Matahari

HARI INI TELAH DISELENGGARAKAN PESTA PERNIKAHAN MEWAH ANTARA ARTIS TERKENAL, YURI DENGAN SEORANG PENGUSAHA BERNAMA ANDIKA. PERNIKAHAN AKAN BERLANGSUNG DUA HARI DUA MALAM. TAK HANYA KEDUA MEMPELAI YANG BAHAGIA, NETIZEN JUGA BAHAGIA KARENA MENDAPATKAN BANYAK GIVEAWAY DARI PERNIKAHAN YURI DAN ANDIKA.

Pranggggg!!! Terdengar suara benda pecah dari ruang keluarga. Semua orang tentu terkejut mendengarnya, terlebih lagi Shiren yang sejak tadi berdiri di samping Arthur. Apakah ini benar? Arthur baru saja melempar vas bunga ke layar televisi hingga retak?

Ya, benar, Arthur melempar layar televisi yang sedang ditontonnya dengan vas bunga hingga layar televisi itu retak dan mati. Sementara vas bunga pecah dan berserakan di lantai.

"Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Jenifer sambil mendatangi Arthur dan memeriksa tangannya.

Arthur langsung menarik tangannya dengan wajah yang masih kesal.

"Sebaiknya anda ke taman saja, Tuan, bunga mawar putih itu....."

"Perset*n dengan mawar putih! Musnahkan semua bunga itu!" teriaknya dengan suara yang menggelegar.

"Saya akan memerintahkan tukang kebun untuk memusnahkan semua mawar putih yang ada di kebun, Tuan."

Arthur hanya memijat kepalanya yang terasa pusing. Dia masih terlihat sangat kesal dan marah.

"Adakah tempat yang ingin Tuan datangi?" tanya Jenifer mencoba menghibur majikannya.

"Mengapa harus diberitahu? Kau kan harusnya mencari tahu," ucap Shiren tiba-tiba. Sepertinya dia masih kesal dengan Jennifer karena kejadian beberapa waktu yang lalu.

"Oh, benar, Nona. Kalau begitu, Nona pasti tahu kemana akan membawa Tuan Arthur, bukan?" tantang Jenifer dengan tatapan licik.

"Tentu saja aku tahu." Tanpa menunggu lagi, Shiren langsung mendorong kursi roda Arthur dan membawanya ke dalam lift.

Arthur yang masih dilanda kekesalan tetap diam dan tidak bertanya kemana Shiren akan membawanya.

Hingga saat lift terhenti dan pintu terbuka, mereka pun sampai di atap rumah. Ah, ternyata Shiren membaw Arthur ke atap rumah. Pemandangan sore menjelang senja terlihat sangat bagus dari atas sini.

"Mengapa kau harus membawaku ke tempat ini? Apa kau ingin mendorong ku dari sini?"

"Tidak, Tuan, dulu seketika saya sedang marah, saya selalu pergi ke atap rumah dan menyaksikan pemandangan. Jika tidak ada orang, maka saya akan berteriak dan mengeluarkan sumpah serapah saya pada sesuatu yang membuat saya marah."

"Jadi, apa kabar saja menyuruhku berteriak seperti orang gila dari atas ini?"

"Tidak, Tuan, saya hanya ingin mengajak anda untuk menyaksikan pemandangan dari atas sini. Matahari itu, Tuan." Shiren menunjuk cahaya matahari yang mulai terbenam.

"Kenapa dengan matahari itu?"

"Saya menganggap matahari itu sebagai amarah saya. Lalu, ketika dia perlahan tenggelam, maka, amarah saya pun ikut tenggelam. Saya membuang semua amarah saya bersama matahari itu."

"Pemikiran bodoh." Arthur terkekeh pelan. Dia menganggap ucapan Shireen sangat tidak masuk akal. Namun, pada akhirnya dia bisa terhibur dengan kebodohannya.

"Ya, Tuan, banyak yang bilang bahwa itu adalah pemikiran bodoh. Tapi, saya sendiri telah membuktikan jika pemikiran bodoh itu memang benar-benar bekerja."

Arthur terdiam dan menatap matahari yang hampir tenggelam. Dia pun mengikuti saran dari Shiren untuk mengibaratkan matahari itu sebagai amarahnya. Perlahan, matahari mulai terbenam bersama dengan amarah Arthur.

Tidak disangka, pemikiran bodoh Shiren benar-benar bekerja padanya. Amarahnya sudah menghilang bersama dengan matahari yang tenggelam.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***