Ruang Kerja Pedro Pascal di Quantico Virginia
Pedro masih menatap tajam ke Leonardo yang masih membalas nya dengan tenang hingga suara ponselnya berbunyi. Pedro melirik dan wajahnya tersenyum saat tahu siapa yang menelpon.
"Halo princess... Kamu dimana?" tanya Pedro sambil menatap Leonardo licik membuat pria muda di hadapannya manyun.
"London?" senyum Pedro. "Pindah sana?"
"Dad, siapa yang pindah ke London?" jawab Biana bingung. "Daddy ada siapa disitu?"
"Serius kamu pindah London? Jadi yang ngejar kamu nggak bisa nemuin kamu dong. Bagus lah !" ucap Pedro dengan wajah durjana.
"Dad, jangan bilang... Nooooo, singa gurun ke tempat Daddy?!" ucap Biana tertahan. "Seriously?"
"Serious. So, kapan mulai?"
"Dad ! Ngapain dia kesana?" Pedro bisa mendengar nada panik di Biana.
"Hanya kemari."
"Berikan ponsel nya ke singa gurun!"
"Bia..." Pedro berharap putrinya tidak berkata pedas ke Leonardo. Bagaimana pun Biana wanita yang diajarkan untuk berkata kasar dengan siapapun.
"Dad, please..."
Pedro menyerahkan ponselnya ke Leonardo.
"Halo sayang" sapa Leonardo membuat Pedro ingin melempar asbak ke wajah jahil pria itu.
"Ngapain kamu ke kantor Daddy? Kamu ketahuan jadi pembunuh berantai?" cerocos Biana judes.
"Sayangku, aku masih waras. Bukan sosiopat atau pun psikopat. Dengar, aku ke kantor Daddy mu buat membuktikan bahwa aku serius denganmu Bia..."
"Seriously Leo ! Kamu itu benar-benar nggak waras ! Kamu main lamar aku?"
"Kalau kamu minta dilamar sekarang, ayo ! Siapa yang takut..." Leonardo mendelik saat Pedro menodongkan Glocknya ke arahnya. "Mr Pascal..."
"Berani kamu main lamar Biana sekarang, lari keliling Quantico sepuluh kali !" ucap Pedro judes.
Biana tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan ayahnya. "Mampoosss..."
"Bia, ayahmu menodongkan Glocknya ke aku... Aku harus bagaimana Bia? Lamar kamu sekarang atau besok?" Leonardo menatap Pedro santai.
"Tidak ada lamaran, Singa Gurun !"
"Jadi kita langsung nikah saja?" cengir Leonardo.
Biana mematikan panggilannya membuat Leonardo melongo. "Ponsel anda, Mr Pascal." Leonardo menyerahkan ponsel Pedro yang menerimanya dengan tangan kiri karena tangan kanannya masih menodongkan Glocknya.
"Tidak ada lamaran, Rossi !"
"Baiklah... Tidak sekarang lamarannya. Saya harus pergi Mr Pascal karena saya harus ke London menyusul Biana supaya bisa meyakinkan putri anda lagi." Leonardo berdiri. "Permisi Mr Pascal." Pria bermata biru itu pun mengangguk hormat lalu keluar dari ruang kerja Pedro.
Pedro lalu menyimpan Glocknya ke dalam laci dan menyandarkan punggungnya ke kursinya. "Ya Allah Nadira... Putri kita sudah dewasa..." ucapnya dengan nada lelah.
***
Apartemen Chris Armstrong di Dallas Texas
Chris masuk ke dalam apartemen nya dengan langkah gontai. Bukan apa-apa, dirinya merasa Joey Bianchi pun tidak akan memberikan restu kepadanya untuk mendekati Rania.
"Haaaaahhh Raniaaaaa... Aku harus bisa mendapatkan kamu ! Tenang saja. Demit ini akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi ! Tunggu saja Rania !" Chris menatap foto Rania di meja di kamarnya. "Aku kangen Ran... Maafkan aku kalau lalai dalam semuanya ... Aku janji tidak akan macam-macam lagi !"
Chris mengambil ponselnya dan menghubungi Rania.
"Chris ! Jangan sekarang !" teriak Rania membuat Chris melongo.
"Ran ! Rania !" panggil Chris panik. "Kamu kenapa?"
"Jangan sekarang !" Rania mematikan ponselnya.
"Kamu kenapa?" Chris menatap layar ponselnya bingung.
***
Meanwhile di Rumah Sakit Royale London...
Rania dan Biana bersembunyi di balik tembok saat melihat dua orang pria menodongkan Glocknya ke arah ruang farmasi rumah sakit. Mereka meminta obat jenis opioid yang memang ada di farmasi dan dua gadis yang baru saja selesai makan malam di rumah sakit usai Rania selesai shiftnya tampak bingung.
"Kamu nggak bawa Glock?" tanya Rania ke Biana.
"Yang benar saja Rania ! Nggak lah !" sahut Biana judes. Menjelang jam sepuluh malam memang tidak banyak orang menuju farmasi dan penjaga juga hanya ada satu orang.
Rania sendiri sedang perjalanan menuju farmasi untuk menukar resep untuk pasiennya yang baru saja dibedah karena stok di ruang suster kosong. Biana memang menunggu Rania selesai melakukan tindakan sembari memeriksa tugas mahasiswa nya termasuk Richard Carrington. Biana memang menemani Rania kesana karena rencananya usai mengambil obat, diserahkan ke suster jaga, mereka langsung pulang.
Seorang perawat sudah menelpon polisi tapi Rania dan Biana melihat ada seorang satpam terluka karena terkena pukulan gagang pistol sedangkan dua orang apoteker yang ditodong pistol tampak sangat ketakutan apalagi salah satunya adalah Mary yang baru saja menjalani prosedur pemasangan ring jantung.
"Polisi suka lama kalau malam Minggu karena ada pertandingan bola" gumam Rania.
"Apa rencana kamu?" tanya Biana. Rania menyeringai.
***
"Berikan obatnya ! Sekarang !" teriak salah satu pelaku yang wajahnya ditutupi dengan masker.
"Ta... tapi... " Mary menoleh melihat Biana dan Rania berdandan macam wanita nakal masuk ke dalam ruang farmasi. Kancing kemeja mereka dibuka hingga memperlihatkan belahan dadanya dan terlihat Biana hanya mengenakan blus panjang memperlihatkan kakinya yang jenjang dan mulus.
"Lho... Ini ruang apa..." tanya Rania dengan gaya mabuk.
"Ini bukan bar kan?" balas Biana dengan gaya yang sama. Bau bir dan alkohol tercium dari tubuh kedua gadis itu.
"Ladies! Kalian salah tempat !" bentak orang yang menodongkan pistol nya ke arah Mary.
"Oh, apakah itu pistol?" tanya Rania dengan wajah sayu khas orang mabuk. "Kok ada dua? Duh, aku mabuk beneran ini... Bukannya aku harus ke IGD .." Gadis itu mendekati pria itu. "Benar... ini pistol ... "
Pria itu menatap gadis cantik yang sangat mabuk itu dan disaat lengah, Rania mencengkram masa depannya membuat nya menjerit sedangkan rekannya yang bingung langsung didekati Biana yang mendarat kan tinjunya lalu saat pria kedua itu terhuyung, Biana menendang titik tengah terlemah pria membuatnya tersungkur. Biana tidak berhenti sampai disitu dan dia menjambak rambut pria itu lalu memberikan pukulan upper cut dengan sikutnya membuat pria kedua langsung pingsan.
"Fiuuuhhh ... Olah raga malam-malam" ucap gadis cantik itu.
Sementara Rania masih mencengkram dengan keras menggunakan tangan kirinya dan tangan kanannya menodongkan scapel ke leher pria itu.
"Drop the gun atau aortamu akan aku slice hingga muncrat dan dalam waktu 30 detik kamu menghadap dewa kematian!" ucap Rania dengan tatapan tajam.
Pria itu langsung meletakkan pistol nya di atas meja dan segera diambil Biana yang langsung melepaskan magazinenya dan membuatnya aman.
Rania melepaskan cengkeramannya dan tersenyum lalu memukul pria itu dengan sikutnya hingga pingsan. Tak lama polisi datang dan seorang super intendant menatap Rania dengan tatapan judes.
"Not again Rania !" hardik pria tampan itu.
"Hai Darling... How are you today ?" sapa Rania cuek.
"Not so good !" Pria bernama Darling itu lalu memerintahkan anak buahnya menangkap dua pria yang pingsan itu. "Seriously Rania ! Kalau tidak menghajar orang kenapa sih?"
"Oh Alex Darling, aku butuh adrenalin..." senyum Rania ke pria itu.
"Kamu mabuk?" Alex bisa mencium bau alkohol disana.
"Nooooo, aku hanya menyipratkan saja biar kesannya aku mabuk" jawab Rania. "Bia, perkenalkan ini Super intendant Alex Darling, Scotland Yard, pria paling menyebalkan kedua setelah demit. Darling, ini sepupuku, Biana Pascal."
"Jangan bikin rusuh London !" pinta Alex Darling sambil menyalami Biana.
"Aku nggak janji" cengir Biana.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
ꍏꋪꀤ_💜❄
udah ada hilal baru lagi.....
dan panggilannya bisa buat slah paham lhooo🤣🤣🤣
2023-06-17
2
za_syfa
Alex ini kan yg nanti mau di jodohin sama Galena?
2023-06-17
1
ellyana imutz
wes biang var-bar beraksi selesai sudah masalh...nama ny bikin gagal paham ni ...wah demit m singa gurun isoh salah paham karo jenenge polisi alex darling
2023-06-17
1