Satu minggu setelah pertemuan terakhir Nara dan Rendi, mereka jadi jarang sekali bertemu.
Rendi berkata jika dia sedang banyak pekerjaan yang dia sendiri cukup susah untuk menyelesaikannya. Nara yang pernah ada di posisi itu pun berusaha mengerti keadaan Rendi.
Meski mereka dekat, dia tidak boleh terlalu egois dan berlaku sesuka hati. Dia harus bisa mengerti waktu luang yang dimiliki oleh Rendi dan juga waktu sibuknya.
Hingga di tanggal 30 November 2018, dia berjanji akan datang menemui Nara. Bahkan seharian itu Nara sama sekali tidak mendapat kabar apapun dari kekasihnya itu. Dia baru mendapat kabar sorenya, dan berkata bahwa dia pergi dengan teman satu angkatannya. Hal itu tidak masalah bagi Nara, dia justru bahagia karena kekasihnya bisa dengan mudah beradaptasi. Namun, tidak ada kabar sama sekali membuat Nara merasa bahwa dirinya sangat tidak dibutuhkan saat Rendi sedang merasa bahagia bersama teman-temannya.
Nara jadi sering menikmati kesendiriannya, meskipun di dalam hatinya dia merasa kesepian
dan ingin rasanya menghabiskan waktu bersama kekasihnya. Hingga malam tiba, dia baru bisa bertemu dengan Rendi, dan pria itu seperti biasa, datang seperti tidak pernah ada masalah apa-apa di antara mereka berdua. Rendi bahkan tidak merasa bersalah sama sekali kepada Nara. Saat bertemu dengan Nara, bau Rendi masih sama seperti kemarin, di mana ada parfum wanita yang melekat di tubuh kekasihnya itu. Sampai di kontrakkan Nara pun, pria itu sempat ketiduran di dalam kamar karena kelelahan. Inilah saatnya Nara mengecek ponsel milik Rendi.
“Maaf ya, Sayang. Bukan aku nggak mau percaya sama kamu, tapi kamu yang bikin aku curiga
belakangan ini.”
Nara membuka ponsel pria itu, dan benar saja ada beberapa foto di mana dia tengah merayakan ulang tahun bersama dengan teman-temannya dan ada satu wanita di sana yang sering sekali foto dengan Rendi dan juga sering dekat dengannya.
Hati Nara langsung sakit kala melihat apa yang ada di tangannya itu. Apalagi foto mereka cukup mesra dengan raut wajah yang bahagia, seakan tak ada masalah apapun. Padahal Rendi masih memiliki tanggung jawab besar kepada Nara. Nara menitihkan air matanya dan menangis sesenggukkan hingga membuat Rendi terbangun dan langsung terkejut melihat kekasihnya menangis.
“Nara? Kamu kenapa?” tanya Rendi dengan rambut yang masih sedikit berantakan. Wanita itu hanya menunjukkan ponsel Rendi dengan foto dirinya dengan wanitanya itu. Rendi terbelalak dan terkejut bukan main kala melihat apa yang diberikan oleh Nara.
“Nggak Nara! Dengerin aku dulu, aku bakal jelasin ya.”
“Jadi, dari kemarin kamu sibuk sama temen-temen kamu itu karena kamu juga pingin jalan sama wanita ini, bener?” tanya Nara yang berusaha menghapus air matanya itu. Rendi terdiam dan tak bisa mengelak perkataan Nara. “Apa kamu nggak mikirin perasaan aku sama sekali? Aku di sini berjuang mati-matian buat
hidup, tapi kamu di sana malah main dengan tenang seakan nggak punya beban apa-apa!
Kenapa kamu tega berbuat gitu ke aku, Rendi? Kenapa!” Nada bicara Nara meninggi dan dia masih berusaha untuk tidak menangis. Untungnya saat itu di dalam kontrakkan hanya ada mereka berdua saja. Rendi pun hanya
terdiam saja ketika Nara memergoki pria itu. “Udah berapa lama kalian deket?” Nara semakin ingin tahu.
“Sekitar 5 bulan ini. Tapi aku nggak ngapa-ngapain sama dia!”
“Nggak ngapa-ngapain sama dia? Jalan sama dia, chat, makan berdua, kamu bilang itu nggak ngapa-ngapain? Terus apa guna aku di sini, Rendi?! ATM berjalan?” Nara sudah tak bisa menahan sesak di dadanya, dia tidak peduli apa ucapan yang keluar dari mulutnya sendiri akan menyakiti perasaan Rendi atau tidak.
“Nara, maafin aku. Aku janji nggak bakal ngulangin lagi, aku cuma setress dan tertekan aja sama kondisi kita yang kaya gini, aku nggak tahu lagi harus berbuat apa dan gimana lagi. Kandungan kamu itu udah nggak bisa disembunyikan lagi dan bentar lagi pasti bakal ketahuan, disaat itu aku bisa apa lagi kalau bukan menghadapi semua kenyataan ini?” Rendi menggenggam kedua tangan Nara dengan erat.
“Terus kamu pikir aku ini nggak pusing? Aku nggak bingung dengan apa yang harus kulakukan? Aku yang tertekan ini juga kalau bisa mau milih pergi ninggalin dunia ini aja, Rendi! Aku tahu kok kamu nggak bahagia sama aku sejak kedatangan anak ini di rahimku, tapi apa kamu nggak bisa sedikit aja mengerti perasaanku?!” Mata Nara membendung air mata dan dia tidak bisa menahannya lagi.
“Maaf ya, please maafin aku. Kita ulangin dari awal lagi ya? Aku janji nggak bakal pergi dari kamu, aku bakal tanggung jawab sampai akhir, sampai anak kita lahir, ya?” Mata Rendi juga terlihat berkaca-kaca, namun, Nara sendiri merasa bahwa hatinya sudah terkhianati. “Aku khilaf, karena keegoisanku, kamu jadi menderita kaya gini dan aku bahkan mengkhianati kamu. Maafin aku, Nara. Kasih aku kesempatan satu kali lagi, ya? Aku bakal perbaiki semua ini.”
“Keluar dari sini, aku pingin kita udahan aja. Aku pingin kita putus!” Nara sudah memutuskan yang terbaik untuk mereka berdua.
“Nggak, jangan lakuin ini, Nara. Aku masih sayang sama kamu, aku janji sama kamu bakal tanggung jawab kok. Aku nggak bakal ninggalin kamu, aku janji.” Rendi berusaha memohon kepada wanita itu untuk tidak mengakhiri hubungan mereka berdua.
“Kamu pikir gampang ngembaliin kepercayaan yang udah hancur? Meski aku hamil anak kamu, aku juga nggak bakal segan mutusin kamu. Aku bisa menanggungnya sendiri, dan kamu nggak perlu repot-repot ngurusin bayi ini. Kamu benci anak ini, bukan? Dia menghancurkan hidup kamu, bukan? Lebih baik kita akhiri saja sampai di sini. Aku minta dengan sangat, kamu keluar dari sini.” Nara yang termakan emosi pun sudah tidak ingin lagi melihat wajah pria itu. Ia menarik tangan pria itu agar mau berdiri dan Nara mendorong Rendi untuk keluar dari kamarnya.
“Nggak! Nara dengerin aku dulu! Aku janji nggak bakal ngelakuin hal ini lagi! Kita udah jalan dua tahun lebih, kamu mau mengusaikan hubungan kita begitu saja?” Pria itu masih berusaha untuk menenangkan Nara.
“Bukankah seharusnya kamu yang berpikir lebih dulu sebelum selingkuh di belakangku? Kenapa kamu baru bilang seperti itu sekarang, kemarin kamu nggak mikirin aku sama sekali?!” Nara semakin naik pitam dengan sikap pria itu.
“Iya, aku salah. Aku salah, maafin aku. Please kasih aku kesempatan lagi.” Nara berusaha mendorong pria itu keluar, namun, Rendi justru memeluk tubuh Nara dengan erat sampai Nara
kembali tenang.
Tangis Nara pun pecah, begitu pula dengan Rendi yang merasa bersalah atas apa yang sudah dia lakukan kepada Nara selama ini. Dia hanya membahagiakan dirinya saja, namun tidak peduli dengan keadaan Nara yang semakin hari semakin down.
“Maafkan aku, Nara. Maaf.” Air mata mengalir di pipi pria itu.
Seluruh kontrakkan saat itu dipenuhi oleh isak tangis Nara. Selama ini, dia percaya bahwa Rendi adalah pria baik yang akan membawanya menuju kebahagiaan, namun, baru kali ini dia merasa bahwa semua itu hanyalah sebuah harapan Nara yang terlalu tinggi saja. Nyatanya, Rendi sama saja dengan pria lain, yang ingin lari dari tanggung jawabnya.
Dengan satu pelukan itu, membuat hati Nara langsung luluh dan emosinya mereda. Dua tahun mereka berpacaran, baru kali ini mereka menghadapi masalah yang cukup besar. Entah apa lagi yang akan terjadi di kemudian harinya, setelah kejadian miris di hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
ZaeV92
buang ke laut aja si Rendi nya🙄🙄
2023-05-06
1
Adi Soraya
Next kk
2023-05-05
1