CINTA AURORA
Aurora firdaus POV
Namaku Aurora firdaus. Taman samping sekolah adalah tempat favoritku, untuk sekedar bersantai sejenak seusai pulang sekolah.
Dibawah pohon besar nan rindang. Ku duduk dibawahnya tenang sambil mengasah bakatku bermain biola. Jemariku yang mungil menggenggam stik biola yang perlahan tergesek hingga menimbulkan bunyi padu. Lagu sweet child o' mine milik guns N roses, kupilih untuk latihan.
Visualisasi aurora firdaus memainkan biola
Entah mengapa suara gesekan yang ditimbulkan dari senar bow yang bersentuhan dengan senar biola 🎻 membuatku tenang. Kupejamkan mata, sekedar menghayati setiap kunci nada yang kumainkan agar sesuai dengan naskah yang kubawa.
Jarum jam yang terus berputar mengalihkan perhatianku. Kaget waktu berlalu begitu cepat. Lekas kurapikan kembali biola ke dalam tas.
Tanpa kusadari. Aku sudah dikepung dua pria bertubuh besar seperti algojo. Tanpa pemberitahuan salah seorang diantaranya mendorong tubuhku keras ke pohon besar. Aku merasakan bahuku seperti retak.
"Auchhh.." ringisanku kesakitan.
Aku menahan sakit akibat dorongan pria sangar yang kini berada dihadapanku. Mendongak karena ia begitu besar.
"Kau harus terima dipersunting tuan mustofa, juragan kami. Dengan begitu hutang mendiang orang tuamu LUNAS.." tukas pria sangar itu kasar.
Aku merasakan belitan lengannya pada pinggangku semakin mengencang. Bisa saja ia membuat pinggangku remuk seketika jika ia mau. Namun sepertinya itu tidak termasuk dalam perintah juragannya.
"Aku tidak mau menikah dengan tuanmu itu.." tukasku kesal tanpa memikirkan kemalangan yang pasti menimpaku karena membantah perintah tuannya.
Pria sangar yang satunya membanting biola kesayanganku ke tanah. Lalu menginjaknya hingga hancur berkeping-keping. Hal itu membuatku marah. 😈
Pria sangar itu meraih daguku. Mencengkeram dengan kekuatan penuh.
"Kau berani membantah perintah juraganku.."
Tiba-tiba tendangan panas dan pukulan keras dari arah belakang berhasil membuat pria sangar di hadapan ku jatuh tersungkur ke tanah.
Bimasakti nama pria yang bertindak sebagai pahlawanku. Merasa tak terima temannya terkapar. Pria sangar lainnya melayangkan pukulan keras kepelipis bima. Namun bima dapat menangkis serangannya dengan sigap, hingga berhasil melayangkan tendangan dan pukulan keras kearahnya,sampai sudut bibir pria sangar itu berdarah.
Deva mahenra as bimasakti sahabat aurora firdaus
Kaki bima mundur kebelakang satu tindak, sedang tangannya melancarkan satu rangkaian serangan untuk menangkis serangan dua pria sangar yang sedari tadi menyerangnya geram.
Berturut-turut bima berhasil mematahkan beberapa jurus yang pria sangar itu keluarkan. Kedua pria sangar itu berulang kali menghadiahi bimasakti dengan pukulan dan tendangan. Namun tetap saja tidak membuat bimasakti tumbang.
Bimasakti melancarkan tendangan sebanyak tujuh kali yang menyebabkan dua pria sangar itu terhuyung mundur dan babak belur. Perkelahian sengit itu terhenti karena dua cecunguk itu memilih menyerah dan pergi.
Aku berlutut sedih menyaksikan biola kesayanganku hancur. Kuraih serpihan biola yang tiada mungkin kembali seperti sedia kala.
Bimasakti berjalan kearahku sambil menyeimbangkan nafasnya yang sedikit tersengal karena menghadapi dua cecunguk yang mengajaknya bermain-main.
"Maaf, aku tak bisa menyelamatkan biola kesayanganmu.." terang bimasakti menyesal
"Mungkin sudah nasib biolaku hancur. Bahkan sepertinya nasibku pun akan sama hancurnya seperti biolaku.." terangku terus menatap biolaku yang hancur.
"Maksudmu??" Gumam bimasakti tak mengerti maksud ucapanku.
Sedikit intermezzo. Bimasakti dan aku bersahabat sejak kecil. Keakraban kedua orang tua kami membuat kami hidup selayaknya keluarga. Orang tua bimasakti memutuskan pindah rumah ke Australia mendampingi suaminya yang bekerja di negri kangguru tersebut.Sejak saat itulah kami tidak saling bersilaturahmi.
Setelah lulus sekolah bimasakti tinggal di jakarta. Bekerja dalam dunia showbiz. Kepopulerannya berhasil dikenal publik sebagai aktor terlaris tanah air.
"Sejak orang tuaku meninggal karena kecelakaan. Hidupku berubah drastis. Himpitan ekonomi membuatku bekerja lebih giat lagi untuk menopang hidup.." terangku tegar.
"Aku turut berdukacita. Karena kabar itulah, aku kesini memastikan keadaanmu.." tukas bimasakti khawatir.
"Seperti yang kau lihat bim, keadaanku begitu menyenangkan. Orang tuaku wafat meninggalkan hutang. Rentenir selalu datang ke rumahku menagih hutang.." terangku ironis
"Hutang, untuk apa??" Tutur bimasakti mengernyitkan dahi karena heran.
"Setahuku orangtuamu bukanlah orang yang berpendirian lemah, sehingga harus berurusan dengan lintah darat.." lanjutnya tegas
"Entahlah, yang aku tahu sekarang lintah darat yang bernama tuan mustofa itu bermaksud menjadikanku istri ketiganya. Dengan begitu hutang orang tuaku dianggap LUNAS.." terangku sambil menghela nafas panjang.
"Oo jadi karena itu, kedua cecunguk tadi menyerangmu.." ujar bimasakti mulai paham duduk permasalahan yang menimpaku.
"Hari sudah mulai gelap. Sebaiknya kita pulang. Nenekmu pasti menghawatirkanmu.." ujar bimasakti sambil merekatkan jaketnya ketubuhku yang terlihat begitu lusuh karena diserang kedua pria cecunguk itu.
📆📆📆
Kuletakkan taburan bunga disepanjang makam yang nisannya bertuliskan nama Sri rezeqi kencana dewi, yang tak lain adalah ibuku. Dan makam tepat disamping ibuku. Makam yang nisannya bertuliskan nama Cakrbirawa pancasona, yang tak lain adalah ayahku.
Sudah lebih dari seminggu sang pencipta mengambil orangtuaku. Membuat hidupku terasa semakin hampa. Kesedihan bahkan belum hilang dari hatiku.
"Ayah,ibu. Mengapa kalian pergi secepat ini dan membebaniku dengan hutang pada lintah darat, yang aku sendiri tidak tahu berapa jumlahnya.." tuturku mulai mengeluhkan kehidupanku sambil terus menaburkan bunga ke pusara makam.
"Kau tahu, bu. Tuan mustofa terus memaksaku untuk menerima pinangannya. Dengan begitu hutang kalian lunas. Pria tua renta itu memang menyebalkan.."
Aku terus menggerutu, tak perduli jika ku dianggap tidak waras karena berbincang seorang diri. Lagipula tak ada orang lain di pemakaman hari ini. Aku hanya ingin mencurahkan kekesalan pada mendiang orangtuaku.
Suara langkah kaki yang terdengar di telinga, membuatku terdiam sesaat. Ku palingkan wajah ke kanan dan ke kiri, tetapi tak menemukan siapapun.
Bulu kudukku berdiri, merasa takut karena aku tengah berada di area pemakaman. Lambat laun suara langkah kaki itu semakin mendekat. Ku pejamkan mata karena takut.
"Ayah, ibu. Aku memang merindukan kalian. Tapi tolong jangan temui aku setelah kalian menjadi hantu. Kalian kan tahu aku takut dengan makhluk tak kasat mata.."
Satu tepukkan pelan dipundakku, membuatku hampir menangis 😭. Aku benar-benar takut dengan makhluk halus.
"Apa kau yang bernama aurora firdaus?" Ujar suara yang terdengar lembut. Sudah dipastikan seorang wanita. Kunaikkan sebelah alis bersamaan dengan mataku yang perlahan mulai terbuka.
"Apakah hantu bisa bicara dan menepuk pundak??" tuturku bermonolog lirih.
Kutarik nafas dalam-dalam. Kembali ku pejamkan mata, lalu menengadahkan kedua tangan mulai membacakan ayat kursi supaya hantu 👻 itu pergi.
"Aurora??"
Suara itu kembali terdengar. Tetapi kali ini aku mengenal suara itu. Suara berat khas itu adalah bimasakti.
"Kami manusia, bukan hantu seperti yang kau kira??" Tukas bimasakti membuatku jadi malu sendiri. Apalagi mereka dengan santainya menertawakan sikap konyolku barusan. Yang bisa kulakukan hanya cengengesan tak jelas sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.
Mrs. Anastasia Laksani adalah ibu dari bimasakti. Ia lalu memelukku erat menguatkan ku dan turut berbelasungkawa.
"Aurora, tante turut berdukacita atas meninggalnya orang tuamu. Orangtuamu sahabat karibku yang terbaik. Aku tak menyangka sang khalik cepat memanggil mereka.."
"Terimakasih, tante.." tuturku berusaha tegar
"Tante sudah dengar masalah yang menimpamu sepeninggal orangtuamu dari bima. Ini kartu nama tante.." tukas mrs Anastasia menyerahkan kartu nama miliknya kepadaku, yang dengan antusias kuterima dengan senang hati.
"Tante sudah anggap kau sebagai keluarga. Jika perlu apa-apa datanglah kerumah. Bima dengan senang hati menerima mu..ujar mrs Anastasia dengan senyum manis di akhir kalimatnya.
"Terimakasih, tante.." ujarku tak enak hati.
"Bima akan mengatasi masalahmu dengan rentenir gila itu. Tapi maaf tante harus pergi ke Australia sekarang. Tante yakin bimasakti bisa menjagamu.." tukas mrs Anastasia tersenyum ramah sambil menepuk pundakku pelan sebelum pergi.
Cast.
Deva mahenra as Bimasakti Abraham
Patricia devina as Aurora firdaus
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Fitri Chan
hai kak , aku mampir nih🥰
klik fav dan like untukmu.
salam dari " the bilionaire genius daughter"
2021-10-18
0
coco
mampir bawa like.
jangan lupa mampir di dear star
2021-04-23
0
Naufal Ardiansyah
👍
2021-03-21
0