Bab 11.

Sekitar pukul lima sore Alana sudah tiba di kontrakan. Sesaat setelah membuka pintu, sorot matanya langsung tertuju pada kasur.

Seketika tatapan Alana menyala dengan bibir bergerak maju, amarahnya kembali tersulut mengingat ucapan suaminya tadi malam.

"Enak sekali hidupmu, semalaman asik-asikkan bersama wanita lain dan sekarang malah enak-enakkan tidur tanpa rasa bersalah." desis Alana tersenyum getir.

Alana menghentakkan kaki kesal lalu berjalan memasuki kamar mandi.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Alana memanaskan makanan yang dia bawa tadi lalu memakannya seorang diri.

Dia berusaha keras untuk tidak mempedulikan Azzam yang sudah mengabaikannya selama kurang lebih dua puluh empat jam.

Usai menghabiskan makanan dan meminum segelas air putih, Alana berjalan menghampiri tempat tidur lalu menarik selimut yang terhimpit di bawah kepala Azzam.

Alana merasa sangat lelah dan ingin beristirahat.

Akan tetapi, guncangan yang tak sengaja dia lakukan malah membuat Azzam menggeliat dan memeluk lengannya tanpa sadar. "Jangan pergi, aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu!"

Deg...

Alana terperanjat, dia sangat kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut suaminya itu, bahkan wajah Azzam nampak memerah dan basah dipenuhi keringat.

"Azzam, apa yang terjadi denganmu? Kenapa mukamu keringatan begini?" Alana menggerakkan tangannya yang lain dan memberanikan diri menyentuh kening Azzam.

"Astaga, keningmu panas sekali. Apa kau sakit?" imbuh Alana sedikit khawatir.

Karena tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari Azzam, Alana kemudian menarik paksa lengannya hingga terlepas dari pelukan suaminya itu.

Alana bergegas mencari handuk kecil di lemari dan masuk ke kamar mandi untuk mengambil segayung air lalu membawanya ke luar.

"Azzam, buka matamu, bangunlah!" desis Alana sembari menepuk-nepuk pipi suaminya itu pelan. Sayang tidak ada reaksi apa-apa dari Azzam, hal itu tentu saja membuat Alana semakin khawatir.

Alana kemudian membasahi handuk yang dia ambil tadi dan menyeka wajah Azzam perlahan.

"Azzam, buka matamu!" cicit Alana dengan suara bergetar ketakutan.

Alana tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Apa luka Azzam kemarin mengalami infeksi?

Tidak mau menerka-nerka, Alana kemudian memberanikan diri membuka kancing kemeja Azzam lalu memiringkan tubuh suaminya itu dan melepaskan kemejanya.

Alana mengernyit saat menangkap luka Azzam yang sudah kering dan menghitam. Sepertinya bukan itu yang menyebabkan Azzam mengalami demam.

Namun karena tubuh bagian atas Azzam sudah polos, mau tidak mau Alana terpaksa mengelapnya agar tidak lagi berkeringat. Setelah itu Alana membuka sepatu yang masih membungkus kaki Azzam dan melucuti kaos kakinya.

"Azzam, tolong buka matamu, jangan membuatku takut!" ujar Alana yang kembali menepuk-nepuk pipi Azzam pelan, bermaksud membangunkannya.

Ya, kali ini sepertinya usaha Alana cukup berhasil. Azzam menggerakkan kelopak mata dan membukanya perlahan. "A-alana..." gumam Azzam terbata mendapati istrinya yang berada sangat dekat.

Menyadari Azzam yang sudah sadar dan mengenali dirinya, Alana cepat-cepat menjauh karena tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman diantara mereka.

Azzam menggerakkan sudut bibir membentuk senyuman tipis saat menyadari tubuhnya yang sudah polos, dia yakin Alana lah yang sudah melakukannya.

"Jangan salah paham dulu, tadi suhu tubuhmu sangat panas dan berkeringat. Aku hanya-"

"Terima kasih." sela Azzam memotong ucapan Alana.

"Tidak perlu berterima kasih, aku melakukannya atas dasar kemanusiaan, jadi jangan berpikir aneh-aneh!" ketus Alana lalu menyambar gayung yang berisi handuk tadi dan mengembalikannya ke kamar mandi.

"Ya, aku tau itu." gumam Azzam sembari bangkit dari pembaringan dan memilih duduk di tepi tempat tidur.

Azzam mengusap wajah kasar lalu memijat kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Azzam pikir ini mungkin karena terlalu banyak berpikir, sebab itulah tubuhnya tiba-tiba drop.

Sesaat setelah Alana kembali dari kamar mandi, Azzam mematutnya dengan tatapan tak biasa. "Sudah makan?" tanya Azzam dengan suara bergetar.

"Sudah," jawab Alana dingin, dia menyambar selimut dan bantal yang ada di dekat Azzam lalu membawanya menjauh.

Setelah membentangkan selimut itu di lantai, Alana langsung berbaring tanpa mempedulikan Azzam yang masih menatapnya dengan intim.

"Kenapa tidur di sana? Sini, tidur di kasur saja!" seru Azzam.

Alana tidak menyahut, dia tidak peduli dan lebih memilih memejamkan mata. Lebih baik dia tidur daripada meladeni suami tidak setianya itu.

"Alana..."

Azzam bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri istrinya itu. Dia berjongkok dan mengusap kepala Alana dengan sayang.

"Pindah ke kasur ya, di sini dingin." ujar Azzam melembutkan suara.

"Tidak mau," tolak Alana sembari menyingkirkan tangan Azzam dari kepalanya.

"Kenapa tidak mau? Apa kau masih marah karena kejadian tadi malam? Kalau begitu aku minta maaf, aku tidak bermaksud menciummu." kata Azzam merasa bersalah, dia pikir Alana masih mempermasalahkan kejadian itu.

"Aku ingin bercerai, aku tidak mau hidup bersama pria sepertimu!" sergah Alana dengan suara meninggi.

Deg...

Azzam terkesiap dengan mata membulat sempurna.

"Cerai?" desis Azzam mengulang kata itu.

Lagi-lagi hanya kata itu yang keluar dari mulut Alana.

"Maafkan aku, Alana. Aku tidak bisa mengabulkannya." geleng Azzam lalu memilih bangkit dari jongkoknya.

Azzam menyambar kemeja yang tadi dia gunakan dan memakainya kembali lalu memilih pergi meninggalkan rumah.

Azzam tidak ingin berdebat, apalagi sampai menimbulkan pertengkaran diantara mereka. Lebih baik dia menghindar sebelum melakukan kesalahan.

Sesampainya di depan gang, Azzam menyetop sebuah taksi yang tengah melintas di hadapannya dan meminta sang sopir mengantarnya ke suatu tempat.

"Brengsek, lagi-lagi kau mengulangi kesalahan yang sama padaku. Kenapa tidak menceraikan aku saja?" umpat Alana melepaskan rasa kesal di hatinya.

Alana bangkit dari tidurnya lalu bergegas mengunci pintu dan menghempaskan tubuhnya di kasur.

Persetan dengan suami sialannya itu, dia tidak akan pernah peduli lagi padanya.

Di tempat lain, Azzam turun di depan sebuah klub malam. Setelah membayar tagihan taksi, dia pun melangkah masuk ke dalam bangunan itu.

Azzam memilih duduk di meja bartender lalu memesan minuman. Azzam rasa hanya ini yang bisa membuatnya lupa akan masalah yang tak henti membelit hidupnya.

Andai Alana mau membuka hati dan sedikit memahaminya, Azzam tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat itu. Sayang permintaan Alana tadi sudah membuat hati Azzam terluka.

Kenapa harus bercerai? Tidak bisakah Alana bertahan dan belajar menerimanya sebagai suami?

"Tambah lagi!" pinta Azzam setelah menghabiskan dua gelas anggur yang dia pesan.

Seorang bartender menuangkan minuman yang Azzam minta ke dalam gelas.

Azzam tersenyum getir dan menyeruput anggur itu dalam satu kali tegukan.

"Lagi!" pinta Azzam dengan mata yang mulai memerah.

Entah sudah berapa gelas anggur yang masuk ke perut Azzam, namun dia masih saja enggan menghentikan kegilaannya.

"Permisi, mau saya temani?" sapa seorang wanita berpakaian seksi dengan sebagian dada dan paha tersingkap, dia mendekati Azzam dan duduk di sampingnya.

Azzam memutar leher dan mengulas senyum miring, pandangannya tiba-tiba berkabut. "Aku tidak butuh teman." tolak Azzam.

"Kenapa? Apa aku kurang cantik? Apa tubuhku kurang seksi?" tanya wanita itu mengerutkan kening.

"Ya, kau benar sekali. Kau itu tidak ada apa-apanya dibanding istriku." Azzam menyeringai mengejek wanita itu. "Pergilah, aku tidak membutuhkan siapa-siapa!"

"Dasar gila!" umpat wanita itu merungut kesal lalu meninggalkan Azzam yang tampaknya sudah mulai sedikit mabuk.

"Hahaha... Kau juga gila." Azzam tertawa terbahak-bahak, sepertinya otak pria itu mulai tidak sehat pengaruh minuman beralkohol yang dia konsumsi barusan.

Terpopuler

Comments

Yuli Yuli

Yuli Yuli

Alana shruse km tau dgn keadaan km alala yg g pnya tmpt tgal knpa km ketus" SM Azzam shrusnya km brsyukur pnya Azzam JD pnya tmpt tgal walopun hanya kontrakan kecil

2024-03-03

0

Ragil Tia

Ragil Tia

lagian jdi istri ketus .

2023-11-24

0

shadowone

shadowone

azam mabuk masi ingat istri.

2023-09-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!