
Mamah Mentari yang tahu akan kode yang di berikan suaminya itu hanya bisa membuang napasnya dengan perlahan lalu menatap sang suami kembali.
"Kenapa?" tanya Papah Reyhan dengan langsung. Ia ingin segera mendengar penjelasan sang istri soal anak kesayangannya itu.
"Tadi Aluna sempat menolak, Pah. Tapi Mamah memaksanya dan mengancam akan menjual motor kesayangannya itu," jawab Mamah Mentari yang takut dengan kemarahan sang suami yang begitu memanjakan sang putri satu-satunya itu.
Papah Reyhan menarik napasnya dengan perlahan, kali ini ia di posisi serba salah, ingin rasanya mendukung sang istri tapi hobi dan selera putrinya lah ia tak bisa menolak dan melarang apa yang ia lakukan. Yang terpenting sang putri tak melakukan diluar batas sebagai seorang gadis dan mencoreng nama baiknya itu.
"Maafkan Mamah, Pah. Mamah hanya ingin yang terbaik untuk Aluna." ucap lirih Mamah Mentari yang tertunduk, ia tahu jika suaminya itu kecewa dengannya.
Papah Reyhan pun menarik tubuh sang istri untuk masuk kedalam dekapannya, ia tak mungkin membenci atau pun marah dengan apa yang dilakukan sang istri barusan. Hanya saja ia takut dengan sang putri yang tak bisa menerima semua paksaan dari Mamahnya itu.
"Pelan-pelan saja ya, Mah. Nanti juga Aluna terbiasa, jangan memaksakan kehendak. Ada saatnya Aluna pun akan mengerti tentang keinginan kita," ucap Papah Reyhan yang menenangkan dan meyakinkan sang istri sambil ia kecup keningnya dengan lembut.
Mamah Mentari pun menganggukkan kepalanya, kali ini tak akan memaksakan putrinya itu. Biar berjalannya proses dan waktu ia akan memberikan pengertian pada putrinya itu tentang kebiasaan dan perilaku seorang wanita.
"Yuk masuk, kita harus siap-siap sebentar lagi tamu kita akan datang," ajak Papah Reyhan yang merangkul pundak istrinya sambil berjalan masuk kedalam.
Di dalam kamar, Aluna bercermin dan melihat dirinya di pantulan cermin tersebut. Ada rasa bangga dan tak nyaman dengan penampilannya saat ini. Ia lebih memilih berpenampilan biasa saja dari pada harus berpenampilan seperti gadis jaman sekarang yang begitu ribet. pikirnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Penampilan biasa saja aku banyak yang ngejar, gimana dengan penampilan sekarang kan kan ... makin banyak yang ngantri kayaknya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ros Diana
👍👍👍👍👍
2023-07-08
0