"Saya terima nikah dan kawinnya Alana Sanjaya binti Yasir Sanjaya dengan mas kawin tersebut, tunai."
Pria yang diketahui bernama Azzam itu mengucap ijab dengan jelas dan lantang. Dua orang saksi yang merupakan warga komplek menyerukan kata sah diikuti warga lainnya.
"Sah..."
"Sah..."
Selepas penghulu membacakan doa, Alana terpaksa menjabat tangan Azzam dan menciumnya. Azzam pun mengecup kening Alana setelahnya.
Pernikahan dadakan yang hanya disaksikan ketua RT, penghulu dan para warga itu berlangsung cukup dramatis. Azzam kemudian menyerahkan mahar berbentuk uang senilai tiga ratus lima puluh lima ribu rupiah.
...****************...
"Ceraikan aku sekarang juga, aku tidak ingin menjalani pernikahan seperti ini!" pinta Alana sesaat setelah semua orang pergi meninggalkan kontrakan.
Baik Alana maupun Azzam sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini, lalu untuk apa mengikat diri dalam hubungan yang tidak pasti?
"Apa kau sudah gila? Pernikahan ini baru berlangsung beberapa menit yang lalu, enak sekali minta cerai secepat ini." gerutu Azzam sembari merebahkan diri di kasur, wajahnya nampak santai seperti tidak ada beban sedikitpun, berbeda dengan Alana yang terlihat gelisah tak karuan.
"Ini bukan pernikahan, tapi ini merupakan pemaksaan. Aku tidak mengenalmu dan begitupun sebaliknya, tidak ada gunanya mempertahankan hubungan palsu ini." ketus Alana meninggikan suara, dia benar-benar tidak ingin menjalani pernikahan ini.
"Tidak ada yang palsu dalam sebuah pernikahan, kau hanya belum terbiasa dengan ini. Lagian bukan aku yang memaksamu, tapi warga itu." desis Azzam sembari memiringkan tubuhnya lalu mematut Alana dengan intim.
Alana memang bukan wanita pilihan Azzam, akan tetapi takdir sudah membawanya untuk mendekat, Azzam tidak mungkin menceraikan Alana tanpa mencobanya terlebih dahulu.
"Sudah, jangan berpikir macam-macam! Kemarilah, besok kita bicarakan lagi!" Azzam menepuk sisi kasur yang masih kosong di depannya, bermaksud menyuruh Alana tidur di sampingnya.
Melihat gaya Azzam yang sangat santai, Alana pun memelototinya. "Jangan mimpi, aku lebih baik tidur di lantai dari pada harus tidur bersamamu."
Alana menghampiri kasur dan menarik paksa selimut yang terhimpit di bawah kepala Azzam.
"Aaaawh... Pelan dikit bisa tidak? Kau lupa bahwa suamimu ini masih terluka?" cicit Azzam sedikit kesal.
"Bodo amat," Alana berbalik badan setelah mendapatkan bantal dan selimut.
"Dasar keras kepala! Lihat saja, sebentar lagi kau akan berlari dan tidur di sampingku, rumah ini banyak kecoa nya." desis Azzam mengulum senyum lalu memutar tubuhnya dan memilih membelakangi Alana.
"Jangankan kecoa, bahkan tikus sekalipun akan aku telan jika berani mendekatiku." ketus Alana, kemudian merentangkan selimut dan berbaring di atasnya.
Azzam menyeringai mendengar celetukan Alana lalu memilih memejamkan mata.
Azzam mengerti bagaimana perasaan gadis itu saat ini, tidak seharusnya dua orang yang tidak saling mengenal disatukan dalam ikatan yang sama sekali tidak diinginkan.
Akan tetapi Azzam tidak mempunyai pilihan lain, hanya dengan cara ini lah dia bisa menyelamatkan Alana dari amukan warga.
"Huuuu... Pernikahan macam apa ini? Aku tidak ingin menikah dengan orang asing sepertimu." gumam Alana menitikkan air mata.
Alana merasa hidupnya lebih menyedihkan daripada sebelumnya. Tidak dianggap dalam keluarga sudah membuatnya sangat kebal, bahkan semua hinaan dan perlakuan kasar sang ayah serta kakak tirinya sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya.
Tidak pernah terbersit di pikirannya akan menikah secepat ini dan dengan cara seperti ini. Ini sangat memalukan baginya. Ternyata tidak semua kebaikan akan membuahkan hasil yang baik pula, buktinya dia malah semakin menderita setelah berinisiatif menolong pria itu.
"Sial..." umpat Alana sembari meninju bantal dan menutup mukanya, ingin sekali dia berteriak sekencangnya namun tidak mungkin karena kontrakan itu sangat rapat.
"Maafkan aku, Alana. Aku tidak bermaksud membuatmu tersiksa. Bersabarlah untuk beberapa saat, aku janji akan menjalankan tanggung jawabku sebagai seorang suami." batin Azzam dalam hati, dia sadar sudah bersalah karena menyeret Alana ke dalam kehidupannya yang sangat rumit.
Saat Azzam sudah tertidur dan masuk ke alam mimpinya, Alana masih saja terlihat gelisah sembari memutar tubuhnya ke kiri dan ke kanan, matanya sama sekali tidak mengantuk dan sangat sulit dipejamkan.
Alana rasanya ingin kabur dari pria itu dan menjauh sejauh-jauhnya, dia tidak akan sanggup menjalani pernikahan dengan pria yang tidak dia cintai itu.
Pagi hari kokok ayam sudah bernyanyi memekakkan telinga, Azzam sontak terbangun, tapi tidak dengan Alana yang baru saja tertidur sekitar satu jam yang lalu.
Azzam bangkit dari pembaringan, matanya mengerjap mendapati istri cantiknya yang masih mendengkur di lantai.
Perlahan, Azzam menurunkan kakinya dari kasur lalu melangkah menghampiri Alana dengan jalannya yang sedikit pincang.
Azzam berjongkok di dekat Alana, menatapnya lekat dan memberanikan diri mengusap pucuk kepalanya.
Entah kenapa Azzam merasa tenang melihat muka polos istrinya, kecantikan Alana sangat alami, membuat jantung Azzam tiba-tiba berdetak sangat kencang.
Azzam mengerti tidak akan ada gadis manapun yang rela menikah dalam keterpaksaan seperti ini, mereka sama sekali tidak melakukan kesalahan, tapi fitnah membuat mereka harus bersama.
"Maafkan aku, Alana. Karena menolongku, kamu harus terikat dalam pernikahan seperti ini. Ini salahku, aku akan membayarnya dan berusaha menjadi suami yang baik untukmu."
Setelah bergumam, Azzam bangkit dari jongkoknya dan berjalan menuju kamar mandi.
Tidak lama berselang, Azzam keluar setelah membersihkan diri, dia cepat-cepat mengenakan pakaian dan keluar untuk mencari sarapan.
Sekitar pukul delapan pagi, Alana tersentak dan terkejut melihat jarum jam yang tersangkut di dinding. Segera Alana bangun dan melipat selimut lalu menaruhnya di atas kasur.
Alana buru-buru memasuki kamar mandi dan mencuci wajahnya, dia harus pulang ke rumah karena takut dimarahi sang ayah. Alana yakin kejadian kemarin sudah sampai ke telinga ayahnya.
Saat Alana keluar dari kamar mandi, Azzam memanggilnya untuk sarapan, tapi Alana malah menolak, dia tidak ingin menerima kebaikan pria itu, menjauh akan lebih baik mengingat hubungan mereka yang tidak memiliki dasar.
"Aku harus pulang, aku tidak akan pernah kembali ke sini. Anggap saja pernikahan ini hanya mimpi, aku tidak ingin hidup bersamamu." ucap Alana lalu melangkah menuju pintu dengan muka yang masih basah, dia bahkan enggan menggunakan handuk pria itu untuk mengelap wajahnya.
Azzam tertegun mendengar itu, garis bibirnya sedikit terangkat membentuk senyuman getir. "Aku tidak akan memaksamu untuk kembali, tapi jika kamu tidak bahagia di luar sana, pintu rumah ini akan selalu terbuka untukmu."
"Aku rasa hal itu tidak akan pernah terjadi, aku sangat bahagia, justru pernikahan ini lah yang membuatku sangat tersiksa."
Setelah mengatakan itu, Alana langsung menghilang tanpa menoleh ke belakang.
Azzam terdiam dan menghentikan suapannya. Dia mengambil ponsel miliknya yang ada di kasur lalu menghubungi seseorang.
Meski mendapatkan penolakan dari Alana, Azzam tidak mungkin membiarkan istrinya pergi begitu saja.
Hubungan ini tidak semudah itu, Azzam tidak akan melepaskan Alana tanpa alasan yang jelas, Azzam yakin mereka hanya kurang berkomunikasi sebab Alana masih menutup diri darinya. Wajar saja, karena pernikahan ini terjadi begitu mendadak. Gadis mana yang tidak akan terkejut jika dihadapkan dengan situasi serumit ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yuli Yuli
siapa Azzam sbnernya
2024-03-02
0
mama naura
seru nih lanjut up nya
2023-05-16
2