Tidak ada yang tau bagaimana cara Tuhan mengatur hidup seseorang. Alana sendiri harus pasrah menjalani kehidupan meski batinnya tidak dapat menerima.
Alana pulang dalam keadaan menyedihkan, dia terpaksa berjalan kaki menempuh jarak berkilo-kilo meter karena tidak memiliki uang sama sekali.
Uang terakhir yang dia punya sudah digunakan untuk membayar taksi kemarin, dia juga tidak menyentuh uang mahar yang diberikan Azzam padanya.
Rasa lelah seakan sudah seperti makanan pokok bagi Alana, keringat yang mengalir sudah seperti ombak yang bermain di Samudera, bahkan teriknya sinar mentari layaknya payung di atas kepala Alana, dia sudah sangat terbiasa dengan semua itu.
"Dari mana saja kau, hah?" sergah Danu sesaat setelah Alana tiba di rumah. Pria itu mematikan rokok yang dihisapnya dan berjalan menghampiri Alana yang masih mematung di ambang pintu.
"Pak, Alana-"
Plaak...
Belum sempat Alana menjawab, sebuah tamparan keras sudah mendarat di pipinya. Tubuh Alana sontak terhuyung, dia menangkup tangan di pipinya yang terasa sakit bukan main, kebas dan langsung hilang rasa.
"Anak tidak tau diuntung. Bukannya mencari pekerjaan untuk meringankan beban keluarga, tapi malah keluyuran bersama pria asing. Mau jadi apa kau, hah?" berang Danu yang merupakan ayah tiri Alana.
Ya, Alana kehilangan ayah kandungnya sejak berumur dua bulan. Tidak lama setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Danu yang juga baru saja kehilangan istri. Keduanya sama-sama membawa satu anak dari pernikahan sebelumnya.
Akan tetapi, sekarang Alana sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi kecuali mereka berdua. Ibu Alana meninggal satu tahun yang lalu karena tekanan batin yang dialami, dia sekarang yatim piatu yang harus berjuang membalas jasa ayah tirinya.
"Hukum saja dia, dia sudah membuat malu keluarga!" timpal Desi, kakak tiri Alana yang kemarin sudah memfitnahnya hingga terpaksa menikah dengan pria yang tidak dia kenal.
"Tidak, Pak. Itu tidak benar, aku difitnah, aku dan pria itu-"
"Masih berani mengelak? Bapak sudah melihat buktinya dengan jelas, kau itu sama saja seperti ibumu, sama-sama..."
"Cukup!" Alana meninggikan suara saat nama ibunya dibawa-bawa. "Bapak boleh saja menghinaku sepuasnya, tapi tidak dengan ibuku. Ibuku bukan wanita seperti yang Bapak tuduhkan itu." tatapan mata Alana seketika menyala seperti seekor elang yang siap menyerang mangsa.
"Ciiih, masih berani membela diri. Sudah jelas kalian berdua sama saja, sama-sama ja*lang." selang Desi tersenyum sumbang mengejek Alana.
"Apa kau mendadak amnesia? Apa kau lupa siapa yang sudah memfitnahku?" cerca Alana menatap tajam pada Desi, Alana tau wanita itu sangat membencinya dari dulu, tapi Alana tidak menyangka bahwa Desi akan setega itu memfitnahnya dan menghancurkan hidupnya.
"Bukan urusanku, siapa suruh-"
"Aku tidak tahan lagi dengan kalian, lebih baik aku pergi dari rumah ini. Lagian aku sudah lelah menjadi budak dan mesin pencetak uang untuk kalian berdua."
Alana berbalik badan dan pergi tanpa membawa apa-apa. Kemarahannya sudah di puncak menara sehingga tidak sanggup lagi menahannya.
Tidak peduli seberapa sakit dan lelahnya jiwa Alana selama ini, dia masih bisa bersabar karena menganggap Danu dan Desi keluarganya.
Akan tetapi, sekarang amarah Alana sudah tidak bisa diredam lagi. Alana tidak bisa menerima saat mendiang ibunya direndahkan seperti tadi. Alana tau persis bukan ibunya yang salah, tapi Danu yang sama sekali tidak bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Danu tidak pernah bekerja dan hanya mengandalkan Alana dan ibunya, keduanya harus banting tulang demi menghidupi kedua manusia tidak tau diri itu.
...Dengan langkah gontai dan keringat yang bercucuran di dahinya, Alana kembali menyusuri jalanan tanpa tau kemana kakinya akan di langkahkan....
...Dunia seakan berguncang, gelap mulai menerpa. Detak jantungnya seketika tidak beraturan dan dia pun memilih duduk di sebuah taman kota, tepat di bawah sebuah pohon yang sangat rindang....
...****************...
"Benar, namanya Alana Sanjaya. Ayahnya meninggal saat usianya baru menginjak dua bulan, satu tahun yang lalu ibunya menyusul sang ayah menghadap Sang Pencipta. Dia sekarang tinggal bersama ayah dan kakak tirinya, hidupnya tidak sebaik yang terlihat."
"Lalu?"
"Seharian kemarin, Alana mencoba melamar pekerjaan di sepuluh perusahaan, salah satunya anak perusahaan Global Grup, sayang tidak satupun yang menerima lamarannya karena pendidikannya hanya setingkat SMA."
"Baiklah, semua masalah ini aku serahkan padamu, kau pasti tau apa yang harus kau lakukan."
"Oke, aku mengerti."
Dari sebuah kontrakan, Azzam keluar dengan penampilan yang sangat apik. Rambutnya tertata rapi ke belakang dengan sedikit jambrit yang berjatuhan di keningnya, dia mengenakan jeans hitam dan kaos putih yang dibalut jaket kulit yang senada dengan celana, ditambah slipon putih berbahan kulit. Sekilas terlihat tampan dan sangat memukau.
Azzam menaiki sebuah moge dan meninggalkan kontrakan terburu-buru. Tatapannya sangat tajam saat menyisir jalanan yang dia lalui.
Tidak berselang lama, Azzam menghentikan laju mogenya di basement sebuah perusahaan. Dia turun dan berjalan memasuki gedung itu dengan santai lalu meneruskan langkahnya ke dalam lift menuju lantai lima, tepat dimana ruangan presdir berada.
Sesaat setelah tiba di lantai tersebut, para staf perusahaan membungkukkan punggung dan menyapanya dengan hormat, hal ini tentu terlihat janggal mengingat Azzam hanyalah orang biasa yang tinggal di sebuah kontrakan kecil.
Saat pintu ruangan presdir terbuka, Azzam melangkah masuk dan duduk di sebuah sofa. Seorang pria paruh baya menatapnya dingin sembari mengerutkan kening. "Angin apa yang membawamu datang kemari?"
"Angin kedamaian," jawab Azzam enteng sembari melipat kaki lalu merentangkan kedua tangan dengan punggung tersandar di kepala sofa.
"Hahaha... Sejak kapan kedamaian mendekatimu? Bukankah hidupmu sudah hancur seperti yang kau katakan sebelumnya?" tawa pria itu menggema memenuhi seisi ruangan.
"Sudahlah, tidak perlu mengejekku. Aku kemari karena ingin membuat penawaran denganmu." tukas Azzam yang tidak ingin berbasa-basi.
"Penawaran?" pria paruh baya itu menaikkan sebelah alisnya.
"Aku bersedia mengikuti keinginanmu, aku akan menangani cabang Global Grup, tapi sebagai gantinya, kau juga harus menuruti kemauanku." tegas Azzam dengan tatapan tajam.
"Memangnya apa yang kau inginkan?" tanya pria paruh baya itu penasaran.
"Aku ingin memiliki privasi sendiri. Apapun yang aku lakukan, kau tidak berhak ikut campur, apalagi mengenai masalah pribadiku. Dan aku minta, berhenti menjodohkan ku dengan anak temanmu itu, aku sudah mempunyai pilihanku sendiri." tekan Azzam.
"Siapa? Apa wanita itu sepadan dengan keluarga kita?" tanya pria yang ternyata adalah ayahnya Azzam, mereka memang tidak terlihat akur karena perang dingin yang sempat terjadi, sebab itulah Azzam memilih pergi dari rumah untuk mencari jati diri.
"Berhenti mempermasalahkan strata sosial, tidak semua orang miskin seburuk yang kau pikirkan." sergah Azzam mengeratkan rahang, hal itulah yang selalu mengundang perdebatan diantara mereka.
"Tapi-"
"Tidak apa-apa jika kau tidak setuju, aku masih bisa melamar pekerjaan di perusahaan lain." Azzam mencoba bangkit namun langkahnya langsung terhenti saat Kurniawan berseru.
"Baiklah, aku menerima penawaran ini, tapi aku harus memastikan dulu apakah gadis itu layak menjadi menantuku?"
"Tidak perlu, aku pastikan dia adalah pilihan yang tepat. Kau tidak akan pernah menyesal mendapatkan menantu seperti dia, aku sendiri yang akan menjamin itu."
Azzam kemudian melanjutkan langkahnya menuju pintu dan meninggalkan ruangan itu sembari tersenyum puas. Dia tidak peduli pada Kurniawan, dia hanya ingin membantu Alana agar terlepas dari penderitaan yang dia tanggung selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yuli Yuli
bpk tiri jahat kok kyaknya g pantes yaaaa, trnyata Azzam anak presedir....
2024-03-02
0
mama naura
ooh ayah tiri pantesan aja jahat pergi aj Alana dari orang3 ini harusnya kamu hidup Ama Azzam
2023-05-16
1
mama naura
ya Allah kasian si Alana di perlakukan kaya gitu Lum tau si ayah klu anak gadisnya ini UD menikah dgn org kaya yaa KK thorr 🤭
2023-05-16
1