Peraturan aneh

Tepat pukul lima sore, mobil Arthur pun sudah pulang. Semua pelayan bersiap di belakang pintu untuk menyambutnya ketika pintu utama dibuka.

Namun, Shiren sedikit terlambat karena tadi dia kesusahan membuka lemarinya. Alhasil, dia pun harus melewatkan waktu untuk membukanya.

Tepat setelah pintu utama dibuka, tiga langkah terakhir Shiren tertangkap mata oleh Arthur. Bukan, sebenarnya itu bukan hanya langkah tetapi juga lari. Shiren memang berlari saat menuruni anak tangga karena lift hanya akan membuang waktunya.

Arthur yang melihat Shiren habis berlari pun marah besar. "Sini, kau gadis bodoh!" bentaknya hingga membuat Shiren terkejut.

Dia pun langsung mendatangi Arthur dan berlutut di depannya. Dengan cepat kilat, Arthur langsung mencengkram tangannya erat hingga Shiren meringis kesakitan. "Aaa, sakit, Tuan, ampun."

"Berani sekali kau terlambat dan berlari tepat di depan mataku! Apa kau bermaksud untuk mengejekku karena aku tidak bisa berlari? Di sini, berlari dianggap sebagai larangan, kau tahu?" desisnya dengan tangan yang langsung melepaskan cengkeramannya.

"Maafkan saya, Tuan, saya takut terlambat," ucap Shiren yang malah semakin membuat Arthur marah besar. Dia kembali mencengkram lengan Shiren dengan kuat seperti tadi.

"Dan apa kau buta? Di sini dilarang memberi alasan padaku!"

"Aaaa, ampun, iya, Tuan, saya salah, saya minta maaf. Saya berjanji tidak akan melakukannya lagi," ucap Shiren dengan wajah meringis.

"Jenifer, apa kau sudah memberikan daftar itu padanya? Mengapa dia seperti tidak tahu apa-apa?" tanya Arthur sambil menatap sang kepala pelayan.

"Sudah, Tuan, saya meletakkan kertas itu di atas meja, tapi, sepertinya Nona Shiren mengabaikannya," sahut Jenifer yang langsung membuat Shiren menatap sinis padanya.

"Saya minta maaf, Tuan, saya akan membaca semuanya."

Arthur tak menjawab dan pergi meninggalkan mereka dengan kursi rodanya. Setelah Arthur masuk ke dalam lift, Shiren pun langsung mendatangi Jenifer.

"Tapi kau seharusnya memberitahu aku jika kau meletakkannya di sana. Kau sendiri yang bilang jangan menggeser benda apapun di dalam kamar. Jelas saja aku takut menggesernya," sahut Shiren sengit.

"Di rumah ini, semua hal harus dicari tahu, bukan diberitahu," jelas Jenifer dengan tatapan datarnya.

"Oh ya? Lalu, bagaimana dengan Tuan Arthur? Apakah dia juga harus mencari tahu dulu?"

"Tuan Arthur adalah pemilik peraturan itu."

"Lalu, bagaimana jika resleting celananya turun, apakah kau tidak akan memberitahunya dan membiarkannya ke kantor dengan celana seperti itu?"

"Tutup mulut anda, Nona. Anda tidak berhak membicarakan Tuan Arthur seperti itu." Jenifer terlihat begitu marah ketika Shiren membahas majikannya, apalagi dengan konteks memalukan seperti itu.

"Aku kan hanya bertanya. Kau bilang semua orang harus mencari tahu. Lalu, bagaimana jika ada lintah di kakimu? Apakah kau harus kehilangan banyak darah dulu baru tahu kalau ada lintah di sana?"

"Mengapa anda berbicara entah kemana-mana. Peraturan ini adalah milik Tuan Arthur, jika Nona menentangnya, maka sama saja Nona menentang Tuan Arthur."

"Lalu, bagaimana jika tragedi resleting turun itu benar-benar terjadi?"

"Hanya Tuan Arthur yang boleh diberitahu."

"Lalu jika kancing kemejamu lepas dan bramu terlihat, apakah tidak ada orang yang boleh memberi tahu?"

Mata Jenifer melotot setelah mendengar ucapan Shiren yang semakin kemana-mana.

"Dan dia? Bagaimana kalau pengawal itu bajunya habis dijatuhi kotoran burung saat keluar, apa kalian akan diam saja dan membiarkan dia berjalan-jalan mengelilingi rumah ini dengan kotoran burung yang berceceran kemana-mana?"

Pengawal yang ditunjuk Shiren reflek melihat pakaiannya untuk memastikan tidak ada kotoran burung.

"Dan jika ada cabe di gigimu, atau belek mata di matamu, apa kami tidak boleh memberitahu. Dan kau akan menyadarinya ketika malam tiba. Kau mau terlihat seperti itu di depan majkanmu?"

"Cukup, Nona, anda benar-benar menguji kesabaran saya! Di sini, Saya bahkan lebih berhak daripada Anda karena saya adalah kepercayaan Tuan Abraham dalam menjaga Tuan Arthur!"

"Aku tidak habis pikir denganmu. Lalu, jika semua orang tidak boleh berlari, bagaimana jika Tuan masuk ke dalam got? Apa kalian tidak akan berlari dan menolongnya?"

Sementara itu, Arthur yang sudah berada di lantai atas mendengar pertengkaran mereka.

"Tuan, saya akan menghentikan..." Seorang pengawal menawarkan diri untuk membantu mengakhiri pertengkaran Shiren dan Jenifer, namun, dengan cepat tangan Arthur mengangkat ke atas untuk menolaknya.

"Tidak, jangan. Biarkan saja mereka berargumen. Belum pernah aku melihat Jenifer yang dilawan seperti itu."

"Mengapa anda senang melihat Jenifer marah, Tuan?"

"Dia adalah orang yang selalu menuruti perintah kakek. Aku sudah lama memendam kekesalan padanya. Biar saja gadis itu yang menanganinya," ucap Arthur sambil tersenyum tipis.

Terpopuler

Comments

Ayas Waty

Ayas Waty

jangan sampai kalah argumen Shiren

2023-05-26

0

Yuli maelany

Yuli maelany

diam diam kamu kagum dan terpesona dengan Shireen kan🤭🤭🤭🤭🤭

2023-05-24

0

Naysila mom's arga

Naysila mom's arga

bagus shiren harus di lawan tu si jenifer pembantu aja sok berkuasa

2023-05-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!