Handerson menatap pekerjaannya yang sebentar lagi akan selesai. Menjadi seorang CEO dan sekaligus orang tua tanggal, tentunya tak semudah yang dibayangkan saat dia duduk di bangku kuliah dulu.
Anggapan bahwa pekerjaannya Hanya duduk tinggal tunjuk orang untuk bekerja. Namun, semua hal itu sangat tidak benar sekarang.
Henderson benar-benar dihadapkan kehidupan yang masa kini. Rumit, namun tetap harus dia jalani. Membayangkan suatu saat nanti ketika putrinya Baby Queen besar dan melepaskan dia untuk sosok pemuda asing.
Henderson menggelengkan kepala dan belum siap anaknya yang masih berusia hampir satu tahun saat ini menjadi dewasa.
Henderson mengakhiri pekerjaannya, lalu menutup layar laptop di hadapannya. Tapi sebelumnya sudah dia matikan.
Henderson merapikan berkas-berkas yang berserak di meja, dan meminum air putih sedikit yang memang disediakan di meja kerjanya. Henderson menatap ponselnya sekilas dan bersiap untuk pulang.
"Akhirnya selesai juga, waktunya pulang dan beli hadiah untuk putriku."gumamnya dalam hati.
Namun, Henderson belum beranjak dari tempat duduknya. Dia masih menikmati suasana sore di dalam kantor.
Henderson memutar kursi dan dihadapkan pada jendela kaca di belakangnya yang menghadap ke arah jalanan.
Kebetulan memang di sana bisa melihat matahari bergerak terbenam Dengan indah.
Belum sampai melihat matahari terbenam, Henderson langsung bangun dan tersentak dari duduknya.
Dia harus segera membeli hadiah untuk Putri kecilnya. Berharap Putri kecilnya bahagia jika memainkan mainan yang ia beli.
Henderson tersenyum pelan mengingat putrinya yang menangis histeris malam tadi. Dan Tuan Samera, Begitu juga dengan Nyonya Carlota menginginkan agar Henderson memberikan Mama baru untuk Baby Queen.
"Bagaimana mungkin, aku bisa menikah dengan bocil seperti Norin. Dia saja bersifat seperti laki-laki, dan stylish-nya juga seperti laki-laki. Bukan hanya itu, Dia pun bekerja yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki. Bagaimana mungkin Papa memiliki niat untuk meminangnya menjadi istriku dan ibu sambung untuk Baby Queen.
"Tapi tunggu dulu. Mengapa bocil seperti dia mampu menenangkan Baby Queen tadi malam. Dan terlihat penampilannya seperti penampilan laki-laki, tapi untuk menenangkan seorang bayi dia ahlinya. Mami dan baby sitter yang biasa menemani Baby sitter saja tidak mampu menenangkan Baby Queen tak malam. Tetapi kenapa bocil seperti dia mampu menenangkannya?
"Ah entahlah, Apa yang dilakukan wanita bocil itu. Sehingga putriku terasa nyaman berada di dekapannya." gumam Henderson dalam hati.
Henderson bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan keluar ruang lalu menuju lift yang dekat dengan ruangannya.
Pemuda itu sempat melihat bahwa sekretaris barunya sudah ada di ruangan. Henderson tak ambil pusing, dan tetap berjalan keluar dari kantor.
Saat dia berada di depan kantor, Henderson melihat seorang wanita yang tak lain dan tak bukan adalah sekretarisnya sendiri.
"Lagi nunggu siapa?"tanya Herderson berjalan mendekati.
"Eh Tuan Henderson. Ini sedang menunggu dijemput."jawabnya sambil berusaha mengembangkan senyumnya.
"Sudah pasti mau dijemput?"tanya Henderson memastikan.
"Iya, Pak. Sebentar lagi juga datang kok,"balas wanita yang merupakan kakak kandung Michael.
Tak lama kemudian, ada motor CBR yang berhenti tepat di depan Henderson dan juga wanita itu, lalu mematikan motornya.
"Eh, kak Riska Maaf telat menjemput! ucap Norin sambil membuka helmnya.
"Iya, tidak apa-apa,"balas Riska menatap wanita yang ada di hadapannya.
"Adik kamu Ris?"tanya Henderson penuh keheranan. Karena melihat sosok Norin yang menjemput sekretarisnya sendiri.
"Bukan, Pak. Dia sahabat baikku,"lebih tepatnya sahabat dari adikku."jawab Riska yang menoleh ke arah Henderson sambil menatapnya manis entah disengaja atau tidak.
"Eh,ada Tuan Henderson. Maaf sudah mengganggu, tapi saya harus menjemput kak Riska sesuai dengan amanah my best friend."ucap Norin sambil mengembangkan senyumnya membuat lesung pipi Norin terlihat jelas di mata Henderson.
Henderson hanya mengangguk. Dia tidak mampu berkata-kata, karena ia sangat terpesona dengan kecantikan yang dimiliki oleh Norin.
Norin juga tidak kalah terpesonanya melihat Henderson memakai stelan jas yang membuat kadar ketampanan Hendarso semakin bertambah.
Begitu juga dengan Norin, Walaupun dia berpenampilan layaknya seperti laki-laki, tapi senyum manisnya yang menunjukkan lesung pipinya menambah nilai plus yang dimiliki oleh Norin di mata Henderson.
"Maaf Tuan Henderson, kalau begitu kami pulang dulu."pamit Riska dan Norin bersamaan.
"Oh, iya. silakan,"jawab Henderson dengan tersenyum kecil. Riska mengangguk lalu menaiki motor milik Norin dan motor itu pun melaju.
Beberapa saat kemudian dari arah belakang, ternyata ada Morris yang berjalan menghampiri Henderson.
"Maaf Tuan Henderson, sebelumnya Tuan memiliki rencana untuk membeli hadiah buat Baby Queen,"ucap Morris kepada Henderson yang juga ingin pulang.
"Ini juga mau jalan,"jawab Henderson
"Tadi Riska sama siapa? tanya Morris berbicara apa adanya dengan bos sekaligus sahabatnya itu.
"Dengan Norin."
"Norin yang ingin dijodohkan Om Samera kepada kamu?"tanya Morris penasaran. Henderson menganggukkan kepalanya.
"Wah.... wah... pucuk dicinta ulam pun tiba. Kok bisa kebetulan Norin bersahabat dengan sekretarismu sendiri. Padahal usia keduanya terpaut jauh
"Sebenarnya bocil Norin bersahabat dengan adiknya Riska. Kebetulan adiknya Riska satu profesi dengan Norin. Mereka membuka bengkel itu sama-sama dan bekerja sama-sama, keuntungannya juga mereka bagi rata."itu menurut cerita Norin kepada Papa." ucap Henderson kepada sahabat sekaligus asistennya itu.
"Wah... wah... tidak menyangka, ternyata Norin ahli dalam memperbaiki motor. Apa kamu tahu, temanku Jason memperbaiki motor balapnya di sana. Dan motor balap milik Jason saat ini, benar-benar tak ada tandingannya. Hingga Jason memenangkan balap motor beberapa minggu yang lalu."Morris memberitahu sekaligus membanggakan kemampuan yang dimiliki Norin.
Padahal Morris sudah mengetahui kalau Henderson ingin memberikan pelajaran kepada wanita itu. Semenjak Henderson menyuruhnya mencari tahu siapa sosok wanita yang menghambat mobil miliknya saat di resto.
"Sudah, tak perlu membahas dia. Aku ingin pergi membeli mainan untuk putriku. mudah-mudahan putriku senang mendapatkan mainan dariku.
"Aku rasa bukan mainan yang diinginkan keponakanku Queen. Tapi yang dia inginkan adalah seorang ibu."ucap Morris. Yang dibalas toyoran kepala dari Henderson.
"Apa apaan kamu ini! bukan hanya Om Samera yang mengetahui itu, bahkan semua juga pasti akan mengatakan demikian. Percayalah, bukan mainan yang diinginkan Queen tetapi sosok seorang ibu."kembali Morris mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya.
"Ah sudahlah, mending aku cabut membeli mainan untuk my princess." ucapnya sambil langsung masuk ke dalam mobil mewah miliknya, lalu sang sopir pun menyalakan mesin mobil miliknya dan melanjukan ke arah jalan raya meninggalkan samera company.
Sepanjang perjalanan Horison larut dalam pemikirannya. Malam ini Tuan samera, Nyonya Carlota Dan Henderson harus segera bertemu dengan kedua orang tua Norin. Sesuai dengan keputusan dari Tuan samera malam itu, dan tidak dapat dibantah oleh Henderson.
Ia pun akhirnya mengurungkan niatnya untuk membeli mainan buat putrinya dan memilih untuk segera kembali ke rumah utama keluarga Samera sebelum dirinya kena amukan dari Tuan samera dan nyonya Carlota.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA TEMAN EMAK YANG LAIN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments