Tiba-tiba Pak Dewa datang ia kaget kenapa Dewa teriak.
"Sultan ada apa kenapa ribut-ribut?" tanya Pak Dewa.
"Tidak Pa, tadi cuma latihan akting aja," ucap Sultan beralasan. Karna Sultan adalah seorang model dan aktor ia pun beralasan kalau dirinya telah latihan akting.
"Oh udahlah gak usah latihan akting dulu sekarang kan malam pertama mu, kamu gak usah mikirin kerjaan dulu, sekarang pokuslah sama istri kamu bahagiakan dia. Papa harap kamu bisa secepatnya memberikan papa cucu," jelas Pak Dewa.
"Apa? Papa gak salah bicara mengharapkan cucu dari perempuan norak itu?" lirik Sultan pada Putri.
"Oh jadi kamu sudah berani menantang papa? lancang sekali kamu menghina menantu papa, mau di coret dari Kartu Keluarga namamu?" ancam Pak Dewa.
"Em gak mau Pa. Maaf aku gak sengaja," ucap Sultan sambil terseyum cengengesan.
"Ya sudah kalau kamu memang anak yang berbakti kamu buktikan ke papa kasi papa cucu secepatnya!" ujar Pak Dewa dengan tegas.
"Papa gak boleh berharap gitu, karna Sultan masih ragu dengan perempuan ini."
"Iya, memangnya kenapa? ada masalah? kamu keberatan?" Pak Dewa melototi Sultan.
Sultan pun terdiam mendengar ucapan papanya yang tidak masuk akal menurutnya itu.
Sultan geleng kepala dan masuk kamarnya kembali.
Malam telah tiba.
Bibik mengetuk pintu kamar Sultan untuk mengajak makan malam bersama.
Tok..
Tok...
Tok..
"Den... Den Sultan... makan malam sudah si...,"ucap Bibik berhenti berseru melihat Pak Dewa tiba-tiba nongol dihadapannya sambil memberi kode untuk segera diam dan jangan berisik ia tidak mau kehadiran Bibik membuat acara malam pertama anaknya terganggu.
"Bik jangan berisik deh. Biarin Sultan tidur, mungkin mereka kecapean biasa pengantin baru. Bibik kayak gak pernah muda aja," ucap Pak Dewa.
"Oh iya Maaf Tuan, bibik lupa malam ini 'kan malam pertama Den Sultan," Bibik tertawa ngakak.
"Stss... Bik berisik! nyaring sekali tertawanya nanti bisa bangun pengantinnya. Sudahlah pergi sana!" usir Pak Dewa pada Bibik.
Baru saja Bibik akan beranjak pintu sudah di buka Sultan muncul dengan piyama. Pak Dewa dan bibik tampak senyum-senyum malu karena terciduk mengintip.
"Pa... kok ada sini, ngapain? ada Bibik juga ternyata," ujar Sultan memandangi mereka secara bergantian.
"Kami gak ngapa-ngapain kok, cuma liatin tembok ini sepertinya sudah tampak kusam ya Bik, perlu di cat ulang," ujar Pak Dewa beralasan. Bibik mengiyakan ucapan Pak Dewa sambil tersenyum miring.
Sultan pun mengarahkannya ke arah tembok dan ia melihat tembok itu biasa-biasa saja tampak masih bangus. Ia pun jadi bingung dengan kehadiran Papa dan Bibik.
"Sultan, bagaimana apa lancar urusannya?"
"Urusan apa pak, Sultan gak ngapa-ngapain kok."
"Serius gak ngapa-ngapain?"
"Iya Pa, hari ini kan masih cuti Sultan gak kerja dan tidak banyak urusan."
"Aduh Sultan bukan itu maksud Papa," Pak Dewa tertawa ternyata anaknya masih sangat lugu.
"Jadi apa maksud Papa? sultan gak tau."
"Malam ini maksudnya, ah kamu pura-pura aja," ujar Pak Dewa langsung tertawa.
Seketika itu Sultan memerah ia sadar kalau dia adalah pengantin baru tapi kenyataannya tidak begitu. Ia tampak malu Papanya berkata seperti itu karena Sultan mulai paham maksud dari pembicaraan Papanya adalah berhubungan suami-istri.
Boro-boro mau malam pertama dekat-dekat gadis itu aja aku jijik. Malas aja liat tampangnya kayak pembantu acak-acakan dan kumal gitu, batin Sultan.
"Ya sudah Papa tunggu di meja makan ya," Pak Dewa terseyum sambil menepuk pundak Sultan.
Sultan masuk kembali ke kamarnya ia masih melihat Putri tengah asyik-asyiknya ngorok.
"Dasar tidak tau diri, enak aja dia tidur pulas sedangkan aku gak bisa tidur sama sekali," gerutunya.
Sultan meneriaki Putri hingga ia kaget langsung terjatuh di lantai.
"Pria brengsek! gak ada sopan santun orang lagi tidur digangguin. Gak tau apa orang masih ngantuk," cetus Putri sambil menguap.
Astagfirullah ini cewek kok gini amat ya, jorok banget menguap depan kita. Apa gak malu dia gak ada sopan sama sekali," pikir Sultan sambil memperhatikan gerak-gerik Putri.
"Ini 'kan masih malam, kenapa dibangunin sih!" keluh Putri masih mengantuk ia menguap beberapakali.
"Papa sudah menunggu kita di meja makan. Ayo cepetan!" ajak Sultan.
"Aku masih kenyang, kamu aja yang makan," tolak Putri.
"Jangan banyak tingkah ya kamu! ntar Papa marah lagi sama aku. Ayo cepat!" Sultan manarik tangan Putri seketika itu juga Putri membalas manarik tangan Sultan hingga ia terjatuh berdua di sofa dalam posisi saling menindih.
"Bangun, iih! kamu mau cium aku ya? dasar pria mesum mau cari kesempatan saja," ucap Putri geram sambil meronta-ronta memukuli dada Sultan.
Sultan yang tidak berdaya menahan tubuh Putri yang lumayan besar sudah susah bernapas apalagi Putri sambil terus memukulinya. Siapa juga yang mau cium kamu jangan GR deh kamu ya."
"Aku gak gitu kok, justru aku gak sudi dicium kamu. Ternyata kamu munafik banget ya, jelas-jelas kamu tadi memegang tanganku."
"Kamu cari sensasi aja aku tidak terpengaruh ayo cepatan kita makam malam, Papa sudah menunggu kita," ujar Sultan.
Akhirnya mereka bangun secara bersamaan
Sultan membuang debu kotoran yang menempel di tubuhnya seakan ia jijik habis bersentuhan dengan Putri.
Mereka pun pergi ke dapur menemui Pak Dewa yang sudah menunggu mereka.
"Malam Pa," ucap Sultan.
"Malam pengantin baru, apa kabarnya masih bisa bangun rupanya," kelakar Pak Dewa.
Bibik tertawa kecil.
"Ada apa sih Pak, kami gak ngapa-ngapain kok. Tidur aja ber..." ucapan Putri terhenti saat Sultan memijak kakinya tiba-tiba Putri menjerit kesakitan.
"Kita tidur berduaan maksud Putri Pa," sambung Sultan.
Putri memasang wajah sinisnya melihat ke arah Sultan.
"Kalian kenapa seperti ada hal yang aneh," tiba-tiba Pak Dewa melirik mereka satu persatu.
"Tidak ada apa-apa kok Pak, aku cuma lapar banget pengen makan," ucap Putri mengalihkan.
"Ya sudah kemarilah!" ajak Pak Dewa pada Putri.
Putri pun duduk di sebelah Pak dewa sedangkan Sultan duduk tepat di depan Putri.
Mereka pun mulia mengambil makanan.
Putri mengambilkan Papa mertuanya nasi di piring.
Sultan ikutan minta diambilkan.
Putri memasang muka masam pada Sultan karna ia masih dendam saat di kamar tadi.
"Kalian kenapa? Putri ambilkan suamimu nasi juga, pinta Pak Dewa.
Putri pun terpaksa mengambilkan Sultan nasi karena Pak Dewa yang memintanya.
Baru satu hari kamu jadi suami, tapi nyebelin banget sih manja banget. Padahal kan aku bukan istrinya beneran.
Putri mengambil lauk Sultan juga meminta mengambilkan akhrinya Putri mengalah dan mengambilnya.
Dasar cowok manja makan aja mau minta ambilkan cibir Putri dalam hatinya merasa dongkol.
"Sultan, mulai saat ini Putri akan Papa jadikan sebagai pendamping dalam pekejaanmu kamu harus membawa Putri di tempat syuting agar kalian tetap bersama dan saling membantu juga," ujar Pak Dewa.
"Tapi Om eh Pak, Putri harus berkerja," tolak Putri.
"Putri, sebaiknya kamu tinggalkan pekerjaan kamu itu. Ikutlah ke lokasi syuting dengan Sultan. Jika kalian masing-masing bekerja di tempat yang berbeda itu tidak baik buat hubungan kalian.
Papa gak mau hal itu terjadi. Kalian harus saling bersama," terang Pak Dewa.
Aduh Papa ada-ada saja deh, bikin malu aja masa Putri juga mau ikut di lokasi syuting. Gak banget lebih baik aku singkirkan aja Putri agar ia tidak berani ikut denganku. Tapi Papa pasti tau lebih baik aku pikirkan cara lain aja deh, batin Sultan mulai berpikir mencari cara agar ia tidak di ikuti Putri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Hesty Real
Lucu mereka mengintai pengantin
2024-02-19
0
Serlyoktva
Sultan sombong banget sih gengsi y punya istri seperti Putri
2024-02-17
0
@Kristin
Ya begitulah kira-kira Mak rempong persi bapak-bapak 🤭
2024-01-05
0