Alana tidak menyangka kesalahpahaman yang terjadi tadi akan berujung seperti ini. Dia tidak bermaksud menyakiti Azzam apalagi membuatnya terluka.
Alana sadar bahwa pernikahan mereka tidak pernah didasari cinta. Meskipun begitu, Alana tengah belajar membuka diri dan menerima Azzam sebagai suaminya.
"Kalau begitu aku pergi, terima kasih atas semua kebaikanmu selama beberapa hari ini."
Alana bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pintu.
"Tunggu, Alana!" seru Azzam yang membuat langkah istrinya itu terhenti.
Azzam kembali teringat bahwa Alana tidak memiliki tempat tinggal selain apartemen itu, dia tidak ingin Alana sampai luntang-lantung di jalanan.
"Tetaplah di sini!" Azzam bangkit dari sofa dan berjalan menyusul Alana. "Biar aku saja yang pergi, kamu di sini saja." imbuh Azzam lalu menekan kenop pintu.
Meski kecewa, Azzam tidak mungkin membiarkan Alana menderita di luar sana, itu tidak baik untuk seorang wanita sepertinya.
"Jangan pergi, Azzam. Apartemen ini milikmu, kamu lah yang lebih berhak menempatinya." seru Alana sembari meraih tangan suaminya itu.
Alana menatap Azzam dengan sendu, lalu mencampakkan tubuhnya ke pelukan suaminya itu. "Biar aku saja yang pergi, aku tidak layak mendapatkan semua ini."
Azzam terkesiap dengan jantung bergemuruh kencang, ini pertama kali Alana memeluknya, rasanya sangat berbeda.
Azzam menggerakkan tangannya, dia ingin sekali mendekap Alana tapi tiba-tiba ingatannya kembali tertuju pada pemandangan di depan kantor tadi. Dia pun urung menyentuh Alana.
Karena tidak mendapatkan balasan dari Azzam, Alana pun dengan cepat menjauhkan diri. Dia merasa seperti orang bodoh yang berharap mendapat kesempatan kedua dari suaminya.
"Aku pergi, jaga dirimu!" lirih Alana.
Saat Alana hendak melangkahkan kakinya, Azzam dengan sigap meraih lengannya dan mendorong tubuh istrinya itu hingga tersandar di dinding.
Azzam mengukung tubuh Alana dan mendekatkan wajahnya, hal itu sontak membuat mata Alana membulat seiring denyut nadi yang terasa melemah.
"Katakan bahwa kamu tidak mencintai pria itu! Katakan bahwa kamu tidak ingin hidup dengannya!" tekan Azzam dengan tatapan tajam menakutkan.
Alana yang melihat itu seketika bergidik ngeri, dia benar-benar takut menatap mata Azzam yang sudah seperti elang kelaparan.
"A-aku..." Alana tergagap, apa yang harus dia katakan dalam kondisi tertekan seperti saat ini?
Melihat Alana seperti itu, Azzam pun tersenyum sumbang, sekarang dia menyadari bahwa Alana masih menyimpan perasaan untuk pria itu.
Tanpa berucap sepatah katapun, Azzam membuka pintu dengan kasar lalu meninggalkan apartemen itu dengan langkah besar.
Ya, rasanya hati Azzam sangat panas bak terbakar di dalam bara api. Ini merupakan kali pertama baginya mencintai seorang wanita dan harus menahan sakit karena perasaan yang tidak bisa dia kendalikan.
Apakah Azzam cemburu?
Tentu saja, Azzam sangat cemburu karena Alana seperti masih mengharapkan pria itu. Pria yang pernah menjadi bagian teristimewa dalam hidupnya.
"Azzam..." seru Alana menyusul ke luar, sayang Azzam tidak merespon dan memilih masuk ke dalam lift tanpa mau melihat Alana.
Azzam tidak tau cara mengendalikan diri, dia takut kemarahan membuatnya buta, dia tidak ingin menyakiti Alana.
Sesaat setelah pintu lift terbuka, Azzam melanjutkan langkahnya menuju basement. Dia mengambil mobil dan mengemudikannya dengan kecepatan tinggi.
Azzam sadar, seberapa keras dia mencoba meyakinkan Alana untuk belajar mencintainya, tetap saja rasa itu tidak akan pernah tumbuh untuknya.
Lalu apa yang harus Azzam lakukan setelah ini? Dia sendiri tidak tau harus bagaimana melanjutkan hidup.
Semangat yang tadi membara, kini pupus ditelan badai kehidupan yang tak henti menerpa. Azzam patah arah, dia tidak tau kemana harus melangkah.
Ciiiiit...
Braak...
Azzam terkesiap saat sebuah truk pengangkut barang melaju kencang dari arah berlawanan.
Seketika mobil Audi A3 yang dikendarai Azzam terserempet truk tersebut pada bagian samping kanan.
Azzam yang terkejut dengan cepat membanting stir ke arah berlawanan, mobil itu pun tidak sengaja menabrak pagar pembatas jalan.
"Aaaaah..."
Azzam meringis kesakitan saat kepalanya membentur stir, darah segar mengalir di dahinya seiring kobaran asap yang mengepul dari bagian kap mesin.
Azzam yang masih sadar kemudian membuka pintu dengan paksa, dia berusaha melompat untuk menyelamatkan diri saat menyadari bahaya yang ada di depan mata.
Benar saja, baru beberapa meter merangkak, percikan api tiba-tiba menyambar ke arah tangki yang bocor. Kebakaran pun tak dapat dielakkan, bahkan tubuh Azzam sampai terpental beberapa meter akibat ledakan yang sangat kuat.
Azzam menutup mata dan membukanya perlahan, pandangannya berkabut seiring rasa sakit yang seakan meremukkan sekujur tubuhnya.
Azzam merasa bahwa ini adalah nafas terakhirnya. Sebelum matanya benar-benar terpejam, nama Alana sempat bergumam di bibirnya. Sepertinya hanya Alana yang ada di ingatannya dalam situasi sesulit ini, Azzam tidak mengingat siapa-siapa lagi selain istrinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yuli Yuli
ya Thor ksian Azzam😭😭
2024-03-03
0
nurul jannah
yah jangan dibikin hilang ingatan ya thor, sedih aku😭😭
2023-10-30
1
Nenda Sari
p
2023-09-05
1