Alana yang masih duduk di taman tiba-tiba mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Alana merogoh kantong celana dan mengeluarkan ponsel tulalit keluaran lama. Alana mengernyit, nomor tersebut bersifat rahasia.
"Ha-halo..." ucap Alana terbata, awalnya dia ragu mengangkat panggilan itu, tapi dia sendiri juga penasaran sehingga mau tidak mau dia harus menjawabnya.
"Alana Sanjaya, ini dari anak perusahaan Global Grup, Anda diminta datang untuk wawancara hari ini juga. Ingat, waktu Anda hanya satu jam!"
"Ta-"
Baru saja Alana hendak menjawab, tiba-tiba panggilan itu terputus dengan sendirinya. Alana mengusap wajah kasar, dia tidak tau apakah harus senang atau sedih setelah mendengar ucapan pria ditelepon tadi.
Dari awal, Alana hanya bekerja untuk Danu dan Desi, semua hasil kerja kerasnya dirampas oleh kedua manusia serakah itu.
Akan tetapi, Alana juga butuh uang untuk bertahan hidup. Dia tidak mungkin kembali ke kontrakan Azzam dan mengemis pada pria itu, Alana tidak mau merendahkan dirinya sendiri meski pada kenyataannya Azzam adalah suaminya.
"Ingat, waktu Anda hanya satu jam!" tiba-tiba suara itu kembali terngiang di telinga Alana.
"I-iya, aku akan datang." desis Alana lalu berhamburan dari tempatnya duduk.
Meski tidak mempunyai persiapan apa-apa, Alana terpaksa pergi dengan baju yang sudah sehari semalam lebih melekat di tubuhnya. Dia belum sempat mandi apalagi mengganti baju, lagipula dia tidak memiliki pakaian lain setelah minggat dari rumah.
Setelah berlarian selama setengah jam lebih, sorot mata Alana mulai menangkap gedung perusahaan yang menjulang tinggi. Wajahnya tampak lusuh dengan keringat yang mulai mengeluarkan aroma tidak sedap.
Alana terpatri di depan gerbang, dia ragu apakah harus masuk atau mengurungkan niatnya. Dia tidak mungkin memasuki gedung dalam keadaan dekil seperti saat ini.
Namun tiba-tiba Alana kehilangan keseimbangan saat seseorang mengangkat tubuhnya. Alana memberontak tapi pria itu tidak peduli dan malah membawanya ke sebuah ruangan.
"Hei, siapa kau? Cepat turunkan aku!" pekik Alana.
Alana diturunkan tepat di dalam ruangan yang cukup besar, betapa terkejutnya dia saat menangkap wajah pria yang baru saja menculiknya.
"Kau, apa yang kau lakukan di sini?" bentak Alana melepaskan rasa kesal di hatinya, kenapa dia harus bertemu lagi dengan suami yang tidak dia inginkan itu?
"Sssttt... Tidak boleh bicara seperti itu pada suami sendiri!" tukas Azzam mengulum senyum.
"Suami kepalamu, aku tidak akan pernah mengakui mu sebagai suamiku." sergah Alana menajamkan tatapan.
"Terserah, yang jelas aku adalah suamimu. Sekeras apapun kau menolak, tidak akan mengubah fakta bahwa kita adalah suami istri yang sah." ucap Azzam enteng sembari mengedipkan mata genit.
"Iiih, menjijikkan sekali." kesal Alana menghentakkan kakinya.
Azzam menyeringai lalu berusaha mengikis jarak, Alana gelagapan dan termundur ke belakang saat Azzam terus saja mendekatinya.
"A-azzam, jangan aneh-aneh!" gugup Alana saat punggungnya membentur dinding, Azzam menguncinya dengan telapak tangan bertumpu di dinding, Alana semakin ketakutan dan menutup mata perlahan, dadanya kembang kempis menahan sesak.
Melihat raut Alana yang pucat kehilangan darah, Azzam sontak tersenyum. Dia tau kenapa Alana sampai setakut ini padanya, hal itu membuat Azzam semakin penasaran.
"Buka matamu! Aku tidak akan pernah menyentuhmu tanpa izin. Sekarang bersihkan dirimu dan cepat ganti pakaian, baumu sangat menyengat."
Azzam menjauhkan diri dan memilih duduk di sofa.
Alana membuka mata perlahan. Benar saja, Azzam tidak menyentuhnya dan malah menjauh darinya. Alana meluruskan tegaknya dan menghela nafas lega.
"Dari mana kamu tau-"
"Tidak peduli dari mana aku tau. Intinya, mulai detik ini kau tidak akan bisa lari lagi dariku." potong Azzam sembari memantik korek dan menyalakan rokok yang terapit di bibirnya.
Tidak mau memusingkan itu, Alana pun langsung berlari memasuki kamar mandi dan lekas membersihkan diri. Dia tau waktunya tidak banyak lagi, dia tidak ingin kehilangan kesempatan emas ini.
Setelah tubuhnya terasa segar, Alana keluar dengan handuk yang melilit di dada, dia malu karena lupa membawa pakaian saking semangatnya.
"Sss... Azzam..." desis Alana memeluk dadanya yang sedikit tersingkap. Azzam melengos dan memelototi Alana tanpa kedip.
"Jangan melihatku seperti itu! Dimana pakaiannya?" tanya Alana salah tingkah, dia rasanya ingin terbang dan menghilang dari pandangan suaminya.
"Hmm..." Azzam berdeham untuk menetralisir rasa canggung di hatinya lalu memalingkan muka dan bergerak mengambilkan pakaian yang baru saja dia beli khusus untuk istrinya.
"Ini, di dalamnya juga ada alat kecantikan. Poles wajahmu agar tidak pucat, tapi jangan menor." ucap Azzam menyodorkan dua paper bag ke tangan Alana lalu berbalik badan dengan cepat.
Azzam takut tidak dapat mengendalikan diri dalam keadaan seperti ini, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyentuh Alana sebelum istrinya itu benar-benar menerima pernikahan kilat ini.
Alana menatap punggung Azzam sekilas, dia kembali masuk ke dalam kamar mandi dan dengan cepat mangenakan pakaian lalu merias wajah seadanya. Alana juga tidak suka berdandan menor, bahkan nyaris tak pernah memakai makeup.
Setelah memastikan tampilannya benar-benar rapi, Alana keluar dari kamar mandi dan melangkah menghampiri Azzam yang masih menunggu di sofa.
"Aku sudah siap," ucap Alana sembari meremas tangannya, kepalanya sedikit tertunduk karena malu.
Azzam mendongak dan menaikkan sebelah alis menyaksikan bidadari yang baru turun dari kayangan. Sangat cantik, Azzam sampai terpukau tanpa kedip. "Lumayan, sekarang pergilah, waktumu hanya tinggal beberapa menit saja!"
"Hmm... Terima kasih atas-"
"Tidak perlu berterima kasih, aku suamimu dan akan berusaha membuatmu nyaman bersamaku." Azzam melengos pergi dengan tangan tersimpan di saku celana, Alana pun mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di lobby, Azzam memilih duduk di ruang tunggu lalu menyuruh Alana menemui bagian HRD dan ditemani oleh seorang staf perusahaan.
"Silahkan masuk, kedatangan Anda sudah ditunggu di dalam!" seorang staf wanita membukakan pintu ruangan usai mengetuknya, lalu meninggalkan tempat itu sesaat setelah Alana melangkah masuk.
Di dalam ruangan, dua orang laki-laki tengah duduk di sofa. Alana yang sangat gugup hanya berdiri sembari meremas ujung blazer yang melekat di tubuhnya.
"Alana Sanjaya?" tanya salah seorang pria.
"Iya, saya Alana Sanjaya." angguk gadis itu.
"Baiklah, silahkan duduk!" ucap pria lainnya.
Alana kembali mengangguk dan duduk di hadapan keduanya. Baru saja Alana ingin membuka suara, tiba-tiba seorang pria menyodorkan sebuah map ke tangannya. "Pelajari ini! Jika Anda merasa sanggup mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan, Anda bisa menandatanganinya!"
"Haaah?" Alana membulatkan mata terkejut. Bukankah dia disuruh datang untuk wawancara? Kenapa malah langsung diterima?
"Saya tidak diwawancara dulu?" tanya Alana kebingungan.
"Tidak perlu, kebetulan pimpinan kami sedang membutuhkan sekretaris, Anda bisa mempertimbangkannya."
"Sekretaris?" lagi-lagi Alana menunjukkan keterkejutan yang luar biasa.
Mana mungkin gadis tamatan SMA sepertinya mampu mengemban tanggung jawab sebesar itu, dia tidak memiliki pengalaman dan tidak tau menahu tentang dunia sekretaris.
Alana hanya melamar sebagai staf biasa, bahkan diterima menjadi OB pun tidak menjadi masalah baginya, tapi-
"Silahkan, kami tidak punya banyak waktu!"
Alana tidak tau harus bagaimana, dia pun membuka map dan mengeluarkan selembar kertas.
Mungkin ini merupakan kesempatan emas baginya, Alana segera membacanya dengan seksama dan menandatanganinya setelah itu.
"Baiklah, selamat bergabung di perusahaan." ucap kedua pria itu bersamaan, tapi tidak berani menjabat tangan Alana, keduanya tau siapa gadis itu dan ada seorang pria yang tengah memantau mereka lewat layar monitor.
Di bawah sana, Azzam tersenyum puas saat menatap layar ponselnya yang menyala, ternyata semua sudah direncakan olehnya dan tidak ada seorang pun yang berani menentang keinginannya.
Setelah semua prosedur selesai, Alana meninggalkan ruangan itu dan berjalan menuju lobby. Azzam yang melihatnya hanya tersenyum sembari bangkit dari duduknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
mama naura
next update nya kk
2023-05-16
2
mama naura
ooh jadi sekertaris bos 🤭Lum tau Alana klu bosnya si Azzam suaminya sendiri 🤭☺️☺️
2023-05-16
1