Bab 15.

Usai mengisi perut, Alana dengan cepat membereskan meja makan, setelah itu membawa piring kotor ke dapur.

Tengah asik mencuci piring, Alana terperanjat saat Azzam tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Tidak jadi pergi?" seloroh Azzam yang dengan sengaja menggoda Alana.

Sebenarnya Alana risih saat Azzam memeluknya seperti ini, namun dia harus belajar menyesuaikan diri seperti janjinya yang ingin bertahan sekuat yang dia bisa.

Lalu Alana menghentikan pekerjaannya sejenak dan menoleh ke belakang. "Apa kau benar-benar ingin melihatku pergi?" tanya Alana dengan santai.

"Tidak," geleng Azzam lalu menenggelamkan wajahnya di tengkuk Alana.

Alana terkesiap saat bibir Azzam menyentuh kulitnya, rasanya sangat panas hingga membuat bulu kuduk Alana meremang.

"Jangan pergi ya, tetaplah di sisiku apapun yang terjadi!" lirih Azzam yang seakan menekankan kalau dia tidak ingin kehilangan Alana.

"Iya, aku tidak akan pergi. Sekarang menjauhkan, aku tidak bisa bergerak kalau begini." ucap Alana menyikut pinggang Azzam pelan.

"Ya sudah, boleh aku bantu 'kan?" Azzam melepaskan pelukannya dan memilih berdiri di samping Alana.

"Tidak perlu dibantu, piring dikit gini kok." Alana mengukir senyum dan segera menyelesaikan pekerjaannya. Azzam sendiri tidak mau beranjak dan malah mematut Alana tanpa kedip.

Azzam lantas tersenyum melihat senyum manis di bibir Alana. Entah itu ikhlas atau tidak, Azzam hanya ingin menikmatinya.

Setelah pekerjaannya selesai, Alana mengelap tangannya dengan handuk kecil lalu menatap Azzam yang masih berdiri di sampingnya. "Kenapa masih di sini?"

"Sedang melihat bidadari." jawab Azzam mengulum senyum.

"Bidadari?" Alana mengulang kata itu sembari memutar leher ke kiri dan ke kanan tapi tidak melihat siapapun kecuali mereka berdua. "Dimana bidadarinya?" tanya Alana penasaran.

"Itu," Azzam memajukan bibir ke arah Alana.

Alana yang tidak mengerti lantas menoleh ke belakang.

"Aaaah..."

Alana sontak menjerit saat tubuhnya tiba-tiba sudah berada di gendongan Azzam.

"Azzam, apa yang kau lakukan? Cepat turunkan aku!" pinta Alana dengan raut memelas.

"Kakimu masih sakit 'kan? Jadi, biarkan aku menggantikan kakimu untuk sementara waktu." ucap Azzam lalu membawa Alana ke kamar.

Alana tidak bisa berkata apa-apa saat mendengar ucapan Azzam barusan. Apa Azzam benar-benar mencintainya? Alana rasanya tidak bisa mempercayai ini.

Sesampainya di kamar, Azzam membaringkan Alana di kasur, lalu dia pun ikut berbaring di samping Alana sembari mematutnya dengan tatapan seribu arti. Alana yang menyadari itu tiba-tiba terlihat gelisah.

"Apa yang kamu lakukan di flyover tadi? Bukankah seharusnya kamu itu berada di kantor?" tanya Azzam berpura-pura tidak tau.

Alana terdiam beberapa saat. Apakah dia harus menceritakan semuanya pada Azzam?

"Aku sudah mengundurkan diri dari perusahaan itu, sepertinya aku tidak cocok kerja kantoran." jawab Alana membuat alasan.

"Kenapa? Bukankah baru kerja sehari? Lagian posisimu sangat bagus di sana." tanya Azzam lagi.

"Mungkin bukan rejekiku, aku masih bisa mencari pekerjaan di tempat lain."

"Kerja apa?"

"Terserah, yang penting halal dan cukup untuk memenuhi kebutuhanku."

Azzam mengerutkan kening mendengar itu. Apa Alana lupa bahwa dia sudah memiliki suami? Kenapa harus memenuhi kebutuhannya sendiri?

"Apa kamu punya rekening?" tanya Azzam ingin tau.

"Tidak," geleng Alana. Boro-boro rekening, duit saja dia tidak punya.

Azzam beringsut sedikit ke pinggir dan menarik laci nakas. Dia mengambil dompet dan membukanya, terdapat banyak jenis kartu di sana.

"Apa kamu bisa menggunakan kartu kredit?" tanya Azzam lagi.

"Tidak," geleng Alana.

"Ya sudah, simpan ini, gunakan untuk membeli apapun yang kamu inginkan!" Azzam menyodorkan kartu ATM ke tangan Alana.

"Apa ini?" Alana menautkan alis bingung.

"Aku tidak punya uang cash, jadi pakai ini saja untuk memenuhi kebutuhanmu. Silahkan membeli apapun yang kamu inginkan, aku tidak akan membatasinya!" jelas Azzam sembari menarik tangan Alana dan menaruh kartu itu di telapak tangannya.

"Tidak Azzam, aku tidak bisa menerima ini." tolak Alana.

"Kenapa tidak bisa? Ini punyaku, uang yang ada di dalamnya juga milikku. Lalu apa salahnya jika aku memberikannya padamu? Apa kamu lupa bahwa aku suamimu? Lagian aku tidak akan mengizinkanmu mencari pekerjaan di tempat lain."

"Loh, kenapa begitu?" Alana menyipitkan mata.

"Kalau kamu masih ingin bekerja, kembalilah ke Global Grup. Jika tidak, maka tetaplah jadi ibu rumah tangga. Aku yang akan menafkahi mu."

"Tapi 'kan-"

"Tidak ada tapi tapi," sela Azzam lalu melempar dompetnya ke nakas.

Alana mengerucutkan bibir sembari menatap kartu yang masih ada di tangannya.

"Jangan dilihat terus, simpan dan bawa kemanapun kamu pergi!"

"Apa ini tidak berlebihan?" desis Alana.

Azzam mengikis jarak sembari mengulas senyum tipis. "Apanya yang berlebihan? Bahkan apartemen ini juga milikmu."

"Haaah..." Alana melongo saking tak percaya pada kata-kata yang keluar dari mulut Azzam.

"Haha... Biasa saja, sayang." Azzam mengacak rambut Alana dan mencium pipinya gemas.

Meski Azzam tau bahwa Alana belum sepenuh hati menerima dirinya, tapi dia tidak boleh melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang suami.

Azzam juga tidak akan menuntut apa-apa dari Alana. Dibolehkan berdekatan dan memeluknya saja sudah cukup membuat Azzam bahagia.

Kemudian Azzam melingkarkan tangan di pinggang Alana dan menenggelamkan wajahnya di dada istrinya itu. "Boleh ya aku tidur seperti ini?"

"Ya, tidurlah!" Alana tidak bisa menolak, lagi-lagi dia harus membiasakan diri meski jantungnya tengah bergemuruh kencang seperti diterpa badai petir.

"Hmm..." Azzam bergumam sembari memejamkan mata perlahan.

Alana menatap langit-langit kamar dengan lirih, dia tidak mengerti kenapa Azzam bisa sebaik ini padanya.

Dari awal mereka tidak pernah saling mengenal dan pernikahan ini terjadi tanpa diduga.

Alana tidak tau apakah harus bahagia atau sedih menjalani kehidupan barunya ini.

Meskipun begitu, Alana harus belajar membuka diri. Azzam cukup bertanggung jawab walau kadang suka semaunya sendiri, setidaknya Alana masih punya tempat untuk berteduh.

...****************...

"Alana mana, Pak? Boleh aku bertemu dengannya?" seorang pemuda duduk di hadapan Danu dengan setelan kasual yang cukup elegan.

"Alana tidak tinggal di sini lagi." sela Desi dengan tatapan kesal.

"Maksudnya?" pria itu mengernyit seakan tak percaya.

"Gadis itu sudah pergi." sambung Danu.

"Kenapa Pak? Apa yang terjadi?" pria yang diketahui bernama Rizal itu nampak syok, padahal dia baru saja pulang dari luar negeri dan sengaja kembali demi Alana.

"Untuk apa menanyakan dia lagi? Dia itu bukan gadis baik-baik." kesal Desi.

"Desi, jaga bicaramu!" sergah Rizal meninggikan suara.

"Aku berbicara sesuai fakta. Tolong buka matamu, Alana tidak pernah mencintaimu." bentak Desi.

"Tidak, Alana mencintaiku, dia sudah berjanji menungguku."

"Dasar bodoh! Kalau dia mencintaimu, dia tidak akan pernah mengkhianatimu. Dia itu culas, dia bermain serong di belakangmu." terang Desi.

"Tidak, itu tidak mungkin." geleng Rizal, dia sama sekali tidak percaya.

"Itu benar, Alana tertangkap basah sedang berduaan dengan seorang pria." timpal Danu membenarkan.

Rizal membelalakkan mata terkejut lalu mengusap wajah kasar.

Ini tidak mungkin, Rizal tidak percaya kalau Alana serendah itu.

Selama bersama, Alana tidak pernah menunjukkan sikap seperti itu padanya. Alana sangat menjaga diri.

"Lalu dimana Alana sekarang?" tanya Rizal ingin tau.

"Entahlah, mungkin sudah menikah. Sejak kejadian itu, dia tidak pernah kembali ke rumah ini." jawab Danu santai.

"Sudahlah Rizal, untuk apa memikirkan wanita liar itu? Masih banyak gadis lain yang mau menerimamu, coba buka matamu!" Desi tiba-tiba melunak dengan nada bicara sangat manja.

Rizal tersenyum getir lalu memilih bangkit dari duduknya. "Terima kasih, kalau begitu aku permisi dulu."

Tanpa mempedulikan Desi yang tengah mencoba mencuri perhatiannya, Rizal langsung saja berbalik dan pergi meninggalkan rumah itu.

Rizal tidak percaya Alana tega mengkhianatinya. Dia tau persis bahwa Alana bukan wanita seperti itu. Pasti ada yang salah dengan semua ini.

Terpopuler

Comments

Yuli Yuli

Yuli Yuli

wooo....Desi suka SM pcarnya Alana mknya dia g suka SM alana

2024-03-03

0

Ira

Ira

Like, komen dan rate, semangat terus yah kak, kalau berkenan mampir juga yah di karya ku yang berjudul Mencintai Adik Ibu ku. Terimakasih banyak 🙏

2023-05-20

1

mama naura

mama naura

next update nya kk thorrr

2023-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!