Apartemen Biana di Cambridge
Biana mengeluarkan stew dari ovennya serta memanaskan mashed potatoes di microwave. Leonardo mengeluarkan dua bento, dua botol besar coke dan tea plus satu mangkuk salad.
"Kamu masak Bia?" tanya Leonardo melihat beef stew di meja makan.
"Aku cucunya chef terkenal. Kalau aku tidak bisa memasak, bisa dipecat jadi cucu tahu nggak?" balas Biana judes.
"Rajendra McCloud."
"Hah?" Biana menatap Leonardo sambil mengambil dua gelas dan satu mangkok es batu.
"Rajendra McCloud. Opamu kan? Pemilik RR's Meal seluruh dunia dan Oom kamu adalah Eagle McCloud?"
"Well, well, well... Ternyata kamu sudah mencari tahu soal aku?" senyum Biana.
"Nama Pascal itu umum tapi McCloud... hanya ada satu McCloud yang terkenal dan menilik gaya dan sikap kamu yang percaya diri dengan barang - barang branded, kamu pasti anggota keluarga McCloud yang itu." Leonardo memasukkan es batu ke dalam gelas lalu menuangkan coke ke masing-masing gelas itu.
"So, apa yang membuat kamu mencari tahu soal aku, Singa Gurun?" Biana bersedekap menatap pria yang lebih tinggi dan berbadan besar darinya. Namun Biana adalah Biana yang merupakan didikan para Oom brutalnya jadi gadis itu tidak takut apapun kecuali Allah dan Mommynya.
"Karena Bia, seperti yang aku bilang, aku jatuh cinta padamu" senyum Leonardo.
"Oh Tuhan ku... Dasar pria Italia minus akhlak !" gerutu Biana. "Kita baru bertemu hari ini, Singa Gurun !"
"Apakah kamu pernah mendengar love at first sight? Nah, itu yang terjadi padaku Bia. Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya..."
"Gombal bin modus !" hardik Biana sebal.
"Hah?" Leonardo bingung dengan bahasa yang dipakai Biana. "Kamu ngomong apa?"
"Kamu itu tukang rayu berkedok kemodusan yang haqiqi. Dengar Leonardo bukan Dicaprio, i dont care kamu merasa love at first sight tapi aku tidak tertarik padamu !" Biana duduk di kursi dengan tatapan tajam.
"Oh Biana, kamu akan jatuh cinta padaku..." ucap Leonardo yakin sembari duduk di hadapan Biana.
"Apa yang membuat kamu yakin?" Biana menyendok kan mashed potatoes nya ke mangkok dan memberikan beef stew diatasnya.
"Biana... Melihat masakan ini, bentoku jadi tidak laku..." Leonardo menatap Biana.
"Tetap dimakan. Kata Omaku, tidak patut membuang-buang makanan karena membuang rejeki. Ini sebenarnya masakan sisa tadi pagi. Jadi yah, bentuknya sudah tidak cantik" jawab Biana cuek sambil memakan bentonya.
Leonardo memilih memakan masakan Biana yang kemudian menikmatinya. "Masakanmu enak Bia. Cocok buat tinggal di ranch."
Biana meletakkan sumpitnya. "Apa?"
"Cocok untuk tinggal bersamaku di ranch..."
"Hold it. Kamu mikir nya kejauhan! Dengar, kamu bilang seperti itu berarti aku sudah menikah denganmu?" Biana memicingkan matanya dengan tatapan galak.
"Yes. Kamu kan cerdas jadi bisa merangkai kan masa depan yang ingin aku lakukan bersama dengan mu."
Biana memegang pelipisnya. "Tunggu Singa Gurun,kamu ingin menikah denganku? Seriously ! Kita baru bertemu hari ini ! Hari ini!"
"Memang ada masalah? Kakekku juga sama, jatuh cinta dengan nenekku sejak pandangan pertama dan tiga Minggu kemudian mereka menikah. Dan sekarang sudah 50 tahun bersama ..."
"Dengar Leonardo, itu kan kakek dan nenekmu. Aku bukan nenekmu, kamu bukan kakek mu. Kita benar-benar berbeda !"
"No Biana, kita bisa seperti kedua kakek dan nenekku... Mungkin tidak dalam tiga Minggu kedepan kita menikah tapi setidaknya kamu tahu bahwa aku yang akan menjadi pasangan kamu ..." Leonardo menatap Biana dengan sungguh-sungguh.
Biana hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Oh boy..."
***
Leonardo menatap gadis cantik di hadapannya dan entah mengapa, hati kecilnya mengatakan bahwa Biana Pascal adalah calon istrinya. Leonardo memang sudah banyak bertemu dengan banyak wanita sebelumnya apalagi di dunia Rodeo,gadis seksih itu pasti ada.
"Eh Singa Gurun, apa sih enaknya naik sapi atau kuda kurang belaian kasih sayang?" tanya Biana santai.
"Banteng Bia...Dan bukan kurang belaian kasih sayang..." kekeh Leonardo geli.
"Lha banteng atau kuda ngereog itu kan tandanya kurang kasih sayang. Seninya dimana coba?"
"Adrenalin. Ada rasa kebanggaan tersendiri bisa menaklukkan banteng atau kuda dengan waktu cukup lama."
"Olah raga yang bikin babak bunyak" gerutu Biana. "Sudah berapa kali kamu patah tulang?"
"Lumayan sering."
"Olahraga opo golek molo sih ( olah raga atau cari penyakit )..." sungut Biana.
"Bia, kamu itu ngomong pakai bahasa apa sih ? Aku nggak paham... " ucap Leonardo bingung.
"Dengar Singa Gurun ... Apa yang kamu impikan itu jauh panggang dari api jadi anything bisa terjadi. Bisa saja besok aku jatuh cinta dengan pria lain jadi aku tidak membalas perasaan kamu atau kamu bertemu dengan cowgirl seksih jadi lupa dengan aku ... Apapun bisa terjadi."
"Biana..."
"Dengar, aku baru 19 tahun ... Mau 20 tahun dan sudah banyak rencana yang sudah aku susun sebelumnya. Menikah muda, bukan rencana aku bahkan bisa dibilang, menikah itu list aku paling terakhir !"
"Memang apa keinginan kamu?"
"Aku ingin menyelesaikan magister aku dan melanjutkan mengambil program doktoral untuk bisa menjadi dosen di Harvard. Aku ingin menjadi dosen, Leo. Dan kalau kamu meminta aku tinggal di ranch, hidup sebagai seorang istri peternak dan cowboy... Maaf. Itu bukan gaya aku ..."
"Apa karena aku tidak sekaya keluarga mu?" Leonardo menatap Biana sedih.
"Ya Allah, bukan soal kekayaan, Leonardo. Soal passion aku, keinginan aku ! Apa kamu tidak sadar, jika ... Ini misalnya kamu dan aku menikah, apa kamu tidak memasung aku? Aku ingin mengajar di Harvard, Leo. Aku ingin menjadi dosen ! Soal kehidupan di peternakan, aku juga tahu bahwa itu adalah kehidupan kan yang konstan terus menerus tidak ada hentinya. Bangun pagi memeriksa semua ternak, mengurus pegawai bahkan sampai sore... No Leo, bukan kehidupan yang aku cari."
Leonardo menatap Biana dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Apakah kamu... menolak aku?"
"Ya !" jawab Biana tegas.
Leonardo Rossi mengusap wajahnya. "Biana... "
"Aku mengatakan jauh-jauh sebelumnya Leo, agar kamu bisa memahami aku. Dengar, jangan terlalu menuruti ego kamu... Pikirkan juga apakah yang kamu harapkan akan sejalan dengan calon pasangan kamu..." Biana menatap Leonardo dengan memelas. "Aku sudah memilih menjadi pendidik ... Aku ingin menjadi dosen Leo seperti mommyku. Dan itu cita-cita aku dari kecil..."
Leonardo mengeraskan rahangnya. "Maaf Biana. Mungkin aku yang terlalu emosional... Seperti halnya pria Italia lainnya."
"Aku harap kamu bisa mengerti Leo."
Pria bermata biru itu mengangguk. "Aku paham tapi bukan berarti aku akan menyerah Biana."
Biana menghela nafas panjang. "Apa perlu kamu aku pukul pakai wedges aku supaya kamu mengerti?"
"No Bia, cukup elusan di wajahku..." rayu Leonardo usil.
Biana menjawabnya dengan sebuah tinju di wajah Leonardo.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa gaaaeeessss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
wa ha ha 🤣🤣🤣🤣
2023-12-14
1
wonder mom
mana yg remuk hayoo? hidung ato jidat?
2023-06-09
2
Imran Kalimanjaro
rasakno....
2023-06-07
1