Undangan makan malam

Beberapa hari kemudian.

Kepala Shiren terus tertunduk ke bawah sejak tadi. Dia sama sekali tak berani menatap seseorang yang sedari tadi menatapnya tanpa henti.

Ya, saat ini, dia sedang berada di sebuah rumah mewah, tepatnya di rumah Abraham yang cucunya akan menikah dengan Shiren.

Arthur terus melihatnya tanpa henti. Seandainya itu hanya tatapan biasa, Shiren tidak akan takut. Namun, Arthur melihatnya dengan tatapan begitu tajam. Dia begitu mengenal Abraham yang katanya sangat kejam di dunia bisnis. Sudah banyak perusahaan yang tumbang karena dirinya. Namun, Arthur? Dia tidak begitu tahu tentangnya tipenya yang tertutup.

"Kakek, apakah tidak salah memilih?" tanya Arthur dengan tatapan masih masih tertuju pada Shiren.

"Dengan sedikit perawatan, kakek yakin wajahnya tidak akan menyakiti matamu."

Ucapan Abraham memang benar-benar kejam.

"Kakek masih terlihat sehat. Untuk apa mencarikan aku istri, apalagi dengan model seperti ini? Apakah kakek sengaja mencarikan aku yang seperti ini karena tahu bahwa aku tidak bisa melakukan apa-apa?"

"Jangan salah paham, Arthur. Kakek harus segera pergi ke luar negeri untuk menjalani pengobatan. Dan Kakek tidak mau meninggalkanmu seorang diri. Sebelum memilihnya, Kakek sudah lebih dulu mencari tahu seperti apa dirinya. Dibanding kakaknya, dia jauh lebih penurut."

Ucapan Abraham lagi-lagi membuat Shiren sedikit terkejut. Ternyata pria tua itu sudah lebih dulu mencari tahu tentangnya.

"Baiklah, jika Kakek yang memilihnya, aku tidak akan menolak." Arthur mengangguk pada kakeknya, namun dia langsung melayangkan tatapan tajam pada Shiren. Seakan-akan mengatakan bahwa 'kau baru saja memulai penderitaanmu'.

"Makanlah, Nak, kalau sudah dingin, maka rasanya tidak akan enak lagi," ujar Abraham yang mengerti jika saat ini, Shiren sedang takut pada mereka. Jelas saja, dia dijemput secara tiba-tiba oleh pengawal rumah itu yang katanya ingin makan malam bersamanya.

"Iya, Tuan," ucap Shiren ragu.

"Jangan panggil tuan, panggil saja kakek."

"Ba-baik, Kakek."

"Apa yang bisa kau lakukan di rumahmu?" tanya Arthur yang masih ragu jika Shiren adalah pilihan kakeknya.

"Saya? Emm, biasanya setiap pagi, saya akan membantu asisten rumah tangga untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah itu saya bekerja, dan malamnya saya akan membuat makan malam."

Arthur heran dengan ucapan Shiren. Jika ada asisten rumah tangga, lantas mengapa dia juga harus mengerjakannya?

"Dia anak tiri dari ibunya. Katanya ibunya seorang pelakor, tapi sudah lama meninggal setelah melahirkannya," ucap Abraham yang mencoba untuk menjelaskan rasa penasaran cucunya.

"Ah, ibu tiri? Jadi, kau sudah biasa menerima perlakuan yang kejam?"

"Se-sebenarnya tidak kejam, Tuan. Hanya saja…"

"Aku tidak peduli jika itu kejam atau tidak. Karena di sini, kau akan mendapatkan hal yang lebih menyedihkan."

Ucapan Arthur membuat Shiren menunduk takut. Apakah prediksinya benar mengenai Arthur? Pria ini adalah pria yang sama kejamnya dengan kagetnya? Astaga, Shiren tidak bisa membayangkan rasanya keluar dari kandang macan dan masuk ke kandang singa.

"Arthur, sudah Kakek bilang jangan menyalahkan orang lain, apalagi sampai melampiaskannya." Abraham menegur sang cucu yang sampai saat ini pun selalu melampiaskan rasa kecewanya kepada orang lain. Dia kecewa pada dirinya sendiri yang tidak hati-hati sehingga mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kelumpuhan pada kedua kakinya.

Arthur pun langsung berhenti makan dan meningkat kepala pelayan untuk mengantarnya ke dalam kamar. Kini, tinggallah Abraham dan Shiren. Suasana yang menurut Shiren benar-benar sangat menakutkan.

"Shiren, apakah kau mau berjanji satu hal padaku?" tanya Abraham dengan senyuman yang menurut Shiren sangat menakutkan. Bagaimana bisa orang berhati dingin dan kejam seperti itu tersenyum padanya? Hiii, benar-benar mengerikan.

"Ya, Kakek, katakan saja." Mencoba menghilangkan rasa takutnya dengan menutupi rasa gugupnya.

"Jika Kakek sudah pergi, maukah kau terus menjaga Arthur dan berada di sisinya?"

Pertanyaan Abraham membuat Shiren terheran-heran. Mengapa Abraham menanyakan hal itu? Bukankah dia akan kembali setelah pergi?

"Berjanjilah pada Kakek untuk merahasiakan ini dari Arthur. Sebenarnya, Kakek ingin menghabiskan sisa umur kakek di luar negeri, di sebuah desa kecil, tempat dimana Kakek dan nenek Arthur dulu tinggal."

Shiren benar-benar terkejut mendengar ucapan Abraham. Menghabiskan sisa umurnya? Apakah benar jika Abraham sakit parah?

"Kakek, aku tidak mengerti." Shiren masih bingung.

"Kakek memiliki penyakit yang sudah parah. Bahkan dokter terbaik di dunia pun sudah tidak bisa mengobati Kakek lagi. Tetap berada di sini dan membiarkan Arthur menyaksikan kepergian Kakek adalah hal yang sangat menyakitkan. Kakek adalah satu-satunya orang yang dia miliki. Melihat Kakek sakit saja dia sudah memarahi semua orang. Apalagi melihat Kakek pergi untuk selamanya? Kakek takut dia akan membun*h semua orang," ucap Abraham dengan tatapan miris. Dia pernah melihat Arthur mengamuk kepada semua pelayan dan pengawal karena dirinya tiba-tiba saja pingsan. Ya, itu adalah salah satu dari gejala penyakit mematikan yang dideritanya.

Berat sekali bagi Shiren karena dia harus menyimpan rahasia ini rapat-rapat.

"Baik, Kek, aku akan tetap bersamanya dan merawatnya seumur hidupku," ujar Shiren yang langsung membuat Abraham tersenyum lega.

"Terima kasih, Shiren. Kakek mohon padamu untuk selalu menuruti perintahnya, atau kau tahu kan apa yang akan terjadi pada kedua orang tuamu?"

Ucapan Abraham langsung membuat nyali Shiren ciut. Dia tidak akan bisa membiarkan ayahnya menderita lagi seperti dulu.

"Aku berjanji, Kek, aku tidak akan mengingkarinya."

"Kakek percaya padamu bahwa kau akan menepati janji ini. Sekarang, biarkan sopir mengantarkanmu pulang. Berikan ini pada keluargmu sebagai oleh-oleh," ucap Abraham sambil memberikan tiga buah paper bag untuk Shiren.

Shiren pun segera pulang dengan diantarkan sopir pribadi keluarga itu. Dia benar-benar diperlakukan seperti nyonya besar. Menaiki mobil mewah, dibukakan pintu, bahkan sopir itu memastikannya berjalan sampai ke dalam rumah.

Terpopuler

Comments

Ayas Waty

Ayas Waty

semoga Arthur gk kejam2 amat

2023-05-26

0

Yuli maelany

Yuli maelany

Arthur bukan kejam mungkin yaa,dia hanya marah dan kecewa dengan takdir yang dia alami Belum bisa menerima kenyataan dan belum bisa berdamai dengan diri sendiri.....

2023-05-22

1

Nadiyah1511

Nadiyah1511

jgn kejam kejam ya thor..ngebyngin'y z dh sesek nafas💜🤭💜

2023-05-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!