Di depan pintu utama Pak Dewa melihat Putri, langsung kaget. "Kenapa Putri memakai baju seragamnya lagi bukankah aku sudah melarangnya berkerja?" Ia mengejarnya. Namun, Putri sudah lolos pergi bersama ojek online yang sudah di pesannya sebelumnya.
Pak Dewa merasa gusar ia mendatangi kamar Sultan.
"Sultan, Sultan ...! kemana anak itu tidak ada di kamarnya," ucap Pak Dewa sendirinya.
Sultan...!" Pak Dewa berteriak lebih keras lagi. Suara Pak Dewa kedengaran sampai kedapur Sultan dan Bibik jadi kaget.
"Ada apa Pa?" jawab Sultan.
"Kamu di panggil dari tadi, gak jawab-jawab." Pak Dewa memerah.
"Sultan lagi makan Pa?"
"Enak banget ya kamu makan, dengan santainya. Apa kamu tau istrimu pergi kemana!" bentak Pak Dewa. Sultan jadi takut dan panik.
"Pu-Putri ada di kamar kok Pa."
"Di kamar, kamar yang mana? tuh orang nya udah pergi. Pake ojek online lagi, bikin malu Papa saja. Kamu sebagai suami ngapain aja dari tadi makan sendiri terus istrinya pergi gak tau. Hebat banget kamu? suami macam apa kamu. Sultan! Papa tidak mau melihat kamu menelantarkan anak orang seperti ini. Kenapa kamu masih mengijinkan Putri bekerja? Mau di taruh dimana muka Papa Sultan, cobalah memahami perasaan Papa. Kamu sebagai anak mengerti sedikit apa gunanya kekayaan kita yang melimpah ini. Jika, menantu satu-satunya Papa berkerja, sebagai pelayan lagi. Papa tidak habis pikir seharusnya kamu jadi suami malu," omel Pak Dewa pada Sultan.
"Papa sudah bilang hari ini ada perayaan semua sudah di siapkan, kamu dan Putri tinggal duduk diam saja. Tapi, kenapa masih membantah juga? Papa tidak mau tau. Kamu cari Putri dan bawa di hadapan Papa sekarang!" bentak Pak Dewa memanas ia sangat marah pada Sultan saat itu. Ia berlalu di hadapan Sultan Bibik hanya bisa diam memandangi kepergian Pak Dewa. Sedangkan Sultan dari tadi menunduk saja tidak berani buka suara.
Bibik menyenggol pundak Sultan. "Den, ikutin atuh ucapan Papanya, kasian Papanya jangan dibuat marah begitu. Tuan Dewa kan ada penyakit jantung ntar sakit nya kambuh gimana? kan Aden juga yang repot!" ucap Bibik menggurui.
"Iya Bik, aku memang mau cari Putri sekarang!"
"Yah pergi sana cepatan, sebelum Papa nya murka lagi. Kalau Non Putri sudah ketemu cepatan bawa pulang. Sebentar lagi orang-orang akan mendekorasi rumah ntar malam ada acara ultah kamu. Jangan telat pulang kerumah ya Den, ntar Papanya ngamuk lagi," ucap Bibik.
"Iya Bik, Sultan pergi dulu." Sultan menyalami Bibik dan mengucap salam pada bibik. Sejak kecil Sultan di rawat Bibik Mia, ia sudah menganggapnya sebagai keluarga bukan ART lagi. Oleh sebab itu Sultan selalu menuruti nasihat Bibik. Bibik pun menyanyangi Sultan seperti anaknya sendiri. Meskipun begitu Bik Mia tidak besar kepala ia tetap tau posisinya dan statusnya sebagai apa di rumah itu.
Saat itu Bibik mendatangi Pak Dewa untuk menyuguhkannya jus buah. Bik Mia tau saat itu Pak Dewa mengalami tekanan, oleh sebab itu ia ingin pergi menghiburnya sambil membawakannya jus Buah kesukaannya.
"Tuan, Tuan Dewa ...!" seru bibik.
"Ada apa Bik?" sahut Pak Dewa.
"Ini Bibik bawakan jus buah Tuan," ujarnya.
"Masuk saja, pintunya tidak di kunci Kok."
Bibik pun masuk, "Di minum dulu Jusnya Tuan," pinta bibik.
"Iya, Makasih Bik, taruh saja di situ dulu."
"Baiklah. Tuan kalau boleh saran sebaiknya tuan tidak boleh marah-marah, ntar malam kan ada acara Bibik kuatir Tuan tidak bisa pokus nantinya. Lebih baik Tuan santai atau pergi menghibur diri." saran bibik.
"Kemana? aku gak butuh hiburan Bik, yang aku butuhkan saat ini adalah ketenangan. Aku pusing menghadapi Sultan yang begitu banyak tingkah. Padahal anak aku cuma satu, kok gak mau nurut gini. Aku capek Bik, bagaimana caranya bicara sama dia agar dia mau meninggalkan perkejaannya itu dan m membantu aku bekerja di perusahaan, giliran menikah eh ... calon pengantin pake kabur segala dan sekarang sudah dapat gantinya malah gak banar juga. Bagaimana gak pusing mikirin nya Bik?" ucap Pak Dewa sedikit curhat mengeluarkan unek-unek dalam hatinya.
"Ia saya mengerti Tuan, mungkin jiwa Den Sultan belum ada panggilan untuk terjun di dunia itu, dan soal pernikahan mereka itu, mereka perlu waktu Tuan, untuk saling menyesuaikan diri mereka kan baru saja kenal satu sama lain. Sebaiknya Tuan sabar saja mudah-mudahan ia bisa merubah pola pikirnya ya Tuan dan bisa lebih saling mencintai satu sama lain," tutur bibik.
"Amin." Pak Dewa sedikit mereda saat meminum jus buah buatan Bibik. Bibik pun pamit ke dapur lagi.
Di tempat lain
Putri sudah tiba di lestoran tempat ia bekerja ia datang membawa muka murung dan kusut. Seperti biasa Tia selalu kepo dengan kondisi Putri.
"Putri, itu wajah kenapa gak enak banget di pandang bikin gak mood tau! kusut banget," cibir Tia mengerutkan keningnya.
"Aku akan segera cerai sama Sultan Tia," ucap Putri melirih dengan tatapan kosongnya di depan.
"What ...?" Tia kaget.
"Emang ada apa sih? kok mendadak gitu?"
"Aku tidak sanggup harus terus bersandiwara di depan Papanya Sultan, dan aku tidak mau terus membohonginya. Kalau di antara aku dan Sultan cuma sebatas bermain peran tidak lebih. Ia mengharap aku akan segera memberikannya cucu Tia dan aku tidak bisa mewujudkannya."
"Hem, memang rada rumit sih. Aku ikutan pusing, Sebaiknya kamu bicarakan ini pada Sultan. Aku tidak mau ikut campur dengan pernikahanmu. Pernikahan itu sakral Putri bukan main-main. Belajarlah mencintai Sultan jadilah istri yang baik. Itu saja saran dari aku."
"Itu mah bukan saran, Tapi menjerumuskan aku ke dalam masalah yang besar. Kamu tau kan aku dan Sultan tidak saling mencintai bagaimana mungkin aku bisa jadi istri yang baik buat dia. Di hati Sultan cuma ada Ratu. Tia, dan aku tidak akan pernah ada di hatinya. Cuma bersama Ratu saja ia akan bahagia dan itu bukan dengan ku. Lagian aku juga masih mencintai Raja."
"Apa?" Tia histeris.
"Apaan sih Tia, ngagetin aja biasa aja kali gak usah histeris gitu?" cibir Putri.
Aku kok kecoplosan gini sih. Putri memukul jidatnya dan menutup matanya.
"Putri! kamu waras tidak? Raja itu sudah punya istri ngapain juga kamu masih berharap padanya!" ucap Tia bersuara nyaring.
"Hus, Tia suara kamu kok membahana gitu sih ntar Raja dengar bisa kegeeran dianya."
"Gimana aku gak histeris, kamu bicaranya tidak masuk akal gitu! kamu tau kan Raja itu udah jadi milik orang lain," ujar Tia.
"Tapi dia kan di jodohkan Tia, sama seperti aku juga di paksa menikah waktu itu."
"Udah udah, aku nyerah deh, gak tau mau bahas itu lagi, ini sudah jam kerja sebaiknya kita cepat ke dapur. Ayo, ntar kena tegur atasan lagi."
"Iya ayolah," ucap Putri akhirnya berhenti bicara dan mengikuti Tia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Serlyoktva
Semangat 💪 aku mampir Kak
2024-02-28
0
Bella
Tia betul itu Put, harusnya kamu belajar jadi istri yang baik ntar Sultan bisa menilai sikap mu yakin deh kamu bisa meluluhkan hatinya nanti
2024-02-24
1
Bella
Beruntung Mia dapat majikan seperti Pak Dewa dan Sultan
2024-02-24
1