"sepertinya sekarang kau lebih sibuk mengurusi cafe daripada kantor ini?" sindir Beni pada Raka yang baru muncul setelah 2 hari absen dari kantor.
"sorry bro, ada masalah sedikit di cafe!"
"masalah apa sampai kau lupa untuk ke kantor? jangan bilang kau sedang ada masalah hati!"
"itu salah satunya bro! hahaha" sahut Raka lalu terbahak.
"jadi benar ada masalah hati?" tanya Beni lagi.
"hahaha... aku sedang berusaha mengambil hati seseorang bro!" jawab Raka sambil tersenyum sinis.
"apa maksudmu?" tanya Beni tidak mengerti.
"lihat saja nanti" sahut Raka, ekspresinya tidak dapat di tebak.
"jangan bermain main dengan hati bro, sakitnya tak ada tandingannya!" ucap Beni.
"karena itulah.. menyerang hatinya akan setimpal dengan sakit yang aku rasakan!" ucap Raka sambil menerawang jauh.
"apa maksudmu?? aku hanya mengingatkan bro, jaga hatimu dan hati orang lain sebaik mungkin, perasaan bukan untuk dipermainkan, kelak kau akan dipermainkan juga!" ujar Beni berusaha mengingatkan sahabatnya itu, diliat dari ucapannya, Raka sepertinya sedang merencanakan sesuatu.
⛸️⛸️⛸️⛸️⛸️⛸️
Sedang di kampus, Ara tampak serius mengikuti kelas kuliahnya, Rama yang masih penasaran bagaimana Ara bisa mengenal kakaknya, terus berusaha mendekati Ara,
"Ra, nanti kita ngobrol ya setelah kuliah selesai" bisik Rama.
"ssssttt... jangan berisik" sahut Ara yang fokus pada dosen.
"pokoknya aku tunggu nanti di taman" kata Rama lagi.
Ara hanya mendengus melihat kearah Rama.
Jam kuliah pun usai, Ara langsung ke taman untuk menemui Rama, karena Ara tidak ingin di buntuti terus olehnya.
"akhirnyaaa..datang juga" kata Rama senang melihat Ara menghampirinya.
"ada apa sih Ram?" tanya Ara dengan malas lalu duduk di samping Rama.
"kau belum jawab pertanyaan ku tempo hari"
"pertanyaan yang mana?" tanya Ara pura pura lupa.
"kau kenal kakakku dimana?" tanya Rama dengan ekspresi serius.
"apa dia benar benar kakakmu?" tanya Ara Ragu,
"tentu saja, kau tidak bisa lihat wajahku dan wajahnya benar benar mirip?" jawab Rama.
"kalau memang benar dia kakakmu, kenapa kau masih bertanya dimana aku kenal dengannya??" sahut Ara.
"karena aku memang tidak tahu!"
"hadeehhh.. pasti hubungan kalian tidak sedekat seperti yang kubayangkan!"
"maksudmu?" tanya Rama yang semakin bingung dengan arah pembicaraan Ara.
"kalau kalian dekat, kau pasti tak perlu bertanya lagi, sudah pasti aku mengenal kakakmu!!! karena sekarang dia adalah bos ku!" jawabku.
"apa? bos mu? bukankah kau bilang kau bekerja di cafe?? bagaimana bisa kakakku menjadi bos mu?" tanya Rama bertambah bingung.
"aku semakin ragu sekarang, apakah kalian benar benar kakak beradik! ck...." ucap Ara sambil berdecak kesal.
"Ra..." panggil Rama dengan ekspresi horornya.
"ya Tuhan Ram.. apa kau benar benar tidak tahu??"
"aku benar benar tidak tahu apa maksudmu Ra"
"Raka itu pemilik cafe tempatku bekerja!" sahut Ara dengan gemas.
"apa?? pemilik cafe?? cafe bintang?" tanya Rama tidak percaya.
"iya.."
"mulai kapan kakakku menjadi pemilik cafe?" gumam Rama.
Ara memperhatikan Rama yang masih saja kebingungan.
"sebenarnya Raka adalah owner baru cafe bintang"
"pantas saja aku tidak tahu, karena setahuku kakak tidak pernah tertarik pada usaha lain selain kantornya itu!"
"mana aku tahu" sahut Ara kemudian beranjak dari duduknya.
"hei, kau mau kemana?" tanya Rama.
"mau ke cafe lah, aku harus bekerja sekarang!" sahut Ara.
"aku ikut" sahut Rama.
"ikut?? ayo!" ajak Ara.
"aku nebeng ya Ra..." kata Rama senang.
"nebeng?? bayar!!!!" sahut Ara setengah bercanda.
"yaelah... iya iya aku bayar!" sungut Rama sebal.
"hahaha.. aku hanya bercanda.. ayo berangkat!" Ara terbahak melihat Rama memanyunkan bibirnya seperti bebek.
🎃🎃🎃🎃🎃🎃
Sampai di cafe, Rama langsung bertanya dimana ruangan Raka, dan bergegas menemui kakaknya,
Rama melihat kakaknya sedang berbincang dengan seorang laki laki yang kira kira seumuran dengan kakaknya tersebut.
"apa aku mengganggu?" tanya Rama setelah mengetuk pintu.
"Rama?? apa yang kau lakukan disini?" ekspresi wajah Raka nampak terkejut dengan kedatangan Rama.
Raka memberi isyarat agar Gama keluar dari ruangannya karena dia kedatangan adiknya.
"apa yang kau lakukan disini?" tanya Raka lagi.
"aku yang seharusnya bertanya, apa yang sedang kakak rencana kan? sampai kakak membeli cafe ini tanpa se pengehtahuan ku?"
"sejak kapan aku harus ijin padamu untuk melebarkan sayap dalam usahaku?"
"setidaknya kau memberitahuku, agar aku tidak terlihat bodoh di depan Ara!"
"Ara? apa maksudmu?"
"aku tahu dari Ara kalau kau sekarang adalah pemilik cafe ini!"
"gadis itu...." gumam Raka tak senang.
"jangan salahkan Ara, aku yang memaksanya untuk bicara!" sahut Rama mendengar gumaman Raka.
"karena sekarang kau sudah tahu, lalu kau mau apa?"
"apa tujuanmu membeli cafe tempat Ara bekerja?"
"aku kan sudah bilang, jika aku sedang melebarkan sayap usaha keluarga kita!"
"apakah hanya itu alasannya?"
"tentu saja hanya itu alasanku"
"apa kau tidak punya maksud lainnya?"
"maksud lainnya?? contohnya?"
"sepertinya kau lebih tahu apa maksud dan tujuanmu kak!"
"ck... aku sungguh tidak mengerti arah pembicaraanmu!" sahut Raka jengah.
"kak.. jangan bermain main dengan perasaan Ara! aku menyukainya!" kata Rama dengan ekspresi wajah kaku.
"kau menyukainya? apa dia tahu tentang perasaanmu?" Raka nampak terkejut dengan pengakuan Rama barusan.
"aku belum mengatakannya tapi akan segera mengatakannya jadi kau jangan berani macam macam pada Ara!"
"kau mengancam kakakmu??"
"tidak.. aku hanya memperingatkan mu saja kak!"
"ck...jika kau sudah selesai bicara, keluarlah.. aku masih banyak pekerjaan!" ujar Raka setengah mengusir Rama.
"baiklah.. aku juga tidak nyaman berlama lama disini!"
Rama langsung meninggalkan ruangan Raka dan menyisakan Raka yang nampak sedang berpikir keras.
"ck... kenapa dunia ini begitu sempit?!" gumam Raka.
🎴🎴🎴🎴🎴🎴
Raka kembali pada misinya, ingin membuat Ara cemburu, dia menelpon Dista untuk datang ke cafe,
"Ra, tolong buatkan cemilan kesukaan Dista, sebentar lagi dia akan datang" kata Raka menghampiri Ara di pantry.
Ara terlihat jengah, kenapa harus selalu dia yang melayani Raka Dan pacarnya tersebut.
Raka dan Dista menghabiskan waktu di ruangan kerja Raka, Ara mengetuk pintu dengan keras, karena tidak ingin kejadian tempo hari terulang lagi ,saat Ara mendapati Raka dan Dista sedang bercumbu mesra, ketukannya membuat Raka terkejut,
"bisakah kau mengetuk pintu dengan pelan?" ucap Raka engan gusar.
"maaf pak, saya takut bapak tidak mendengarnya seperti tempo hari" jawab Ara sambil menundukkan kepalanya tak berani menatap Raka.
Raka tidak bisa berkata kata mendengar jawaban Ara.
Ara langsung masuk dengan nampan ditangannya,
"silahkan Nona, minuman dan cemilannya" kata Ara berusaha bersikap ramah walau hatinya merasa panas melihat Dista bergelayut manja pada Raka.
"terimakasih Ara..." sahut Dista dengan ramah.
Setelah meletakkan nampan yang dibawanya, Ara bergegas keluar dari ruangan Raka, dia tidak mau berlama lama di sana, bisa bisa hatinya hangus terbakar.
Sedang Raka tampak mengamati gerak gerik Ara secara diam diam.
🥅🥅🥅🥅🥅🥅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Armi Aulya
hatinya gosong thorr,,,,ajurrrrr
2020-10-27
1
Angely
lancar misinya... tinggal nunggu hasil😅😂
2020-07-10
3