Raka masih gengsi mengakui kalau dirinya mulai tertarik pada Ara namun Beni lebih peka dan dapat mengerti apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya tersebut.
"kalo suka ungkapin aja" ucap Beni yang tiba tiba masuk keruangan Raka.
"masuk masuk langsung nyocot ga jelas!" sahut Raka.
"jangan ngeles deh, kau suka dengan Ara kan?" tembak Beni to the point.
"apaan sih, tiba tiba bahas pelayan itu!" sungut Raka tak suka.
"udahlah ga perlu gengsi padaku!"
"mana mungkin aku suka dengan pelayan seperti dia!" ucap Raka setengah berteriak lalu bangun dari kursi kebesarannya.
"apa salahnya jika dia pelayan? apa dia tidak boleh dicintai?" kata Beni tak suka dengan jawaban Raka.
"salahnya karena dia ga selevel dengan kita!" Raka menunjuk wajah Beni dengan telunjuknya.
"Level??? dangkal sekali perasaanmu! jangan pernah menyesal jika aku menikung perasaanmu!!?" ucap Beni sambil tersenyum smirk.
"ambil saja dia jika kau mau!" sungut Raka emosi.
"kau hanya mengedepankan gengsimu!!!! tanpa kau suruh, aku tidak akan menyia nyiakan berlian di hadapanku!" jawab Beni lalu keluar dari ruangan Raka. sedang Raka nampak terpaku di tempatnya berdiri, ada gelenyar aneh ketika Beni mengatakan akan merebut Ara darinya.
♠♠♠♠♠♠
Beni nongkrong di cafe seorang diri, dia enggan mengajak Raka setelah perdebatan mereka, tak di sangka beberapa menit kemudian Raka datang juga ke cafe tetapi dia memilih duduk di meja terpisah dengan Beni.
Ara yang melihat kedua sahabat itu duduk terpisah hanya mengedikkan bahunya tanda tak mau tahu, yang dia tahu hanyalah melayani mereka dengan baik.
"Selamat sore mas Beni" sapa Ara dengan ramah.
"Soreee Ara.." balas Beni yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.
"mau pesen apa mas?" tanya Ara lagi sambil memegang note kecil.
"seperti biasanya" sahut Beni.
"oke mas..ditunggu ya" kata Ara.
"Ra.. tunggu..." Beni menghentikan langkah Ara.
"iya ada apa mas?" Ara berbalik menghadap Beni kembali.
"kamu ga nanya kenapa aku sama Raka duduk terpisah?" tanya Beni heran karena Ara bersikap biasa saja walau melihat mereka duduk terpisah.
"emangnya boleh Ara ikut campur?" tanya Ara.
"kalo kamu nanya mas akan jawab" kata Beni.
"sayangnya Ara ga pengen tahu mas" sahut Ara lalu berlalu.
"hadeuhhh dasar bayiii" gerutu Beni sambil tersenyum sendiri.
Dari meja Beni, Ara menuju ke meja Raka,
"selamat sore mas Raka, mau pesan apa?" ucap Ara dengan lembut.
"Sore" sahutnya dengan ketus.
"ini manusia, ga da alus alusnya dikit" gerutu Ara dengan suara pelan.
"kamu ngomongin aku?" kata Raka seolah mendengar gerutuan Ara.
Ara jadi salah tingkah dibuatnya " eh... enggak kok, Ara ga ngomong apa apa" ucapnya gelagapan.
"barusan mulut kamu komat kamit kaya dukun ngapain??" tanya Raka curiga.
"ga ngapa ngapain cuma lagi baca doa aja" sahut Ara sekenanya.
"baca doa?? kamu kira saya dedemit? sampe kamu bacain doa segala!!!" tukas Raka tak suka dengan jawaban Ara.
"bukan...bukan doain mas Raka...tapi doain diri saya sendiri" sergah Ara lalu menunduk.
"pake nunduk lagi, atau jangan jangan kamu lagi bacain aku mantra pelet ya?" tuduh Raka.
Ara sudah muak dan kesal dengan segala ocehan Raka apalagi ditambah barusan dia menuduh seenaknya, aapa? mantra pelet katanya? cih, batinku.
"apa mas?? mantra pelet? buat mas Raka???cih!!!! helllooooo masssss, belum tidur aja udah ngimpi, gimana nanti kalo udah tidur?? jangan jangan udah sampe ke alam barzah tu arwah!!!! jangan ngarang mas, buat apa juga Ara melet mas Raka hah? meskipun mas Raka ganteng, tapi bukan tipe Ara!!!" ucap Ara ngegas.
Raka emosi mendengar ucapan Ara yang meremehkannya. Raka bangun dan menghampiri Ara, tanpa basa basi, Raka menarik Ara dan mencium bibirnya, Ara yang tak siap, hanya terpaku mendapat ciuman tiba tiba dari Raka.
Raka mencium Ara beberapa saat lalu melepas ciumannya dengan senyum smirk ,
"mulut kamu memang harus dikasih pelajaran!" katanya sambil tersenyum, merasa puas bisa membungkam Ara.
Ara yang sadar telah di lecehkan menampar Raka dengan sekuat tenaganya, hingga wajahnya lebam dan sudut bibirnya mengeluarkan darah, Ara sangat marah sehingga kekuatannya melebihi kapasitas dari biasanya.
Pengunjung lain tercengang dengan apa yang mereka lihat, seorang pelayan cafe menampar seorang Raka yang profilnya terkenal sejagat negeri ini.
Di tengah keributan, Beni datang dan berusaha menengahi mereka,
"kau gila Raka!" ucap Beni tak senang dengan sikap Raka.
"kau masih saja membelanya setelah apa yang dia lakukan padaku? liaaat wajahku Ben!!! bentak Raka sambil menunjukkan pipinya yang memar.
"kau pantas mendapatkannya, sikapmu sudah melecehkan dia!" sahut Beni.
"Mantra apa yang kau bacakan pada sahabatku hah? bahkan dia membelamu mati matian!!!" ucap Raka kecewa dengan Beni, lalu Raka pergi meninggalkan cafe.
Beni menghampiri Ara yang menangis,
"Ara.. maafin mas ya.. ga bisa melindungi kamu..mas ga nyangka kalau Raka bisa bertindak sejauh itu" sesal Beni.
Ara hanya diam dan terus menangis, dirinya merasa kotor karena dilecehkan didepan banyak orang,
Dalam situasi genting begini, Gama datang,
"ada apa ini?" tanya Gama.
"anu...." sahut Lila takut.
"anu apa Lil??"
"anu kak.. itu... Ara abis bertengkar dengan langganan disini" jelas Lila hati hati.
"Araaaa?? apa benar yang dikatakan Lila?" tanya Gama pada Ara.
Beni berusaha menyela,
"ehmmm.. maaf, sebenarnya temen saya yang salah dan membuat keributan disini" ucap Beni pada Gama.
"kami minta maaf atas ketidak nyamanannya Tuan" sahut Gama sambil menjabat tangan Beni.
"tidak.. malah saya yang harus minta maaf karena telah menganggu keamanan disini" ucap Beni tak nyaman melihat Ara yang takut pada Gama yang menatapnya dengan tajam.
"saya mohon anda bisa dengan bijak menyikapi hal ini" sambung Beni sambil terus melirik ke arah Ara.
"terimakasih Tuan" sahut Gama dengan ramah.
♣♣♣♣♣♣
Gama mengumpulkan seluruh karyawannya setelah cafe tutup, Gama memarahi Ara di depan karyawan lainnya, Ara hanya bisa menangis tanpa bisa membela diri, dirinya kecewa dengan sikap Gama yang marah tanpa bertanya terlebih dahulu.
"maaf kak jika aku tidak sopan menyela, tapi semua ini bukan salah Ara, malah Ara yang dirugikan" bela Lila.
"aku juga pasti akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi padaku, Ara hanya membela dirinya dan dia dilecehkan!" sambung Lila.
Gama nampak berpikir, memangku dagunya pada jari jari tangannya,
"apa yang sudah dilakukan pelanggan itu terhadap Ara?" tanya Gama kemudian.
Ara semakin tersedu,
"orang itu telah mencium Ara di depan umum kak" sahut Lila.
Seketika Gama melotot tidak percaya, kini dia merasa bersalah telah memarahi Ara, sedang Ara sudah tidak tahan, akhirnya memilih pergi dan berlari keluar cafe.
🛷🛷🛷🛷🛷🛷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Nani Wismarini
hahaha cerita nya ada yg tengsin nich😀😀
2022-09-28
0
Fransiska Siba
makanya Ara jgn pancing emosinya
2022-04-15
0
Nimranah AB
🤔🤔🤔🤔
2021-07-19
1