Bukan dia

Dara yang tadi menerima pesan dari Shiren pun masih kepikiran sampai sekarang. Dia ingin sekali untuk tidak mempercayai ucapan Shiren. Tapi sayangnya, dia tidak bisa memungkiri jika Shiren adalah gadis yang sangat baik dan jujur. Mustahil dia berbohong pada Dara, apalagi berniat untuk menghancurkan hubungan mereka.

Dara masih mondar-mandir di dalam ruang kerjanya sambil melihat arlojinya. Dia sudah mengatakan pada kekasihnya jika dia tidak bisa mampir ke apartemennya. Jadi, apakah dia harus datang ke sana dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Aku harus segera membuktikannya. Semoga saja anak itu hanya mengarang. Entah mengapa sekarang aku berharap anak itu membenciku sehingga apa yang dia ucapkan tidak benar," gumam Dara sambil bersiap-siap memasukkan barang-barangnya ke dalam tasnya.

Jam yang sudah menunjukkan sore hari membuatnya memutuskan untuk datang ke apartemen Demian. Dia ingin sekali membuktikan bahwa kekasihnya adalah orang yang setia.

Tanpa menunggu lagi, dia segera mengemudikan mobilnya menuju ke apartemen Demian. Dia sama sekali tidak mengabari Demian sama seperti waktu itu. Dan semoga saja, apa yang diucapkan Shiren tidak benar.

Sesampainya di apartemen Demian, Dara langsung bergegas menuju ke lift untuk mencapai unit apartemen Demian.

Sesampainya di depan pintu apartemen itu, dia pun segera mengirim pesan pada Demian untuk menanyakan apakah dia sudah pulang atau belum.

Namun, Demian tidak kunjung membalasnya. Bahkan teleponnya juga tidak diangkat. Karena semakin overthinking, Dara pun segera menekan kode sandi pintu itu dan masuk ke dalam.

Dia pun langsung mencari sosok Demian di dalam kamar untuk membuktikan ucapan Shiren.

Namun, ketika sudah sampai di kamar itu, betapa terkejutnya dia ketika melihat kamar yang sangat berantakan seperti habis terkena badai. Dan tak hanya itu, dia melihat selimut yang menutupi tubuh seseorang di samping bawah ranjang.

Dan saat dibuka, lagi-lagi Shiren terkejut karena melihat Demian yang berada di balik selimut itu. Dia terlihat berkeringat dengan tubuh yang menggigil. Dia tak memakai pakaian, hanya celana dal*m saja.

"Sayang, kau kenapa? Mengapa di sini?" Buru-buru Shiren membantu kekasihnya untuk kembali naik ke atas ranjang.

"Sayang, seharusnya kau tidak datang ke sini dan melihat ini. Sebenarnya aku sedang sakit hingga berkeringat dingin seperti ini. Aku mengalami sakit perut dan meraung seperti orang gila hingga ranjang ini berantakan dan aku jatuh ke bawah," ucap Demian dengan suara lemah.

"Astaga, jadi karena ini kau tidak membalas pesanku dan mengangkat teleponku?"

"Maafkan aku, Sayang, saking sakitnya aku tidak mendengar apapun di sekitarku."

"Lalu mengapa kau harus membuka semua bajumu? Bukankah kau sakit perut?"

"Aku mengalami sakit perut setelah pulang bekerja. Aku hanya sempat menanggalkan pakaianku tanpa sempat menggantinya. Kau tahu kan, tidur dengan pakaian kerja itu tidak nyaman. Maukah kau membantuku memakai baju?"

"Tentu, Sayang." Dara pun langsung menuju ke lemari pakaian Demian dan mencari baju yang diinginkan Demian. Hari ini Demian sedikit banyak mau karena menginginkan warna pakaian yang bahkan sangat sulit dicari Dara.

Lima menit mencari, akhirnya pakaian itu bisa didapatkan di sebuah keranjang laundry yang belum sempat di tata Demian ke lemari.

Setelah memakaikan Demian pakaian, Dara pun langsung membuat sup hangat untuk Demian. Katanya, perutnya sakit akibat makan makanan yang membuatnya alergi.

"Sayang, apakah tadi siang kau pergi keluar?" tanya Dara yang kembali mengingat pesan dari Shiren.

"Tidak ada, Sayang, tapi temanku meminjam mobilku untuk menjemput kekasihnya yang berada di spa karena mobilnya sedang mogok.*

Kini akhirnya Dara mengerti mengapa Shiren melaporkan Demian. Rupanya karena dia melihat mobil Demian.

'Begitulah kalau hatinya busuk, belum apa-apa sudah berprasangka buruk,' batinnya kesal.

"Kenapa, Sayang?" tanya Demian yang melahap habis sup buatan Dara. Meskipun sup instan karena Dara tidak begitu pandai memasak, namun tetap terasa enak dengan bumbu yang sudah pas.

"Tidak ada, aku hanya bertanya. Ya sudah, sekarang kau istirahat saja, aku akan pulang."

"Tidak, jangan, tetaplah disini dan temani aku hingga besok. Aku sangat merindukanmu," ucap Demian sambil menarik tangan Dara.

Dara yang memang sedang dimabuk cinta tentu tidak dapat menolak permintaan Demian.

Dia pun memutuskan untuk menginap di apartemen Demian dan mengirimkan pesan pada ibunya.

Tak hanya pada ibunya, dia juga mengirimkan pesan pada Shiren sambil memotret Demian.

[Kau lihat ini, anak har*m. Sekarang dia sedang terbaring sakit, dan orang yang kau lihat tadi adalah temannya. Ingat, ya, jangan pernah mencampuri urusan pribadiku lagi. Aku tidak akan pernah mempercayai ucapanmu, dasar anak sial*n!]

Shiren yang menerima pesan itu hanya bisa menghela nafas pelan.

"Jadi tadi aku salah orang? Tapi aku benar-benar yakin kalau pria tadi adalah Demian. Tapi sudahlah, yang penting aku sudah memberitahunya dan mulai sekarang aku tidak akan ikut campur lagi dengan segala urusannya." Shiren sama sekali tak menanggapi ucapan kasar kakaknya padanya. Ya, seperti yang author bilang tadi, cacian dan makian adalah makanan sehari-hari baginya.

"Apa!! Dia menginap di apartemen Demian? Apa dia sudah gila? Suruh dia pulang sekarang?" Terdengar suara Robby yang begitu kuat dari arah ruang keluarga. Shiren pun segera mendatangi untuk melihat apa yang terjadi.

"Tidak apa-apa, dia kan hanya menemani Demian yang sakit. Memangnya apa yang perlu kau khawatirkan?" ucap Diana yang ternyata sama sekali tidak keberatan anak gadisnya menginap di apartemen pacarnya.

"Apa yang ku khawatirkan? Asal kau tahu, dulu, ayahnya Demian itu terkenal playboy dan suka tidur dengan banyak wanita. Bahkan ada yang hamil tapi dia tidak mau mengakui dan meninggalkannya hingga wanita itu bun*h diri. Bagaimana kalau hal itu terjadi pada anakmu. Mana mungkin mereka tidak melakukan apa-apa!!"

Teriakan Robby terdengar semakin kencang saja. Dia terlihat begitu murka dengan berita anak sulungnya yang menginap di apartemen pacarnya.

"Hei, jangan kau samakan anakku dengan dirimu! Dia tidak sama seperti dirimu yang tukang selingkuh!" Kini Diana balik memaki Robby hingga pria itu langsung terdiam.

"Aku tahu aku salah, tapi kau tidak bisa membebaskan anak perempuanmu bersama pacarnya. Bagaimana kalau dia sampai hamil?"

"Sudahlah, kau terlalu berlebihan. Kalau hamil yang dinikahi, sama seperti kau menikahi wanita tidak tahu diri itu!"

Robby yang sudah kehabisan kata-kata pun langsung pergi dari sana. Dia sudah tidak dihormati lagi semenjak ketahuan berselingkuh dengan ibu Shiren. Meskipun jalan ceritanya tidak seperti yang orang-orang pikirkan, tapi dia tetap bersalah di mata semua orang, terutama istri dan anaknya.

Terpopuler

Comments

Ayas Waty

Ayas Waty

penasaran dg kisah mu pak Robby

2023-05-26

1

Yuli maelany

Yuli maelany

sebenarnya ada rahasia apa d antara Roby dan ibunya shiren....

2023-05-23

0

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

mudah dara hamil,terus di tinggalin,ngeselin sih😆

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!