Bab 8.

"Permisi Pak, ini kopi yang Bapak minta tadi." ucap Alana sesaat setelah kembali memasuki ruangan Azzam, dia berdiri di seberang meja dengan harapan sang bos bisa menyukai kopi buatannya.

"Taruh saja di meja!" sahut Azzam yang masih enggan menampakkan wujudnya.

Sesuai perintah Azzam, Alana pun menaruh kopi yang dia bawa di atas meja, tepat di sebelah tumpukan dokumen yang cukup tinggi.

"Maaf Pak, apa lagi yang bisa saya kerjakan?" tanya Alana yang belum mengerti apa-apa, dia takut salah langkah dan kembali mengundang kemarahan sang bos.

"Loh, kenapa masih bertanya? Apa kau tidak tau apa saja yang harus kau kerjakan?" sergah Azzam yang kembali meninggikan suara, Alana terperanjat kaget dengan mata membulat sempurna.

"Maaf Pak, sejujurnya saya tidak memiliki pengalaman sama sekali. Dari awal, niat saya hanya melamar sebagai staf biasa. Saya juga bingung kenapa posisi saya dijadikan sebagai sekretaris." jawab Alana jujur sembari meremas ujung kemejanya, dia sangat takut.

"Keluarlah, bawa semua dokumen itu dan periksa satu persatu! Kau bisa bertanya pada staf lain jika ada yang tidak kau pahami!" titah Azzam dengan nada tegas.

"Baik Pak, kalau begitu saya permisi." Alana mengambil tumpukan dokumen yang ada di atas meja lalu berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan.

Setelah Alana menghilang dari ruangannya, Azzam memutar kursinya dan tertawa cekikikan. Dia sangat puas karena berhasil mengerjai istrinya sendiri.

"Alana Alana, kau ini terlalu polos atau bodoh sih? Masa' suara suami sendiri tidak bisa kau kenali?" Azzam meraih cangkir yang ada di atas meja lalu menyeruput kopi buatan istrinya itu sembari geleng-geleng kepala.

Untuk pertama kalinya Azzam akhirnya bisa menikmati kopi buatan istrinya, rasanya tidak terlalu buruk. Azzam suka dan malah menyeruputnya hingga tandas.

Di luar, Alana duduk di meja kosong yang sudah disediakan untuknya. Dia mulai membuka satu persatu dokumen yang dia bawa dan memeriksanya dengan teliti, Alana juga langsung mempelajari isi dokumen tersebut untuk menambah pengetahuan.

Alana tau ini bukan bidangnya, tapi dia sangat yakin bisa belajar dengan cepat meski rasanya sangat mustahil.

Sesuai arahan bos angkuhnya tadi, Alana mulai mendekatkan diri dengan staf lain. Dia pun tidak sungkan meminta bantuan saat otaknya mulai eror karena banyak sekali yang tidak dia mengerti.

Beruntung staf yang ada di perusahaan cukup solid dan terbuka. Alana bisa berbaur dengan cepat dan saling bertukar pikiran.

Dua jam telah berlalu, Alana akhirnya menghela nafas lega setelah berhasil menyelesaikan tugasnya. Dia sempat mengetik ulang beberapa file yang memiliki kesalahan dalam penulisan lalu mengcopy nya.

"Mbak Ira, aku sudah menyelesaikan semuanya, lalu apa lagi yang harus aku lakukan?" tanya Alana pada staf wanita yang sudah sangat berjasa membantu pekerjaannya.

"Kembalikan ke ruangan Direktur, beliau harus menandatanganinya segera." jawab Ira.

Alana menganggukkan kepala lalu menata dokumen tersebut dan membawanya ke ruangan direktur.

Tok Tok Tok...

"Siapa?" seru Azzam dari dalam sana.

"Saya Pak, Alana."

"Ya, masuklah!" Azzam kembali memutar kursinya membelakangi pintu.

Alana mendorong pintu dan masuk ke dalam ruangan. "Permisi, Pak. Saya datang membawa semua dokumen yang sudah selesai saya periksa, ada beberapa file yang baru saja saya perbaiki karena terjadi kesalahan dalam penulisan."

"Hmm... Letakkan saja di meja!" titah Azzam tersenyum kecil, dia penasaran apakah Alana benar-benar berhasil menyelesaikan semuanya.

"Baik, Pak." Alana menaruh dokumen itu di atas meja sesuai permintaan sang bos. "Ada yang bisa saya kerjakan lagi, Pak?"

"Tolong atur ulang jadwal saya! Semua berkasnya ada pada Ira." titah Azzam yang masih setia memandangi wajah sang istri lewat layar hp.

"Baik Pak, segera saya kerjakan." Alana menundukkan kepala dan berbalik lalu meninggalkan ruangan terburu-buru.

Setelah kepergian Alana, Azzam kembali memutar kursi. Kali ini gilirannya yang harus menandatangani dokumen yang sudah menumpuk di meja kerjanya.

Sepertinya tangan Azzam harus bergerak cepat agar semuanya selesai tepat waktu.

"Mbak, aku disuruh bos mengatur ulang jadwal kerja beliau, katanya berkas tersebut ada pada Mbak." ucap Alana setelah tiba di meja Ira.

"Iya benar, kemarin bos menyuruhku mengerjakannya tapi belum sempat." Ira membolak-balik beberapa map yang ada di atas meja. Setelah menemukan map yang dia cari, dia pun menyodorkannya ke tangan Alana.

"Ini, kamu tinggal mengetik ulang dan mengcopy nya beberapa lembar, kamu juga perlu mempelajarinya. Saat bos lupa, kamu lah yang harus mengingatkan beliau satu jam sebelumnya." jelas Ira.

"Baik Mbak, aku mengerti." Alana mengangguk pelan. "Sekali lagi terima kasih atas bantuannya, aku tidak tau bagaimana jadinya aku tanpa Mbak." Alana merasa tidak enak hati karena selalu saja merepotkan Ira.

"Tidak perlu berterima kasih, kita ini satu tim. Jika yang satu melakukan kesalahan, maka yang lain akan ikut kena imbasnya. Kita harus bekerja sama agar perusahaan semakin berkembang." terang Ira mengukir senyum.

Alana balik tersenyum menatap Ira lalu kembali ke meja kerjanya membawa map yang baru saja dia dapatkan.

Usai mendapatkan posisi duduk yang nyaman, Alana kemudian membuka laptop yang ada di atas meja dan mulai mengetik jadwal harian direktur perusahaan yang baru.

Alana memang tidak tau menahu mengenai pimpinan perusahaan yang sejak tadi tidak kunjung menampakkan wujudnya. Jangankan rupanya, namanya saja Alana tidak tau hingga detik ini.

Lagipula Alana tidak peduli dengan semua itu, dia hanya ingin bekerja dan belajar sekuat yang dia bisa.

Semakin kesini, Alana mulai sedikit tenang menyelesaikan pekerjaan. Beban berat yang tadi bertengger di pundak, perlahan mulai terkikis dan mengalir begitu saja.

Tepat pukul dua belas siang, Alana sudah selesai mengcopy jadwal yang baru saja dia buat. Karena merasa sedikit pegal dia pun merentangkan tangan sembari menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, lalu ke depan dan ke belakang.

"Al, makan yuk!" ajak Ira sembari berjalan menghampiri meja Alana.

Alana memutar leher ke arah jam yang menggantung di dinding. "Baru jam dua belas loh, Mbak."

"Tidak apa-apa, kita bisa bergantian dengan yang lain." terang Ira.

Ya, perusahaan memberi jatah dua sif untuk istirahat makan siang.

Yang mengambil istirahat di jam dua belas, harus kembali bekerja pukul satu, sedangkan yang mengambil istirahat di jam satu, harus kembali pukul dua.

Semua telah diatur sejak kepemimpinan direktur lama, sampai detik ini belum ada perubahan meski posisi direktur lama sudah diambil alih oleh Azzam.

"Baiklah, tunggu sebentar!"

Alana menutup laptop dan lekas merapikan meja kerjanya. Setelah semua selesai, dia langsung berdiri dan berjalan mengikuti langkah kaki Ira.

Ira membawa Alana ke kantin perusahaan. Meski terbilang senior, wanita itu tidak pernah menganggap dirinya lebih.

Terpopuler

Comments

Yuli Yuli

Yuli Yuli

suaranya Azzam dibuat" mgkn biar g ktahuan alana

2024-03-03

0

mama naura

mama naura

Alana Alana benar kata Azzam koq suara suami sendiri gak kenal sih aduh aduh 🤭🤦‍♀️😂😂😂

2023-05-18

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!