Hari semakin siang setelah selesai menanam bunga bersama sang Bibi ia akan membantu sang Bibi untuk masak makan siang. Karena ia merasakan perut nya sedari tadi ingin minta di isi.
Ia dan sang Bibi berada di dapur sambil menyiapkan semua bahan bahan yang akan di masak untuk makan siang nanti.
“Bi mau masak apa...” tanya nya bingung.
“Non Ummi mau masak apa biar Bibi bisa masakin kesukaan non nya. Non Ummi kan jarang jarang minta di buatin apa apa sama Bibi...” jawab sang Bibi pada sang istri Tuan nya itu.
Sang Bibi tau kalau istri Tuan nya ini masih sungkan dan segan untuk meminta tolong pada orang lain.
“Em, saya merasa gak enak hati aja kalo mau minta sesuatu sama Bibi apalagi sama dia.”. “Aku bersih in sayur nya ya Bi...” kata nya berterus terang yang sedang membantu membersih kan sayuran.
“Iya non silahkan. Bibi mah tau non Ummi itu orang nya merasa sungkan dan segan tapi kalo non gak bilang Bi Tuti sama Tuan gak tau mau non nya apa...” ucap Bi Tuti menjelaskan.
“Tuan juga pasti begitu, sama sama gak tau maksud dan mau nya non Ummi apa. Jadi bilang aja mau non apa. Pengen ini pengen itu pasti Tuan akan mau nurutin kemauan nya non...” sambung Bi Tuti.
“Iya Bi, mungkin saya aja yang belum terbiasa dengan keadaan di sekitar saya. Maaf Bi...” kata nya masih sungkan.
“Gak papa non, jangan minta maaf non gak salah. Bibi do’a kan semoga aja selanjut nya non Ummi akan terbiasa dengan semua ini. Dan semoga hubungan non Ummi dan Tuan Tyaga bisa langgeng hingga ke Jannah Aaamiiin...” do’a dan harapan sang Bibi berharap Tuan dan istri nya bisa mencintai satu sama lain.
‘ Aaamiiin... ’ do'a nya dalam hati. Ia tak tau akan seperti apa hubungan mereka berdua ke depan nanti nya. Ia juga bingung harus berkata apa yang pasti setiap omongan adalah do’a bukan.
Mereka tengah sibuk nya memasak untuk makan siang sambil bercanda, bercerita dan saling mengenal satu sama lain. Sang Bibi ingin mengenal seperti apa sosok seorang istri dari tuan nya ini. Dan tanpa ia sadari ia jadi penasaran tentang sosok seorang Tyaga itu seperti apa sebagai suami pengganti nya ini.
Saking asyik nya mengobrol sambil memasak tanpa terasa masakan mereka matang dan siap untuk di hidangkan.
“Siap semua nya Bi, mari makan bersama. Saya udah gak sabar pengen nyoba in. Maaf Bi efek laper,, hehe...” rasa nya ia malu untuk mengungkapkan nya.
“Non aja duluan yang makan Bibi nanti belakangan aja...” tolak Bi Tuti merasa gak enak.
“Gak papa Bi, sekalian kita makan bareng aja. Yuk Bi, kata nya gak boleh sungkan kenapa sekarang bibi yang sungkan,, hehe...” ucap nya menggoda sambil membujuk sang Bibi.Akhir nya sang Bibi pun mau untuk makan siang bersama setelah di bujuk oleh nya.
Mereka pun makan siang bersama. Setelah selesai berkebun juga memasak yang melelahkan dan berakhir dengan makan siang dengan lauk pauk yang enak yang menurut nya sangat mewah. Walau pun hanya sekedar lauk pauk pada umum nya yang biasa orang makan.
Tidak bagi nya setelah menjadi anak perantauan yang jauh dari kampung halaman, membuat nya harus berhemat agar uang serta kebutuhan sehari hari di ibu kota tercukupi dan terpenuhi walau pun sedikit harus banyak banyak bersyukur.
Mengingat itu rasa nya ia ingin menangis. Hidup di perantauan jauh dari orang tua dan kini berumah tangga walau pun hanya suami pengganti. Tetap saja itu membuat nya sedih membayangkan nya tak sanggup apalagi jika teringat akan hal itu. haaahhh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments