At the monggo coffe
Aurora firdaus POV
Salah satu artis yang belakangan ikut meramaikan bisnis kopi di tanah air ialah Bimasakti Abraham. Aktor, model, sekaligus presenter ini membuka gerai yang ia namai The monggo coffe.
Meski umurnya baru seumur jagung, kini gerai kopinya telah ada di lima lokasi. Seperti panglima polim, lebak bulus, depok, bogor dan cibubur.
The monggo coffe menurut bimasakti didirikan untuk mereka yang bukan coffe drinker, tapi ingin mulai meminum kopi. Karena itulah digerai kopinya ia menjual beragam minuman kopi yang dicampur dengan materi lain seperti sirop hazelnut dan karamel. Bimasakti menyebutnya sebagai kopi kreasi.
Aku memilih bekerja disini sebagai barista.
"Selamat datang.." sapaku menyapa para pelanggan yang datang. Ku ukir senyum semanis mungkin mengikuti standarisasi pelayanan terbaik.
"Mau pesan apa?"
"Saya mau americano dua, dan satu macchiato.." suara pelanggan melakukan order
"Oke. Dua americano dan satu macchiato segera datang.."
Aku, Aurora firdaus. Menjadi barista profesional adalah fokusku dalam bekerja. Aku berusaha sekuat tenaga memberikan pelayanan terbaik agar pelanggan tak kecewa.
Terlebih senyum manis selalu saja berusaha ku ukir sepanjang aku menghadapi pelanggan. Tanganku bergerak lincah, meracik kopi yang di order pelanggan.
"Here you go, Thank you.." aku tersenyum ramah pada pelanggan, setelah memberikan kopi pesanannya.
Aku kembali ke meja bar untuk melayani beberapa pelanggan lagi. Sampai di pelanggan terakhir aku terkejut melihat sherly cortez, kekasih pemilik gerai kopi ini. Seorang artispreneur, siapa lagi kalau bukan bimasakti Abraham.
"Sherly??" sapaku terkejut
"One macchiato caramel hot.." ucapnya tanpa menghiraukan ku yang terkejut dengan kedatangan nya.
"Dan aku ingin kau menemaniku minum, bolehkah?"
"Tentu saja, miss sherly cortez.." jawab seseorang yang berdiri di sebelahku. Ka jo, barista senior. Aku pun segera meracik pesanan kopi Sherly tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Aku benar-benar akan di interogasi. Mengingat sikap sherly amat membenciku saat tahu aku tinggal serumah bersama keluarga abraham.
Setelah aku meracik pesanan sherly, aku melangkah ke salah satu meja yang berada di dekat jendela kaca itu lalu memberikan cup kopi itu pada sherly. Aku duduk di depan sherly dengan sedikit gugup.
"Macchiato caramel??"
"No, but what the **** are you doing here?" Sherly mengangkat sebelah alisnya, menatapku tajam menuntut jawaban dengan penuh kebencian.
"Aku disini untuk bekerja.." jawabku ramah.
"Bekerja atau menggaet kekasih orang.." celetuk sherly sinis. Mendengar sindiran itu membuatku tak bisa menahan emosi.
"Jaga bicaramu!!" Seruku kesal.
Sherly tertawa sinis.
"Ternyata kau begitu licik, kau dekati keluarga abraham dengan sandiwara kebaikanmu itu, hanya untuk satu tujuan yaitu mendapatkan cinta bimasakti..."
"Sherly, stop!!" Aku memotong pembicaraan. Ku tatap balik sherly yang menatapku dengan tatapan tajam.
"Memang itu kan tujuanmu, dasar jalang!!" tukas sherly terus membuatku emosi.
Ku hembuskan napas panjang mencoba mengontrol emosi. Akal sehatku masih bisa berfikir jernih. Untuk apa aku meladeni tingkah sherly yang jelas-jelas membenciku.
"Lebih baik aku kembali bekerja, daripada harus meladeni sikap konyolmu yang tidak penting.." tuturku menatap mata sherly tajam. Lalu meninggalkan nya seorang diri, kembali menuju meja bar tempatku bekerja.
Tidak lama kemudian pintu bergeser dengan jerit yang terdengar lemah. Bimasakti berjalan mantap menuju meja barista.
"Bagaimana suasana kedai hari ini kajo??" Suara bima terdengar lantang bicara pada ka jo yang tengah meracik kopi dengan mesin.
"Aman terkendali, bos. Kondisi ramai lancar.." terang kajo jelas. Bima terkekeh kocak mendengar ocehan ka jo seperti reporter lalu lintas.
"Selamat pagi. Mau pesan apa, nona?" Tanya ku menyapa ramah sesuai prosedur kedai.
"Apakah penampilanku terlihat berantakan??" Tanya pelanggan wanita berpakaian formal. Ini bukan jawaban yang aku harapkan, namun aku tetap berusaha sopan.
Aku menggeleng pelan.
"No you look gorgeous.."
"Sungguh?" Tanya sang gadis dengan nada skeptis. Wajahnya tampak begitu grogi. Hilang sudah kesan percaya diri yang menguat beberapa menit lalu.
"Sorry, nona. Penampilan mu begitu mempesona namun, aku rasa warna lipstik mu bisa di tone down sedikit.."
Mata dara yang tampak seumuran denganku membulat.
"Eh, lipstikku?" Tanyanya sambil menunjuk bibir.
Aku mengangguk kecil
"Daring red is fit for a party. Hanya saja terlihat mencolok digunakan sehari-hari. Merah bata atau nude lebih cocok.."
Gadis itu memandangku penuh rasa terima kasih. "Thanks buat sarannya. Aku pesan yang biasa ya?"
"Aku menipiskan bibir. Maaf yang mana ya??"
"Hot americano.." sambung bimasakti sambil tersenyum ramah.
"Tepat sekali.." Ujarnya terkekeh. Melihat keberadaan bimasakti di meja bar. Sherly cortez menghampirinya dengan penuh amarah.
"Apa ini??" Tukas sherly menyodorkan ponsel dengan nada kesal.
Sherly membaca beberapa berita gosip yang saat ini tengah viral.
Bimasakti Abraham berkencan dengan baristanya aurora firdaus.
Tagline para pencari berita selebritis.
Di bawah judul itu terdapat bukti foto bimasakti tengah memelukku. Bimasakti tertawa terbahak-bahak menatap layar ponsel yang berisi gosip tentang dirinya. Berbeda dengan wajah sherly yang amat marah menatapku tajam.
"Ada-ada saja ulah si pencari berita.. sudahlah aku akan pergi ke lokasi syuting, nanti terlambat.." terang bimasakti berjalan kearah keluar kedai kopinya.
"Sayang, aku ikuut??" teriak sherly menyamai langkah bima menuju keluar kedai.
📆📆📆📆📆📆
Aku mengernyit melihat bimasakti yang tengah asyik memainkan jemarinya diatas piano 🎹. Jari-jari itu serasa menari dan menimbulkan suara musik yang amat menghanyutkan.
Aku melipat tanganku di depan dada sambil menatap punggung bimasakti yang masih tenggelam dalam lantunan irama yang ia mainkan. Tak lama alunan musik itu terhenti. Aku masih tetap menatap bimasakti yang masih dengan tenang menutup piano dengan kain bludru diatasnya.
Ku langkahkan kakiku menuju kamar di lantai atas. Bekerja seharian di kedai membuat energiku terkuras.
"Tidak sopan melewatkan seseorang tanpa menyapanya terlebih dahulu.." celetuk bimasakti membuat langkahku terhenti. Aku memutuskan untuk mundur.
"Maaf, tapi aku lelah.." ujarku tak bersemangat
"Kau merasa tak nyaman dengan perlakuan Sherly terhadapmu dan gosip tentang kita yang viral di sosial media!!"
"Menurutmu??" Aku malah balik bertanya.
"Menurutku demikian.."
"Sudahlah, biarkan!! Aku lelah, aku ingin berendam di air hangat agar tubuh dan fikiranku kembali segar.."
"Aku bawa sesuatu yang bisa membuatmu segar kembali. Masuklah ke kamarmu. Benda itu aku taruh di ranjangmu.." tukas bima tersenyum kecil.
Aku melangkah memasuki kamar di lantai atas. Sesampainya disana aku melihat kotak besar berada di atas ranjangku.
Aku menutup pintu kamar. Berjalan mendekati ranjang dan meraih kotak besar berbalut kertas corak bunga. Perlahan, aku membukanya. Mataku melebar bahagia mendapati sebuah biola.
Hadiah yang bimasakti hadiahkan adalah biola termahal dan itu yang membuatku terkejut. Mengingat biola kesayangan ku yang kuberi nama bubu telah hancur.
Aku berlarian menuruni tangga dan menghampiri bimasakti yang masih duduk memainkan piano. Refleks aku memeluknya dari belakang dan mencium pipi kanannya. Beberapa saat kemudian. Aku tersadar dengan tingkah konyolku.
"Maaf (aku menunduk) dan Terimakasih.." ujarku kikuk, pipiku memerah menahan malu atas sikapku yang lepas control. Berkali-kali aku memukul kepalaku dengan tangan pelan, menyalahkan perlakuan konyolku yang memalukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
R_armylove ❤❤❤❤
bawa 3 like ya
2021-03-31
0
Nindira
like mendarat
2021-03-20
0
Audrey_16
ceritanya bagus, semngat yah Thor.
2021-02-12
0