Alana plangak plongok saat mobil Azzam berhenti di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Dia tidak tau kenapa Azzam membawanya ke tempat itu dan dia pun sangat enggan bertanya.
"Tolong parkiran mobilnya!" titah Azzam pada seorang petugas yang datang menghampiri.
Azzam turun dan membuka pintu untuk Alana lalu menggendongnya tanpa aba-aba. Tentu saja hal itu membuat Alana sangat terkejut.
"Apa yang kau lakukan? Cepat turunkan aku!" berang Alana dengan tatapan menyala.
"Sssttt... Diam dan peluk saja suamimu ini!" tukas Azzam mengulum senyum.
"Suami apanya? Jangan ngaku-ngaku!" ketus Alana yang tidak mau mengakui Azzam sebagai suaminya.
"Hmm... Sepertinya kau membutuhkan pembuktian dariku." cetus Azzam menatap Alana tajam.
"Cepat turunkan aku, aku tidak butuh pembuktian apa-apa darimu!" kesal Alana.
"Diam, atau aku akan menciummu di hadapan semua orang!" ancam Azzam yang sepertinya tidak main-main dengan ucapannya. Alana bergidik ngeri dan terpaksa mengalungkan tangan di tengkuk Azzam.
"Nah, gitu dong." Azzam tersenyum puas penuh kemenangan lalu mengayunkan langkah besar memasuki gedung.
Di lobby, tatapan semua orang langsung tertuju pada Azzam. Beberapa wanita tiba-tiba patah hati melihat pria idaman mereka membawa seorang wanita di gendongannya.
Azzam tidak peduli pada mereka, dia langsung memasuki lift menuju unit miliknya yang ada di lantai dua puluh.
"Sudah, turunkan aku!" sergah Alana saat keduanya tengah mengambang di dalam lift.
"Sabar dong sayang, pasti aku turunkan, tapi nanti di kasur." seloroh Azzam menahan tawa.
"Jangan macam-macam! Aku bukan wanita-"
"Ya, aku tau kau bukan wanita seperti itu. Tapi sayangnya kau adalah istriku, aku berhak dong atas apa yang ada di dirimu." Azzam terkekeh dan spontan mengecup bibir Alana gemas.
"Azzam..." berang Alana menjambak rambut suaminya itu.
"Galak banget sih, bikin tambah gemas." geram Azzam dengan gigi bergemeletuk, ingin sekali dia menelan Alana mentah-mentah detik ini juga.
"Aku tidak akan-"
Ucapan Alana langsung terhenti saat pintu lift tiba-tiba terbuka. Azzam hanya tersenyum dan melangkah menuju pintu unitnya.
Sesampainya di dalam, Azzam langsung membawa Alana ke kamar. Kamar yang sengaja dia desain senyaman mungkin hanya untuk istrinya itu. Nuansa putih yang dia pilih sangat nyaman dipandang mata.
"Kenapa membawaku ke sini?" tanya Alana saat Azzam hendak menaruhnya di ranjang. Manik mata gadis itu bergulir liar menyisir setiap sudut ruangan.
"Karena inilah tempat kita yang sebenarnya." jawab Azzam enteng lalu membaringkan Alana di kasur.
"Apa maksudmu?" tanya Alana menyipitkan mata.
"Sabar dong, sayang. Aku pasti akan menjelaskan semuanya padamu, tapi nanti. Sekarang kakimu harus diobati terlebih dahulu."
Setelah mengatakan itu, Azzam meninggalkan kamar untuk sejenak. Dia berjalan memasuki dapur dan mengambil kotak obat, lalu kembali ke kamar.
Azzam duduk di ujung ranjang lalu membuka pansus yang masih membungkus kaki istrinya. Azzam terdiam sesaat, kaki istrinya saja sangat putih dan mulus, bagaimana dengan yang lain?
Azzam langsung mengerjap, sadar pikirannya tengah melayang entah kemana.
"Biar aku saja, aku bisa mengobati lukaku sendiri."
Alana hendak bangun tapi Azzam dengan cepat memelototinya. "Diam di sana!"
Alana memajukan bibirnya. Entah dosa apa yang sudah dia lakukan sehingga mendapatkan suami sekejam itu.
Azzam membuka kotak obat lalu membersihkan luka Alana dengan cairan alkohol, setelah itu mengolesinya dengan salap.
Usai mengobati luka Alana, Azzam berjalan menuju meja rias dan menaruh kotak obat itu di sana lalu berbalik dan kembali menghampiri istrinya.
Azzam duduk di sisi ranjang, menatap Alana sendu dan mengusap pucuk kepalanya.
"Jangan sentuh aku!" ketus Alana sembari menyingkirkan tangan Azzam dari kepalanya.
"Kenapa? Apa aku salah menyentuh istriku sendiri?" tanya Azzam dengan tatapan tak biasa.
"Tentu saja salah." kini giliran Alana yang memelototi Azzam. "Aku bukan istrimu dan kau bukan suamiku!" tegas Alana dengan penuh penekanan.
"Itu menurutmu, kenyataannya kita adalah suami istri." sahut Azzam mencoba menghadapi Alana dengan lembut.
"Bohong, kau bukan suamiku." Alana sedikit beringsut menjauhkan diri dari Azzam.
"Mana ada seorang suami meninggalkan istrinya setiap malam, mana ada suami yang lebih memilih teman wanitanya dibanding istrinya sendiri." Alana tiba-tiba menitikkan air mata mengingat itu.
"Aku tau pernikahan ini terjadi karena terpaksa, tapi setidaknya tolong hargai aku!"
"Kau selalu berkata bahwa aku adalah istrimu, tapi di luar sana kau malah tidur bersama wanita lain. Lalu untuk apa mempertahankan pernikahan ini? Ceraikan saja aku agar kau bisa bebas di luaran sana!"
Tanpa terasa, tangisan Alana semakin menjadi-jadi tanpa bisa dia bendung. Dia memilih turun dari tempat tidur dan berjalan dengan langkah pincang.
"Aku harus pergi. Jika kau tidak mau menceraikan aku, maka anggap saja pernikahan ini tidak pernah terjadi!" Alana menyambar pansus miliknya dan menyeret kakinya menuju pintu.
Azzam tertegun mendengar setiap kata-kata yang terlontar dari mulut Alana barusan.
Ya, dia mengaku salah. Tidak seharusnya dia meninggalkan Alana setiap malam dan memancing kecemburuan istrinya dengan menyebut wanita lain.
Pada akhirnya dia sendiri yang tersudutkan karena Alana menganggap ucapannya sangat serius.
Seketika Azzam tersadar dari lamunannya, namun sudah tidak melihat Alana lagi di kamar itu.
"Alana..." sorak Azzam lalu berhamburan dari duduknya.
Azzam berlari kencang menyusul Alana yang sudah tiba di pintu utama.
Saat Alana hendak menarik gagang pintu, Azzam dengan cepat menarik tangan istrinya itu dan memeluknya sangat erat. "Tidak sayang, jangan pergi!"
Azzam menitikkan air mata dan menenggelamkan wajahnya di pundak Alana. "Tolong jangan tinggalkan aku, aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu."
Alana terdiam dan ikut menangis di pelukan Azzam. "Aku juga tidak memiliki siapa-siapa lagi, tapi kita harus menjalani hidup kita masing-masing." isak Alana.
"Tidak Alana, kamu masih punya aku, kamu tidak sendirian." lirih Azzam mengusap kepala Alana.
"Azzam, tolong biarkan aku pergi!"
"Tidak Alana, tempatmu di sini, kamu tidak boleh pergi."
Tangisan sepasang suami istri itu membaur menjadi satu, membuat suasana apartemen terasa menegangkan.
Azzam tidak mau melepaskan Alana dan semakin mempererat pelukannya.
"Aku tau pernikahan ini terjadi karena terpaksa, tapi perpisahan tidak akan pernah menyelesaikan masalah." Azzam sedikit mundur dan menangkup tangan di pipi Alana.
"Aku memang tidak mengenalmu sebelumnya, tapi hatiku mengatakan bahwa kamu adalah jodohku. Aku merasa nyaman saat berada di dekatmu, aku merasa kalau aku mencintaimu. Tolong bertahanlah, beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku layak menjadi suamimu!"
Azzam menatap lirih manik mata Alana, air matanya terus saja berjatuhan.
"Hanya kamu satu satunya wanita yang membuatku mengerti tentang arti kehidupan, aku banyak belajar darimu. Jika kamu pergi, aku tidak tau lagi harus bagaimana menjalani hidup ini. Aku sudah hancur sebelum bertemu denganmu." tubuh Azzam tiba-tiba bergetar saat mengatakan semua itu.
"Maaf, aku tidak bisa. Pergi saja kepada wanita itu, aku-"
"Wanita mana? Tidak ada wanita lain selain kamu." ungkap Azzam.
"Bohong, malam itu kau sendiri yang bilang-"
"Itu tidak benar, aku hanya ingin menguji mu saja. Dua malam ini aku tidur di sini sendirian, tidak ada orang lain bersamaku. Jika kamu tidak percaya, ayo kita lihat rekaman CCTV apartemen ini!"
Azzam menggendong Alana dan membawanya ke kamar.
Setelah mendudukkan Alana di sofa, Azzam dengan cepat membuka laci meja kerjanya lalu mengeluarkan sebuah laptop dan kembali ke sofa.
Azzam duduk di samping Alana dan membuka laptop itu segera, bahkan tangannya semakin bergetar saking takutnya kehilangan Alana.
"I-ini, kamu bisa melihatnya sendiri. Aku tidak pernah tidur dengan wanita manapun."
Azzam semakin panik dengan muka yang terlihat sangat pucat lalu memilih pergi meninggalkan kamar.
Sepertinya trauma itu kembali menghantui ingatan Azzam. Dia benar-benar takut kehilangan Alana, dia sendiri tidak mengerti kenapa gadis itu sangat berarti baginya. Sekilas Azzam terlihat seperti terobsesi pada Alana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yuli Yuli
Azzam trauma apa
2024-03-03
0