Di apartemen, Azzam tengah menikmati kegalauannya ditemani sebotol anggur. Dia sangat marah namun tidak bisa melampiaskan rasa sakitnya pada Alana.
Dalam keadaan setengah sadar, tiba-tiba bel berbunyi. Azzam enggan membukakan pintu, dia sudah bisa menduga siapa yang datang. Azzam tidak ingin bertemu Alana, itu hanya akan membuatnya semakin terpuruk.
"Azzam, buka pintunya!" seru Alana dengan suara lantang, Azzam yang mendengar itu mengulas senyum miring. Untuk apa Alana pulang jika hanya akan membuatnya semakin terluka?
"Azzam, kita harus bicara. Ingat, aku masih istrimu!" seru Alana lagi.
Azzam menaruh botol yang dia genggam di atas meja. Dengan pandangan berkabut dan langkah sempoyongan, dia berjalan menuju pintu dan lekas membukanya.
Lalu Azzam merentangkan kedua tangan menghadang pintu itu, dia menatap Alana dengan mata merah menyala.
"Apa lagi?" tanya Azzam dengan suara bergetar dan tatapan sangat nyalang.
"Kamu minum?" Alana menautkan alis sembari mematut Azzam dari rambut hingga ujung kaki.
"Apa urusannya denganmu?" Azzam tersenyum getir menatap wajah Alana.
"Azzam, aku istrimu, kamu salah paham padaku. Aku tidak mengkhianatimu, dia itu-"
Alana terdiam tanpa tau bagaimana cara menjelaskannya.
Melihat Alana dalam keraguan, hati Azzam semakin teriris. "Tidak perlu mengatakan apa-apa lagi padaku, aku lelah berdebat terus denganmu. Pergilah, aku ingin sendiri!"
Azzam berbalik badan dan meraih gagang pintu. Saat hendak menutupnya, Alana menahan daun pintu dengan tangannya.
"Azzam, dengarkan aku dulu! Yang kamu lihat tadi tidak sama seperti apa yang kamu bayangkan, aku bisa menjelaskannya." sergah Alana dengan nada meninggi.
"Apa lagi yang ingin kamu jelaskan padaku? Aku rasa semua sudah sangat jelas. Lebih baik kamu pergi, aku tidak akan menahan mu untuk tinggal. Dari awal pernikahan ini memang tidak ada artinya bagimu, lalu untuk apa bertahan bersamaku?"
Azzam menitikkan air mata lalu menyapunya dengan cepat.
"Apa kamu yakin? Apa kamu tidak akan menyesal jika aku pergi?" tanya Alana lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Penyesalan terbesar dalam hidupku yaitu memberikan hatiku untukmu. Aku pikir... Tapi sudahlah, aku tidak ingin berdebat lagi." Azzam hendak menutup pintu tapi tiba-tiba Alana mendorongnya hingga Azzam kehilangan keseimbangan.
Bug...
"Aaaaah..."
Azzam tersungkur di lantai. Alana yang tidak sengaja langsung berlari dan berjongkok di sampingnya.
"Maafkan aku, Azzam. Aku tidak bermaksud melukaimu." Alana mengangkat kepala Azzam dan menaruhnya di atas paha.
Azzam mematut manik mata Alana dengan tatapan pilu. "Tapi kamu sudah menyakiti perasaanku, hatiku hancur melihat istriku berada dipelukan pria lain. Kenapa, Alana? Apa yang salah denganku? Aku hanya meminta sedikit hatimu, apa aku tidak pantas mendapatkan itu?"
Azzam tak bisa lagi menyembunyikan kepedihan di hatinya, dia menangis dan menjauhkan diri dari Alana.
Ya, Azzam sudah menyelidiki seluk-beluk tentang pria itu. Azzam sudah tau bagaimana hubungan mereka sebelumnya.
"Azzam, aku-"
"Kamu mencintainya, dia cinta pertamamu, kalian juga sudah berjanji untuk hidup bersama. Benar begitu 'kan?" sela Azzam.
"Tidak, Azzam-"
"Aku tau, aku sudah menyelidiki semua yang berhubungan dengan pria itu. Maaf karena sudah menjeratmu dalam pernikahan ini, aku tidak tau kalau kamu mencintai pria itu. Aku terlalu terobsesi padamu, aku pikir kamu lah jodohku, aku benar-benar minta maaf."
Azzam mencoba bangkit dari duduknya, langkahnya terhuyung saat berusaha mencapai sofa.
"Aku membebaskan mu dari pernikahan ini, aku tidak mungkin merusak kebahagiaan yang sudah lama kamu impikan, aku ikhlas." imbuh Azzam seraya membaringkan diri di sofa.
"Tidak Azzam, kamu salah. Aku memang pernah berhubungan dengan pria itu, tapi sekarang keadaannya sudah berbeda. Aku istrimu dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu." tegas Alana sembari berjalan menghampiri Azzam, pria itu dengan cepat membuang muka.
"Azzam, lihat aku!" Alana menyentuh pipi Azzam dan memutar lehernya sedikit, tatapan keduanya sontak bertemu.
"Kenapa menyerah secepat ini, Azzam? Bukankah kamu sendiri yang memintaku untuk tetap bertahan?" tanya Alana dengan raut sendu.
Azzam mengerjap dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. "Karena aku pikir kamu butuh waktu, tapi ternyata dugaanku salah, ada orang lain di hatimu."
Azzam kembali membuang muka ke arah lain. "Aku tidak mau mengalami nasib yang sama dengan ibuku, aku bisa mati perlahan melihat wanita yang aku cintai malah mencintai pria lain. Lebih baik akhiri saja hubungan ini!"
Azzam menitikkan air mata, bukan ini yang dia inginkan tapi dia tidak punya pilihan lain.
Azzam tidak mau memaksa Alana untuk tetap hidup bersamanya, sementara hati Alana sendiri sudah diisi dengan nama orang lain.
Cukup ibunya saja yang merasakan ini, dia tidak ingin bernasib sama dengan sang ibu.
Sebelum cinta Azzam semakin dalam terhadap Alana, lebih baik dia mundur. Alana pantas bahagia dengan pria yang dia cintai, Azzam harus belajar mengikhlaskannya meski sangat berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yuli Yuli
cobaan rmh tgamu diawal Azzam yg sbar yaaa
2024-03-03
0
Aviqa Zahrah Aviqa
mengandung bawang ya thor😭😭
2023-09-06
1
mama naura
😭😭😭😭😭
2023-05-22
0