"kenapa semua orang bersikap aneh kepadaku?" gumam Raka seorang diri.
"dan kenapa semua orang seakan berpihak pada pelayan itu? pasti pelayan itu sudah menggunakan pelet pada semua orang!!" gumamnya lagi sambil mengepalkan tangannya karena kesal.
"apa kau akan tetap bengong disitu?" tanya Beni yang masih berdiri dihadapannya.
"ah.. maaf, sepertinya aku banyak pikiran sampai melamun begini!"
Beni enggan menanggapi ucapan Raka, dia terlalu lelah jika harus berdebat dengan sahabatnya tersebut.
Beni mengantar Raka sampai kerumahnya, tanpa berbicara sedikitpun, Raka pun enggan memulai pembicaraan terlebih dahulu, jadilah suasana hening di dalam mobil selama perjalanan.
Sampai dirumahnya, Raka langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Beni, Beni pun langsung melajukan mobilnya kembali meninggalkan Raka yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya.
Raka belakangan memang jarang membawa mobilnya sendiri, entah kenapa kepalanya sering pusing belakangan ini sehingga mau tidak mau Beni mengantar jemputnya untuk ke kantor dan pulang kembali kerumah.
Sedang Ara yang baru sampai rumahnya, langsung merebahkan diri di ranjang kesayangan miliknya,
"kontrak kerjaku masih kurang satu setengah tahun lagi, semoga saja aku kuat menjalaninya" gumam Ara.
Tak lama Ara terlelap karena kelelahan.
💒💒💒💒💒💒
"Ra.. kamu masih kerja di cafe itu?" tanya Rama.
"iya.." sahut Ara.
Rama sudah mengehtahui kejadian tempo hari antara Ara dan kakaknya, Raka.
"Ra.. atas nama kakakku, aku minta maaf ya"
"minta maaf buat apa Ram?" tanya Ara.
"karena kelakuan kakakku padamu!"
"kenapa harus kau yang meminta maaf? ini bukan salahmu!"
"ya setidaknya aku mewakilinya Ra, sebenarnya kakakku adalah orang yang baik!" ucap Rama.
"baik?? wajar saja kau membelanya, bagaimanapun juga kalian adalah saudara!"
"aku bukan membelanya Ra dan bukan pula karena aku adiknya, tapi ini dari sudut pandangku saja, sebenarnya dia memang orang baik walau wataknya agak keras dan sedikit sombong!"
"aku jadi ragu lagi, apakah kalian benar benar bersaudara?"
"kenapa kau bertanya seperti itu?"
"kau sangat baik Ram dan tidak pernah menyombongkan dirimu pada oranglain berbeda sekali dengan kakakmu itu!"
"dia begitu pasti ada alasannya Ra!"
"ah entahlah.. aku juga tidak mau tahu lagi segala sesuatu yang berhubungan dengannya! sungguh, aku sangat membencinya!"
"hati hati Ra, cinta dan benci itu beda tipis!"
Ara tak menanggapi lagi ucapan Rama, sepertinya Rama sangat senang membanggakan kakaknya tersebut, padahal awalnya Ara pikir Rama tidak begitu menyukai kakaknya tersebut.
🗽🗽🗽🗽🗽🗽
Setiap harinya Ara datang ke cafe dengan perasaan malas, kalau bukan karena kontrak kerja tersebut, Ara enggan menapakkan kakinya lagi di cafe ini, walau gajinya menggiurkan, Ara tidak akan berpikir dua kali untuk hengkang dari cafe ini kalau saja dia tidak terikat kontrak kerja sialan tersebut.
Setelah mengganti seragam, Ara berjalan menuju pantry, tidak sengaja berpapasan dengan Raka, Ara menundukkan kepalanya enggan menatap atau menyapa Raka,
"apa uang recehmu terjatuh?" ejek Raka dengan nada sinisnya melihat Ara menunduk.
Ara tidak menghiraukan ucapan Raka, dia terus saja berjalan,
"heh.. aku sedang bicara padamu!" ucap Raka kesal sambil menarik lengan Ara dengan kasar.
"auw sakit!!" keluh Ara merasakan lengannya di cekal kuat oleh Raka.
"tidak sopan sekali kau terhadap bosmu hah!"
"maaf pak, saya rasa pertanyaan anda tidak membutuhkan jawaban saya!"
"berani sekali kau padaku!" Raka mencengkeram dagu Ara.
"saya tidak bersalah buat apa takut!" sahut Ara memiringkan wajahnya, enggan menatap Raka yang dekat sekali di depan matanya.
"ooohhh.. begitu, apa kau mau aku pecat?"
"dengan senang hati pak!" jawab Ara dengan tegas.
"tidak semudah itu pelayan.. kau harus merasakan sakit seperti sakit yang kau berikan padaku!"
"apa kau tidak sadar siapa yang membuatku berani menamparmu?"
"kau terlalu banyak bicara!" Raka menghempas dagu Ara, lagi lagi Ara tersungkur dilantai.
Raka meninggalkan Ara yang mulai menangis, hatinya tidak ingin di goyah kan dengan tangisan wanita tersebut.
✨✨✨✨✨✨
"kau kenapa Ra??" tanya Lila yang melihat wajah Ara basah karena air mata.
"gapapa kok Lil, tadi kelilipan trus mataku kerasa perih gitu" jawab Ara berbohong.
"apa kau yakin hanya kelilipan?" tanya Lila tak percaya.
"iya beb...ya sudah aku cuci muka dulu biar fresh" ujar Ara sambil berusaha tersenyum pada Lila.
Ara berpapasan dengan Gama,
"kau bertengkar lagi dengan Raka?" tanya Gama.
"ehmm tidak kak..." sahut Ara.
"jangan bohong, aku melihatmu menangis setelah berpapasan dengannya!"
"maaf kak.. "
"jangan hiraukan perkataannya, anggap saja angin lalu!"
"baik kak..."
"kau mau kemana?"
"aku mau ke kamar mandi kak, cuci muka!"
"ya sudah sana..."
Ara mulai bekerja dengan tenang karena Raka sudah meninggalkan cafe sejak tadi,
Pengunjung yang ramai, membuat waktu terasa begitu cepat berlalu, Ara dan yang lainnya bersiap untuk pulang,
"akhirnya pulang juga" ucap Lila.
"ayok pulang" ajak Ara.
"yukkk..." sahut Gea.
"ehhh aku duluan ya.. sepertinya kekasihku sudah menunggu di depan" kata Lila lagi.
"cieee...." kata Ara dan Gea hampir bersamaan.
"Ge, kamu pulang ama siapa?" tanya Ara.
"naik angkot lah Ra seperti biasanya" sahut Gea.
"mau aku anterin ga?"
"ga usah deh Ra, lagian rumah kita berlawanan arah!"
"sekali kali lah Ge, aku juga ingin tahu rumahmu"
"hemm... apa tidak merepotkan?"
"tentu saja tidak..."
"baiklah...yuuukkk.." sahut Gea mengiyakan.
"rumahmu jauh juga ya..." kata Ara setelah mereka dijalan.
"kenapa? kau menyesal mengantarku pulang?"
"bukan itu maksudku! aku hanya berpikir, kau berangkat jam berapa setiap harinya, kau hampir tidak pernah terlambat datang ke cafe padahal kau naik angkot!"
"aku berangkat lebih awal Ra, aku tidak suka terburu buru"
Tengah asyik mengobrol, Ara dan Gea melihat sebuah mobil yang menabrak pohon, dari mesin mobil tersebut terlihat mengeluarkan asap yang sangat banyak.
Ara dan Gea berhenti karena kondisi jalanan sepi dan tak ada satupun yang melihat mobil tersebut, karena posisinya yang hampir tertutup semak semak.
"Ge.. kita bantuin yuk!"
"ga ah Ra.. aku takut!"
"takut apaan?"
"ya takut aja..." sahut Gea bergidik ngeri.
"kamu tunggu disini aja, minta bantuan kalau ada orang yang lewat, aku akan ke sana untuk melihat keadaan orang didalam mobil tersebut"
Ara melangkahkan kakinya dengan ragu tapi rasa kemanusiaan mendorongnya menjadi yakin dan berani, dia berusaha melihat keadaan didalam mobil, sepertinya kecelakaan tunggal, batinnya.
Ara melihat seorang pria di depan kemudi, kepalanya berdarah dan hidungnya pun mengeluarkan banyak darah.
Ara membuka pintu mobil dan menarik tubuh pria tersebut hingga jatuh bersamaan dengan tubuh Ara,
"Ra.. apa yang kau lakukan?" tanya Gea panik.
"Ge.. bantuin donk, orang ini berat banget!" kata Ara berusaha membebaskan dirinya dari himpitan pria tersebut.
Gea membantu Ara, lalu Gea dan Ara terkejut bukan kepalang setelah melihat wajah pria tersebut.
"ppp...ppak Rakaaaaaa?!" ujar mereka hampir bersamaan.
🎈🎈🎈🎈🎈🎈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Yuliantin Ant
kualat noh c Raka
2020-12-22
2
Toshio Inge
wah karma d bayar kontan
2020-11-03
1
tesya
kualat mungkin...
2020-10-22
2