Pagi itu, sang menteri beserta putrinya tampak mendatangi cafe Bintang milik Raka, untung saja Raka sudah sampai ke cafe terlebih dahulu, Raka sudah memprediksikan hal ini pasti akan terjadi, putri manja sang menteri pasti akan mengadukan perbuatannya kepada sang ayah.
Sesuai ekspetasinya, kini Raka sudah bertatap muka dengan sang menteri yang terkenal sibuk tersebut. wajah sang menteri tampak merah padam menahan emosi, Raka pun enggan memulai pembicaraan, akhirnya suasana menjadi hening sejenak,
Melihat situasi angker begini, Martha akhirnya angkat bicara,
"pi.. dia orang yang telah mengusirku semalam!" sungut Martha mengadu pada papinya.
Sang menteri menggebrak meja berusaha menakut nakuti Raka, namun bukan lah Raka namanya jika gentar dengan gertakan sang menteri.
Raka tampak santai menghadapi kemarahan sang menteri,
"saya akan menuntut anda, bersiaplah berperang di meja hijau!" ucap sang menteri dengan penuh penekanan sedangkan Martha menyeringai senang.
"baiklah.. dengan senang hati saya akan menunggu anda di meja hijau, apalagi saya sudah memiliki cukup bukti yang kuat untuk menjebloskan putri anda ke dalam penjara beserta dengan anda jika perlu!" ucap Raka tak kalah lantangnya dengan suara sang menteri.
"hahaahaa.. bukti? bukti apa yang kau miliki sehingga kau begitu percaya diri untuk melawanku?" tanya sang menteri dengan angkuhnya.
"Gama tolong putar rekamannya.." titah Raka pada Gama, Gama memang sengaja menemani Raka untuk menghadapi sang menteri.
Setelah rekaman di putar, wajah sang menteri berubah pucat begitu pula dengan Martha, tak ada lagi seringai angkuh di wajahnya.
"apa perlu aku menunjukkan bukti yang lainnya?" tawar Raka.
"Gama tolong putar yang lainnya!" sambung Raka lagi.
Gama memutar rekaman CCTV dimana Martha berbuat semena mena pada Ara. Raka nampak menahan emosi, melihat Ara di perlakukan seenaknya oleh Martha dan teman temannya.
"bagaimana bapak menteri yang terhormat? apakah belum cukup?" seringai Raka begitu percaya diri.
Raka melempar beberapa dokumen di depan sang menteri, sang menteri langsung membuka isinya dan wajahnya kembali pucat pasi seperti manusia tanpa darah, setelah melihat isi dari dokumen dokumen tersebut, rupanya Raka bergerak cepat mencari tahu tentang latar belakang sang menteri yang banyak terlibat skandal.
Hening kembali, sang menteri nampak berpikir lalu berkata,
"sebaiknya kita bicarakan baik baik saja" ujarnya memecah keheningan.
"baik baik? seperti apa maksud anda?"
"apa yang kau mau dariku?"
"aku mau putrimu minta maaf kepada semua pelayan di cafe ini terutama pada gadis yang telah dibuat melepuh tangannya!"
"itu saja? baiklah!" sahut sang menteri.
"tapi pi....!!" protes Martha tidak senang.
"Martha, sebaiknya kau minta maaf pada para pelayan itu, apa susahnya?" bentak sang menteri pada putri kesayangannya tersebut.
"tidak, aku tidak sudi minta maaf pada orang rendahan seperti mereka!" tolak Martha mentah mentah.
Plaakkk....
Sang menteri yang geram dengan sikap Martha, kemudian menamparnya membuat Martha meringis dan memegangi pipinya,
"papi!!!!" teriak Martha tidak terima dengan apa yang dilakukan papinya.
"minta maaf atau semua kartu kreditmu papi tarik sekarang juga?" ancam sang menteri.
"ukh..!!!" dengus Martha tak senang dengan pilihan yang papinya berikan.
Mau tak mau, akhirnya Martha minta maaf kepada para pelayan.
"kemana gadis sialan itu?" sungut Martha karena tidak melihat Ara di antara para pelayan yang disalaminya.
"kau kesini lagi besok, hari ini dia cuti karena perbuatanmu!!!" bentak Raka dengan penuh emosi.
"dasar menyusahkan!!" dengus Martha.
Sang menteri dan putrinya pulang dengan wajah di tekuk, mereka yang tadinya ingin memberi pelajaran pada Raka dan hendak menghancurkan cafe ini malah pulang dengan menanggung malu.
Setelah semua urusan selesai, Raka segera meninggalkan cafe,
"sungguh, pak Raka luar biasa, dia bisa mengalahkan sang menteri" gumam para karyawan.
Raka melajukan mobilnya menuju rumah Ara, dia ingin melihat keadaan Ara saat ini.
Sampai di rumah Ara, bundanya mengatakan bahwa Ara sudah berangkat ke kampusnya, padahal sang ibunda telah melarangnya untuk pergi.
"dasar keras kepala!" gumam Raka.
Raka segera melajukan mobilnya lagi, kali ini dia akan mendatangi Ara ke kampusnya,
Sampai di kampus, Raka menjadi pusat perhatian para mahasiswa disana, bagaimana tidak penampilannya yang keren dengan mobil sport yang dikendarainya mampu membuat jantung mereka berdetak kencang tak terkendali.
Bahkan ada yang sampai bersorak histeris ketika Raka keluar dari mobil sportnya dengan menggunakan kacamata hitam yang membuatnya terlihat berkali kali lipat lebih tampan.
Ara yang baru selesai dengan kelasnya, melihat ada kerumunan di depan kampus, membuat Ara penasaran dan segera melihat apa yang terjadi disana, Ara ternganga melihat Raka dikerumuni oleh para mahasiswi.
Ara berjalan mundur dan berharap Raka tidak melihatnya, tapi sial, Raka sudah melihatnya dan segera menghampiri Ara, Ara hendak kabur namun tangan kokoh Raka menahannya dengan cepat, kini Ara dan Raka menjadi pusat perhatian,
Ara merasa malu dan langsung berlari masuk ke dalam mobil Raka sambil menutupi wajahnya dengan tas. Raka hanya tersenyum dan mengikuti Ara lalu melajukan mobilnya memecah kerumunan para mahasiswi.
Ara mengatur nafasnya perlahan dan menoleh pada Raka yang senyum senyum sendiri.
"huft... apa yang kau lakukan di kampusku?" tanya Ara kemudian.
"menjemputmu!" sahutnya santai.
"untuk apa?"
"untuk menepati janjiku semalam!"
"haah... kau membuat heboh seluruh kampus!!!"
"kenapa kau menyalahkan aku?? mereka sendiri yang berlebihan!"
"ohhh tidak.. aku bisa gila jika terus berbicara denganmu!!" ucap Ara akhirnya memilih diam daripada berdebat dengan Raka yang tidak akan ada ujungnya.
"bagaimana tanganmu? apa masih sakit?" tanya Raka sambil melirik tangan Ara yang di perban.
"bukan urusanmu!" sahut Ara cuek.
"tentu saja itu urusanku, kau karyawanku sekarang, aku tidak ingin kau menuntut biaya kerugian padaku!"
"cih... dasar pelit!" dengus Ara.
"hahaha...." Raka hanya tertawa, merasa lucu dengan perkataan Ara.
"kau bersiaplah, besok putri menteri yang sombong itu akan meminta maaf padamu!"
"apaaa?? dia tidak seharusnya melakukan itu!"
"tentu saja harus.. bahkan dia sudah minta maaf pada seluruh karyawan, hanya pada kau saja yang belum karena hari ini kau sedang cuti"
"huh.." Ara kembali mendengus kesal.
Raka melajukan mobilnya berlawanan arah dengan rumah Ara, membuat Ara kebingungan,
"ini kan bukan arah jalan kerumahku" celetuk Ara.
"kita makan siang dulu" sahut Raka dengan begitu santainya.
"bahkan kau tidak bertanya padaku?" sahut Ara tidak suka karena Raka berbuat sesuka hatinya.
"untuk apa aku bertanya, jika aku tahu kau akan menolaknya?"
"kau selalu saja memaksakan kehendakmu!!!"
"hanya padamu saja!"
"kenapa harus aku?"
"karena aku menyukaimu!" kata Raka berbarengan dengan kakinya yang menginjak rem secara tiba tiba membuat mobil berhenti mendadak, Ara yang tidak menggunakan seatbelt, kepalanya terbentur dashboard.
"auw..." pekik Ara sambil meringis memegangi dahinya yang memerah.
"maa..mmaaf.. aku tidak sengaja!" ucap Raka.
"apa kau baik baik saja?" tanya Raka sambil memeriksa dahi Ara yang memerah.
Wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja saat ini, bahkan Ara bisa merasakan aroma mint dari hembusan nafas Raka, mereka saling pandang sejenak.
Raka semakin mendekatkan wajahnya pada Ara, dan ketika hendak mencium bibir Ara, Ara reflek saja mendorong Raka, membuatnya terjungkal.
"auww.." kali ini, pekik Raka yang terdengar.
"oohh.. maaf" ucap Ara sambil menarik tangan Raka.
"ukh... kecil kecil kekuatanmu seperti kuda!" gerutu Raka sambil membenarkan posisi duduknya kembali.
Ara hanya bisa menahan senyumnya mendengar gerutuan Raka.
🌐🌐🌐🌐🌐🌐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Toshio Inge
uhuuuuuiiii😍😃
2020-11-03
1
tesya
novelnya menarik..👍😊
2020-10-22
2
Defri Yanti Hermawan17
emang ketempelan siluman Soang kali si Raka😆😆😆 maen nyosor nyosor aja
2020-10-18
3