Setelah puas menikmati bayangannya, Aluna pun menghampiri ponselnya yang ada di takas. Ia pun membuka aplikasi warna hijau dan melihat banyak notifikasi yang masuk.
"Banyak banget yang chat," gumam Aluna sambil melihat satu persatu chat dari temannya itu salah satunya adalah Hesti.
[Lun, Dino nanyain lu terus, gue bingung nih harus beralasan apa lagi sedangkan dia sudah menunggu mu dan tak ingin di batalkan,] pesan dari Hesti membuat Aluna memijit pelipisnya yang terasa pusing, ia harus bagaimana untuk keluar dari rumah ini yang akan ada acara malam ini.
"Ini juga baju ribet banget sih," keluh Aluna yang tak suka dengan penampilannya.
Tok... Tok...
Ketukan pintu membuyarkan lamunan Aluna, ia pun segera bangun dan menghampiri pintu berwarna putih tersebut.
"Bentar," sahut Aluna yang mendengar ketukan pintu itu tak henti.
Ceklek...
"Mah," ucap Aluna yang melihat Mamahnya ada di depan pintunya.
"Ada apa? Apa tamunya sudah datang?" tanya Aluna lagi.
Mamah Mentari pun menggelengkan kepalanya dan masuk kedalam kamar putrinya tersebut, ia merebahkan bokongnya di sofa yang tak jauh dari ranjang milik putrinya itu. Di susul oleh Aluna dan duduk di samping Mamahnya tersebut.
"Mamah kenapa? Kok sedih," tanya Aluna begitu khawatir, ia tak ingin terjadi sesuatu pada wanita hebatnya itu walaupun tak menuruti keinginannya untuk mengubah penampilannya saat ini.
"Kamu bisa ganti pakaian mu, Lun. Jika kamu tak nyaman, Mamah tak akan memaksakan mu," ucap Mamah Mentari dengan tiba-tiba.
Membuat Aluna mengernyitkan dahinya tak mengerti, pasalnya sang Mamah begitu semangat untuk melakukan hal tersebut pada dirinya dan sekarang entah kenapa sang Mamah berubah pikiran.
"Kenapa, Mah?" tanya Aluna yang penasaran, ia ingin tahu alasan yang jelas dari Mamahnya tersebut.
"Maafkan Mamah, Lun. Mamah terlalu memaksakan kehendaknya Mamah hanya ingin kamu seperti gadis lain dan berpenampilan seperti gadis pada umumnya. Tapi jika itu tak nyaman buat mu Mamah tak akan memaksakan kamu lagi, sayang." ucap Mamah Mentari yang mengutarakan niatnya untuk menyampaikan sesuatu dan pesan dari suaminya itu, ia tak ingin egois karena keinginannya hanya ingin melihat putrinya seperti putri dari temannya itu.
Aluna membuang napasnya dengan perlahan lalu mendekati sang Mamah dan memeluknya dengan erat, ia tak mungkin melakukan hal itu dan mengecewakan hasil dari sang Mamah yang begitu semangat walau pun tak dengannya.
"Luna akan belajar ya, Mah. Tapi pelan-pelan ya? Jangan sekarang." pinta Aluna dalam dekapan wanita hebatnya itu.
Mamah Mentari pun menganggukkan kepalanya tanda setuju, ia akan serahkan pada putrinya dan tak akan memaksakan kehendaknya karena rasa egois.
"Maafkan Mamah ya?" ucap Mamah Mentari yang menangkup wajah sang putri dan menciuminya dengan kasih sayang.
Aluna pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum, ia bahagia karena sang Mamah bisa mengerti dengan keadaannya yang seperti ini walaupun ia banyak melawan dan mengekang aturan yang Mamahnya berikan.
Di ambang pintu ada seorang pria yang tak muda lagi tapi membuat jiwa karismanya masih terpancar, ia pun tersenyum dan menghampiri kedua wanita yang berharga dalam hidupnya.
"Papah tuh jadi iri sama kalian pengen di peluk juga," sahut Papah Reyhan yang tersenyum membuat kedua wanita yang berbeda usia itu menoleh secara berbarengan kearah suara tersebut.
"Pah," panggil Aluna dan Mamah Mentari berbarengan.
Papah Reyhan pun mendekat dan memeluk kedua wanita berharganya itu masuk kedalam dekapannya itu dan mengecup keningnya satu persatu.
"Oh, iya. Papah jadi lupa sebentar lagi tamunya akan segera datang. Mamah dan Luna siap-siap ya," sahut Papah Reyhan yang baru ingat, ia sebenarnya masuk kedalam kamar sang putri untuk memberitahukan tentang tamunya tersebut.
Kedua wanita tersebut menganggukkan kepalanya dengan berbarengan, dan setelah itu Papah Reyhan meninggalkan untuk menyambut tamunya itu.
"Ayo hapus air matanya ya? Jangan sampai ada yang melihatnya nanti jelek di lihatnya," goda Mamah Mentari yang membenarkan riasan wajah putrinya itu.
"Dari dulu juga Luna cantik, Mah." jawab Aluna dengan pedenya.
"Dasar," balas Mamah Mentari yang membetulkan makeup putrinya sedikit berantakan.
"Selesai, makin cantik ini siapa tahu ada yang naksir dan langsung ada yang melamar," goda Mamah Mentari yang tak henti-henti menggoda putrinya itu.
.
.
.
.
Di teras depan, Papah Reyhan menyambut kedatangan tamunya yang ia undang untuk makan malam bersama. Ini adalah sebuah kehormatan atas kedatangan pengusaha terkenal di kota ini.
"Selamat malam, Tuan Raditya, nyonya dan Revan ya kan? Om hampir saja lupa," ucap Papah Reyhan yang menyambut kedatangan tamunya itu untuk mempersilahkan untuk masuk.
"Terimakasih, Tuan Reyhan." jawab Tuan Raditya yang di ikuti oleh istri dan anaknya.
Mereka pun masuk dan mempersilahkan langsung ke meja makanan tersebut untuk langsung memulainya karena malam akan semakin larut.
"Maafkan saya, Tuan. Jamuan tak seperti di kediaman Tuan dan nyonya. Hanya alakadarnya saja." ucap Papah Reyhan yang begitu rendah hati, ia yang takut tak bisa menyajikan makanan dengan selera tamunya itu.
"Ini juga sudah banyak dan kayaknya enak-enak." timbal nyonya Rembulan yang begitu terkesan karena penyambutan dari rekan kerjanya suaminya itu.
Semua pun duduk di kursi masing-masing dan Papah Reyhan undur diri untuk memanggil istri dan anaknya tersebut.
Beberapa menit, Papah Reyhan melangkah lebih dulu dan di susul oleh Mamah Mentari dan Aluna yang menyapa tamunya tersebut. Semuanya menoleh kearah suara tersebut terutama Revan yang tak asing dengan suara tersebut, betapa kagetnya ia melihat sosok gadis itu ada di rumah ini.
.
.
.
.
.
.
.
Kok kamu ada di sini...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments