Bab 16 - Tidur Bersama

Setelah selesai makan malam, ternyata Naren berubah pikiran. Dia tidak jadi pulang karena dia berpikir akan tidak akan tega kalau harus meninggalkan Ayunda sendirian di tempat baru yang pasti terasa masih sangat asing bagi gadis cantik itu. 

"Belum pulang? Katanya mau pulang." Tanya Ayunda, dia baru saja selesai mencuci piring di belakang.

"Gak jadi pulang, kasian sama kamu. Aku gak bakalan setega itu buat ninggalin kamu disini sendirian." 

Ayunda tersenyum kecil, ternyata Narendra begitu peduli pada nya. Padahal, dia tidak keberatan kalau seandai nya Naren pulang, tapi ternyata Naren tidak akan tega untuk meninggalkan dirinya sendirian. 

"Baiklah, terserah kamu saja." 

"Sayang.." Panggil Naren, membuat Ayunda yang akan ke kamar langsung berbalik. 

"Iya, kenapa?"

"Bisakah kamu membuatkan aku kopi? Sambil belajar menggunakan kompor." Pinta Naren, Ayunda menganggukan kepala nya. Dia pun kembali ke dapur untuk membuatkan kopi. 

Meskipun masih sedikit kebingungan dengan cara memakai nya, tapi ternyata akhirnya dia bisa juga membuat kopi.

"Bisa?"

"Bisa kok." Jawab Ayunda sambil tersenyum kecil, begitu juga dengan Naren. 

"Baguslah, kamu sudah pandai menggunakan kompor listrik ya." Puji Narendra sambil mengacak rambut Ayunda dengan gemas. 

"Hmm, iya."

"Kemarilah, duduk temani aku." Pinta Naren sambil menepuk sofa kosong di samping nya. Ayunda menurut dan duduk di samping Naren dengan canggung. Jujur saja, sampai saat ini Ayunda masih canggung jika berdekatan dengan Naren. Itu wajar bukan? Karena mereka masih asing saat ini. 

"Sini, gak usah canggung. Duduk nya jauh banget." Ucap Naren, dia menarik Ayunda hingga gadis itu berada lebih dekat nya. 

"Maaf, aku masih merasa canggung karena kita masih asing."

"Tidak apa-apa, nanti kamu akan terbiasa kok. Apalagi setelah kita menikah nanti." Jawab Naren sambil mengusap rambut Ayunda. Perlakuan yang manis di tunjukkan oleh Naren benar-benar tulus, dia tidak melakukan hal ini karena semata-mata dia merasa bersalah pada Ayunda. Ini benar-benar berasal dari hati nya, dia akan membuat Ayunda luluh dan bisa mencintai nya. Sama juga seperti yang akan dia lakukan.

"Mari sama-sama berjuang." Ajak Narendra. Ayunda menatap wajah pria tampan di samping nya. 

"Baiklah, kalau kamu ingin aku berjuang bersama, mari kita lakukan." Jawab Ayunda, membuat Naren tersenyum. Dia merangkul pundak Ayunda dan menyandarkan kepala gadis itu di dada nya. 

"Kau mengantuk?"

"Sedikit, aku tidak terbiasa tidur larut malam. Itu akan membuat kepala ku sakit, Naren." Jawab Ayunda membuat Naren terkekeh. 

"Baiklah, ayo kita tidur."

"Kita?" Tanya Ayunda, dia terlihat terkejut saat mendengar ucapan Naren. 

"Iya, kita. Kenapa kamu terlihat terkejut begitu sih?" Tanya Naren sambil terkekeh pelan.

"Tapi, kita kan belum menikah. Masa tidur bersama."

"Sleep only, sayang. Hanya tidur saja, tidak lebih atau kamu berharap kita melakukan sesuatu, hmm?" Tanya Naren, pria berwajah tampan dan bermata sipit itu tersenyum menggoda. 

Sontak saja, wajah Ayunda merona mendengar ucapan Naren. Pria itu tertawa melihat wajah Ayunda yang memerah karena malu seperti nya. 

"Sudah, ayo kita tidur, sayang." Ajak Naren. Dia menarik tangan Ayunda ke kamar, pria tampan itu tersenyum saat melihat kamar yang biasa nya terlihat suram itu lebih berwarna sekarang karena Ayunda menambahkan beberapa hiasan di kamar ini. 

"Maaf, aku menambahkan beberapa hiasan. Karena aku pikir, kamar ini terlalu sepi." Ucap Ayunda, dia paham benar arti tatapan Naren saat masuk ke kamar ini.

"Ini rumah mu, kamu bisa menghias nya sesuka mu."

"Tapi.."

"Kamu terlalu banyak tapi, sayang. Sudah, ayo cepat tidur. Ganti pakaian mu."

"Kenapa harus ganti pakaian? Kan cuma mau tidur." Tanya Ayunda.

"Astaga, ganti pakai piyama."

"Ohh, sebentar." Ayunda pun mengangguk patuh dan masuk ke dalam ruang ganti, dia terlihat celingukan karena ternyata ada beberapa setel piyama perempuan disini, seperti nya khusus Naren sediakan untuk nya. 

"Astaga, Ayunda. Jangan terlalu kepedean, bisa saja kan Naren membeku nya untuk kekasih nya." Ayunda menepuk kepala nya sendiri, bisa-bisa nya disaat seperti ini dia berpikir seperti itu. Ingat, hidup itu jangan terlalu percaya diri, agar tidak terlalu nyelekit saat tahu kebenaran nya.

"Kok lama?" Tanya Naren, tanpa pikir panjang dia membuka pintu ruangan ganti dan tak sengaja melihat Ayunda yang sedang berganti pakaian. 

"Aaaaa.." Ayunda memekik, membuat Naren segera menutup pintu nya kembali. Bisa-bisa dia ileran kalau terus melihat tubuh Ayunda di dalam sana. 

Tak lama kemudian, Ayunda keluar dengan wajah yang masih merah padam karena malu. Lagian, kenapa sih kok Naren tiba-tiba masuk? Tapi, ini juga bukan sepenuh nya salah Naren kan, dia sendiri yang lupa mengunci pintu nya. Kalau saja dia mengunci pintu, pasti Naren takan bisa masuk ke ruang ganti.

Naren juga terlihat salah tingkah, setelah Ayunda keluar, kini giliran dia yang masuk ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Tak mungkin jika dia tidur dengan menggunakan setelan jas bukan?

Ayunda berbaring duluan di atas ranjang, dia juga menarik selimut dan menutupi hampir seluruh tubuh nya dengan selimut. Dia berbaring miring, hingga Naren keluar dan ikut menyusul berbaring. 

Dia melirik ke samping, Naren paham benar kalau Ayunda pasti masih merasa malu karena kejadian tadi, makanya dia memilih menutup seluruh tubuh nya dengan selimut, hanya menyisakan kepala nya saja. Gadis itu juga berbaring miring membelakangi nya. 

"Sayang.." panggil Naren. 

"Emmm, apa?" Tanya gadis itu lirih, bahkan nyaris tak terdengar. 

"Kemarilah, jangan membelakangi aku." Pinta Naren, dia merasa tidak suka saat Ayunda membelakangi nya. 

Ayunda pun berbalik, sekarang posisi mereka saling berhadapan. Naren menatap wajah cantik Ayunda dengan intens, begitu juga Ayunda yang menatap nya dengan takut-takut. Tangan besar Naren mengusap wajah Ayunda, dia juga menyelipkan rambut gadis itu ke belakang telinga nya.

"Kamu cantik, Ayu." Puji Naren sambil tersenyum kecil, membuat wajah Ayunda merona karena malu.

"Jangan membuat aku malu."

"Lho, siapa yang bikin kamu malu? Aku?"

"Iya kamu, memang nya siapa lagi?" Balik tanya Ayunda membuat Naren tersenyum.

"Aku tidak mempermalukan dirimu, sayang. Aku memuji kecantikan mu." 

"Tapi, itu membuat aku malu.."

"Haha, baiklah." Jawab Naren, dia pun memeluk Ayunda dan menyandarkan gadis itu di dada nya sambil mengusap-usap kepala gadis itu dengan lembut. 

"Selamat tidur, Ayu.."

"Iya, selamat tidur juga untukmu." Balas Ayunda, Naren mengecup singkat kening Ayunda lalu kembali memeluk gadis itu. Kedua nya pun tidur dengan lelap, tidur bersama. Benar-benar hanya tidur saja, tidak terjadi apapun, hanya tidur sambil berpelukan saja, tidak lebih. 

Ayunda merasakan kenyamanan yang luar biasa saat berada di dalam pelukan Naren, selain itu aroma tubuh nya juga membuat nya lebih nyaman untuk berlama-lama memeluk tubuh besar pria tampan itu. 

.......

🌻🌻🌻🌻🌻

Terpopuler

Comments

Hari Saktiawan

Hari Saktiawan

/Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/

2024-05-18

1

beybi T.Halim

beybi T.Halim

aku kasi bunga deh .,ceritanya bagus gak bertele-tele dan ngedrama.,suka karakter Ayunda dan naren.,sendi tetap terbaik membangun karakter yg beragam👍semangat terus

2023-08-16

1

Yani

Yani

Ayo cepetan nikahinn Ayu Naren 🤭

2023-07-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Ayunda Maishika
2 Bab 2 - Hari Pertama
3 Bab 3 - Terlalu Penasaran
4 Bab 4 - Target Baru
5 Bab 5 - Narendra & Trisa
6 Bab 6 - Rencana
7 Bab 7 - Obat Perangsaang
8 Bab 8 - Malam Kelam
9 Bab 9 - Bertanggung Jawab
10 Bab 10 - Percobaan Bunuh Diri
11 Bab 11 - Nurut Sama Calon Suami!
12 Bab 12 - Safira & Ayunda
13 Bab 13 - Kedatangan Naren
14 Bab 14 - Apartemen
15 Bab 15 - Memulai Hidup Baru
16 Bab 16 - Tidur Bersama
17 Bab 17 - Kegiatan Pagi Hari
18 Bab 18 - Simulasi Menjadi Istri
19 Bab 19 - Pasar Modern
20 Bab 20 - Belanja Bulanan
21 Bab 21 - Ciuman Naren
22 Bab 22 - Memasak Bekal
23 Bab 23 - Kegiatan Naren
24 Bab 24 - Keputusan Naren
25 Bab 25 - Bertemu Camer?
26 Bab 26 - Restu dari Arvin
27 Bab 27 - Berbeda Level
28 Bab 28 - Memasak Bersama
29 Bab 29 - Makan Malam Bersama
30 Bab 30 - Sarapan Bersama
31 Bab 31 - Gadis Terakhir?
32 Bab 32 - Nasehat Melisa
33 Bab 33 - Mencari Cincin
34 Bab 34 - Our Wedding
35 Bab 35 - Mendadak Sempit?
36 Bab 36 - Apa itu Cinta?
37 Bab 37 - Sebuah Kesalahan
38 Bab 38 - Mau Mencoba nya Dalam Keadaan Sadar?
39 Bab 39 - Kegiatan Kesukaan Naren
40 Bab 40 - Pengantin Baru
41 Bab 41 - Mabuk Perjalanan
42 Bab 42 - Belanja Bulanan
43 Bab 43 - Masakan Ayunda
44 Bab 44 - Suasana Rumah
45 Bab 45 - Permintaan Narendra
46 Bab 46 - Menunda atau Langsung Saja?
47 Bab 47 - Mood Baik Naren
48 Bab 48 - Keakraban Mertua dan Menantu
49 Bab 49 - Belanja Bersama Mamer
50 Bab 50 - Ayunda dan Naren
51 Bab 51 - Jadilah Rumahku
52 Bab 52 - Healing Terbaik
53 Bab 53 - Susu
54 Bab 54 - Kebiasaan Baru
55 Bab 55 - Suka Sama Suka?
56 Bab 56 - Mawar Biru
57 Bab 57 - Perasaan yang Sama
58 Bab 58 - Ancaman Arvin
59 Bab 59 - Bebas Tugas
60 Bab 60 - Naren Gagal?
61 Bab 61 - Menimang Cucu
62 Bab 62 - Taman Bunga
63 Bab 63 - Harus Percaya Diri
64 Bab 64 - Pasangan Serasi
65 Bab 65 - Nasib Jomblo
66 Bab 66 - Modus Naren
67 Bab 67 - Tak Sopan?
68 Bab 68 - Ghibahin Atasan Sendiri
69 Bab 69 - Membeli Ponsel
70 Bab 70 - Pilih Kasih
71 Bab 71 - Turun Temurun
72 Bab 72 - Drama Pagi Hari
73 Bab 73 - Membuat Kue
74 Bab 74 - Kasih Sayang Seorang Ibu
75 Bab 75 - Masuk Angin?
76 Bab 76 - Ayu Berubah?
77 Bab 77 - Perubahan Ayunda
78 Bab 78 - Dua Garis Merah
79 Bab 79 - Kebahagiaan Naren
80 Bab 80 - Panci Pink Keramat
81 Bab 81 - Bertemu Trisa
82 Bab 82 - Pertanyaan Keramat
83 Bab 83 - Kejutan yang Mengharukan
84 Bab 84 - Saling Memperjuangkan
85 Bab 85 - Morning Sickness
86 Bab 86 - Perubahan Narendra
87 Bab 87 - Mami Mertua
88 Bab 88 - Keraguan Ayunda
89 Bab 89 - Pendarahan
90 Bab 90 - Kasih Sayang Melisa
91 Bab 91 - Main yang Lain
92 Bab 92 - Tugas Rahasia
93 Bab 93 - Pasangan Bucin
94 Bab 94 - Mengidam
95 Bab 95 - Naren Cemburu
96 Bab 96 - Kedatangan Trisa
97 Bab 97 - Ngidam yang Sama
98 Bab 98 - Mau Tas?
99 Bab 99 - Menyenangkan Istri
100 Bab 100 - Pro Player
101 Bab 101 - Narendra Manja
102 Bab 102 - Kejutan?
103 Bab 103 - Retaknya Kepercayaan
104 Bab 104 - Mencoba Percaya
105 Bab 105 - Kecurigaan Dokter
106 Bab 106 - Taman Bunga
107 Bab 107 - Mark Berbohong?
108 Bab 108 - Mark dan Maya
109 Bab 109 - Awal Kehancuran
110 Bab 110 - Wanita Beruntung?
111 Bab 111 - Saling Percaya
112 Bab 112 - Nasehat Ayunda
113 Bab 113 - Mati Rasa
114 Bab 114 - Pesta
115 Bab 115 - Gadis Kampung?
116 Bab 116 - Keadilan Untuk Maya
117 Bab 117 - Pengaruh Ayunda
118 Bab 118 - Darren Koma
119 Bab 119 - Deja Vu
120 Bab 120 - Menggelikan Namun Romantis
121 Bab 121 - Keseharian Ayunda
122 Bab 122 - Mark dan Uang + Visual
123 Bab 123 - Susu Kehamilan Hanya Untuk Bumil?
124 Bab 124 - Menikah Bulan Depan?
125 Bab 125 - Pendarahan Lagi?
126 Bab 126 - Ayunda Keguguran
127 Bab 127 - Kepulangan Arvin
128 Bab 128 - Sakitnya Kehilangan
129 Bab 129 - Melisa dan Arvin
130 Bab 130 - Modus Naren
131 Bab 131 - Wanita Spesial
132 Bab 132 - Bukti dari Narendra
133 Bab 133 - Kebahagiaan Ayunda
134 Bab 134 - Kesedihan Arvino
135 Bab 135 - Menang Modal Ngancam!
136 Bab 136 - Buka Puasa
137 Bab 137 - Tetap Disini, Bersamaku!
138 Bab 138 - Memetik Stroberi
139 Bab 139 - Cheese Cake
140 Bab 140 - Mabuk Perjalanan
141 Bab 141 - Cerita Arga
142 Bab 142 - Rencana Honeymoon
143 Bab 143 - R.I.P Trisa
144 Bab 144 - Hadiah untuk Ayunda
145 Bab 145 - Bermain Salju
146 Bab 146 - Menjenguk Darren
147 Bab 147 - Keadaan Darren
148 Bab 148 - Ngidam Seblak di Amerika
149 Bab 149 - Finally..
150 Bab 150 - Benang Takdir
151 Bab 151 - Hukuman dari Melisa
152 Bab 152 - Ngidam Ayunda
153 Bab 153 - Takdir Ayunda & Naren
154 Bab 154 - Pulang
155 Bab 155 - Cerita Melisa dan Arvin
156 Bab 156 - Masih Ngidam Seblak
157 Bab 157 - Nurutin Ngidam Bumil
158 Bab 158 - Masih Ngidam
159 Bab 159 - Kelakuan Melisa
160 Bab 160 - Ngidam Lagi
161 Bab 161 - Baby Twins
162 Bab 162 - Permintaan Ayunda
163 Bab 163 - Rahasia Arvin
164 Bab 164 - Gara-gara Kaos Kaki
165 Bab 165 - Video Call with Darren
166 Bab 166 - Gara-gara Tupperware
167 Bab 167 - Bertemu Safira
168 Bab 168 - Periksa Kehamilan
169 Bab 169 - Mimpi Indah
170 Bab 170 - Keinginan Ayunda
171 Bab 171 - Ayunda & Laura
172 Bab 172 - Terciduk Mark
173 Bab 173 - Sama-sama Berteman
174 Bab 174 - Ritual yang Terganggu
175 Bab 175 - Talk Before Sleep
176 Bab 176 - Masalah Perusahaan
177 Bab 177 - Kekesalan Naren
178 Bab 178 - Buaya Darat
179 Bab 179 - Alergi Buah Persik
180 Bab 180 - Perawat Hantu?
181 Bab 181 - Bukan Hantu
182 Bab 182 - Ketahuan
183 Bab 183 - Rujak Tomat?
184 Bab 184 - Keberuntungan Ayunda
185 Bab 185 - Bertemu Adam
186 Bab 186 - Rasa Sakit Adam
187 Bab 187 - Gara-gara Mochi
188 Bab 188 - Rosalina & James
189 Bab 189 - Kebaikan Naren
190 Bab 190 - Keputusan Adam
191 Bab 191 - Ayah dan Anak
192 Bab 192 - Kedatangan Darren
193 Bab 193 - Maya Hamil
194 Bab 194 - Kekesalan Naren!
195 Bab 195 - Backingan Rosalina
196 Bab 196 - Nenek Lampir
197 Bab 197 - Bermain Catur
198 Bab 198 - Ulah Geng Gabut
199 Bab 199 - Kegugupan Narendra
200 Bab 200 - Haneen & Hania
201 Bab 201 - Dua Anak Lebih Baik
202 Bab 202 - Menyambut Ayunda
203 Bab 203 - Kedatangan Maya
204 Bab 204 - Obrolan Para Pria
205 Bab 205 - Pertemuan
206 Bab 206 - Kelegaan Ayunda
207 Bab 207 - Baby Hania Rindu Papa
208 Bab 208 - Malu-malu Kucing
209 Bab 209 - Hukuman Untuk Anton
210 Bab 210 - Demam Pekerjaan
211 Bab 211 - Piknik Keluarga
212 Bab 212 - Kepedulian Ayunda
213 Bab 213 - Kenangan Ayunda
214 Bab 214 - Ikhlas, Tapi Aku Rindu.
215 Bab 216 - The Final Ending
Episodes

Updated 215 Episodes

1
Bab 1 - Ayunda Maishika
2
Bab 2 - Hari Pertama
3
Bab 3 - Terlalu Penasaran
4
Bab 4 - Target Baru
5
Bab 5 - Narendra & Trisa
6
Bab 6 - Rencana
7
Bab 7 - Obat Perangsaang
8
Bab 8 - Malam Kelam
9
Bab 9 - Bertanggung Jawab
10
Bab 10 - Percobaan Bunuh Diri
11
Bab 11 - Nurut Sama Calon Suami!
12
Bab 12 - Safira & Ayunda
13
Bab 13 - Kedatangan Naren
14
Bab 14 - Apartemen
15
Bab 15 - Memulai Hidup Baru
16
Bab 16 - Tidur Bersama
17
Bab 17 - Kegiatan Pagi Hari
18
Bab 18 - Simulasi Menjadi Istri
19
Bab 19 - Pasar Modern
20
Bab 20 - Belanja Bulanan
21
Bab 21 - Ciuman Naren
22
Bab 22 - Memasak Bekal
23
Bab 23 - Kegiatan Naren
24
Bab 24 - Keputusan Naren
25
Bab 25 - Bertemu Camer?
26
Bab 26 - Restu dari Arvin
27
Bab 27 - Berbeda Level
28
Bab 28 - Memasak Bersama
29
Bab 29 - Makan Malam Bersama
30
Bab 30 - Sarapan Bersama
31
Bab 31 - Gadis Terakhir?
32
Bab 32 - Nasehat Melisa
33
Bab 33 - Mencari Cincin
34
Bab 34 - Our Wedding
35
Bab 35 - Mendadak Sempit?
36
Bab 36 - Apa itu Cinta?
37
Bab 37 - Sebuah Kesalahan
38
Bab 38 - Mau Mencoba nya Dalam Keadaan Sadar?
39
Bab 39 - Kegiatan Kesukaan Naren
40
Bab 40 - Pengantin Baru
41
Bab 41 - Mabuk Perjalanan
42
Bab 42 - Belanja Bulanan
43
Bab 43 - Masakan Ayunda
44
Bab 44 - Suasana Rumah
45
Bab 45 - Permintaan Narendra
46
Bab 46 - Menunda atau Langsung Saja?
47
Bab 47 - Mood Baik Naren
48
Bab 48 - Keakraban Mertua dan Menantu
49
Bab 49 - Belanja Bersama Mamer
50
Bab 50 - Ayunda dan Naren
51
Bab 51 - Jadilah Rumahku
52
Bab 52 - Healing Terbaik
53
Bab 53 - Susu
54
Bab 54 - Kebiasaan Baru
55
Bab 55 - Suka Sama Suka?
56
Bab 56 - Mawar Biru
57
Bab 57 - Perasaan yang Sama
58
Bab 58 - Ancaman Arvin
59
Bab 59 - Bebas Tugas
60
Bab 60 - Naren Gagal?
61
Bab 61 - Menimang Cucu
62
Bab 62 - Taman Bunga
63
Bab 63 - Harus Percaya Diri
64
Bab 64 - Pasangan Serasi
65
Bab 65 - Nasib Jomblo
66
Bab 66 - Modus Naren
67
Bab 67 - Tak Sopan?
68
Bab 68 - Ghibahin Atasan Sendiri
69
Bab 69 - Membeli Ponsel
70
Bab 70 - Pilih Kasih
71
Bab 71 - Turun Temurun
72
Bab 72 - Drama Pagi Hari
73
Bab 73 - Membuat Kue
74
Bab 74 - Kasih Sayang Seorang Ibu
75
Bab 75 - Masuk Angin?
76
Bab 76 - Ayu Berubah?
77
Bab 77 - Perubahan Ayunda
78
Bab 78 - Dua Garis Merah
79
Bab 79 - Kebahagiaan Naren
80
Bab 80 - Panci Pink Keramat
81
Bab 81 - Bertemu Trisa
82
Bab 82 - Pertanyaan Keramat
83
Bab 83 - Kejutan yang Mengharukan
84
Bab 84 - Saling Memperjuangkan
85
Bab 85 - Morning Sickness
86
Bab 86 - Perubahan Narendra
87
Bab 87 - Mami Mertua
88
Bab 88 - Keraguan Ayunda
89
Bab 89 - Pendarahan
90
Bab 90 - Kasih Sayang Melisa
91
Bab 91 - Main yang Lain
92
Bab 92 - Tugas Rahasia
93
Bab 93 - Pasangan Bucin
94
Bab 94 - Mengidam
95
Bab 95 - Naren Cemburu
96
Bab 96 - Kedatangan Trisa
97
Bab 97 - Ngidam yang Sama
98
Bab 98 - Mau Tas?
99
Bab 99 - Menyenangkan Istri
100
Bab 100 - Pro Player
101
Bab 101 - Narendra Manja
102
Bab 102 - Kejutan?
103
Bab 103 - Retaknya Kepercayaan
104
Bab 104 - Mencoba Percaya
105
Bab 105 - Kecurigaan Dokter
106
Bab 106 - Taman Bunga
107
Bab 107 - Mark Berbohong?
108
Bab 108 - Mark dan Maya
109
Bab 109 - Awal Kehancuran
110
Bab 110 - Wanita Beruntung?
111
Bab 111 - Saling Percaya
112
Bab 112 - Nasehat Ayunda
113
Bab 113 - Mati Rasa
114
Bab 114 - Pesta
115
Bab 115 - Gadis Kampung?
116
Bab 116 - Keadilan Untuk Maya
117
Bab 117 - Pengaruh Ayunda
118
Bab 118 - Darren Koma
119
Bab 119 - Deja Vu
120
Bab 120 - Menggelikan Namun Romantis
121
Bab 121 - Keseharian Ayunda
122
Bab 122 - Mark dan Uang + Visual
123
Bab 123 - Susu Kehamilan Hanya Untuk Bumil?
124
Bab 124 - Menikah Bulan Depan?
125
Bab 125 - Pendarahan Lagi?
126
Bab 126 - Ayunda Keguguran
127
Bab 127 - Kepulangan Arvin
128
Bab 128 - Sakitnya Kehilangan
129
Bab 129 - Melisa dan Arvin
130
Bab 130 - Modus Naren
131
Bab 131 - Wanita Spesial
132
Bab 132 - Bukti dari Narendra
133
Bab 133 - Kebahagiaan Ayunda
134
Bab 134 - Kesedihan Arvino
135
Bab 135 - Menang Modal Ngancam!
136
Bab 136 - Buka Puasa
137
Bab 137 - Tetap Disini, Bersamaku!
138
Bab 138 - Memetik Stroberi
139
Bab 139 - Cheese Cake
140
Bab 140 - Mabuk Perjalanan
141
Bab 141 - Cerita Arga
142
Bab 142 - Rencana Honeymoon
143
Bab 143 - R.I.P Trisa
144
Bab 144 - Hadiah untuk Ayunda
145
Bab 145 - Bermain Salju
146
Bab 146 - Menjenguk Darren
147
Bab 147 - Keadaan Darren
148
Bab 148 - Ngidam Seblak di Amerika
149
Bab 149 - Finally..
150
Bab 150 - Benang Takdir
151
Bab 151 - Hukuman dari Melisa
152
Bab 152 - Ngidam Ayunda
153
Bab 153 - Takdir Ayunda & Naren
154
Bab 154 - Pulang
155
Bab 155 - Cerita Melisa dan Arvin
156
Bab 156 - Masih Ngidam Seblak
157
Bab 157 - Nurutin Ngidam Bumil
158
Bab 158 - Masih Ngidam
159
Bab 159 - Kelakuan Melisa
160
Bab 160 - Ngidam Lagi
161
Bab 161 - Baby Twins
162
Bab 162 - Permintaan Ayunda
163
Bab 163 - Rahasia Arvin
164
Bab 164 - Gara-gara Kaos Kaki
165
Bab 165 - Video Call with Darren
166
Bab 166 - Gara-gara Tupperware
167
Bab 167 - Bertemu Safira
168
Bab 168 - Periksa Kehamilan
169
Bab 169 - Mimpi Indah
170
Bab 170 - Keinginan Ayunda
171
Bab 171 - Ayunda & Laura
172
Bab 172 - Terciduk Mark
173
Bab 173 - Sama-sama Berteman
174
Bab 174 - Ritual yang Terganggu
175
Bab 175 - Talk Before Sleep
176
Bab 176 - Masalah Perusahaan
177
Bab 177 - Kekesalan Naren
178
Bab 178 - Buaya Darat
179
Bab 179 - Alergi Buah Persik
180
Bab 180 - Perawat Hantu?
181
Bab 181 - Bukan Hantu
182
Bab 182 - Ketahuan
183
Bab 183 - Rujak Tomat?
184
Bab 184 - Keberuntungan Ayunda
185
Bab 185 - Bertemu Adam
186
Bab 186 - Rasa Sakit Adam
187
Bab 187 - Gara-gara Mochi
188
Bab 188 - Rosalina & James
189
Bab 189 - Kebaikan Naren
190
Bab 190 - Keputusan Adam
191
Bab 191 - Ayah dan Anak
192
Bab 192 - Kedatangan Darren
193
Bab 193 - Maya Hamil
194
Bab 194 - Kekesalan Naren!
195
Bab 195 - Backingan Rosalina
196
Bab 196 - Nenek Lampir
197
Bab 197 - Bermain Catur
198
Bab 198 - Ulah Geng Gabut
199
Bab 199 - Kegugupan Narendra
200
Bab 200 - Haneen & Hania
201
Bab 201 - Dua Anak Lebih Baik
202
Bab 202 - Menyambut Ayunda
203
Bab 203 - Kedatangan Maya
204
Bab 204 - Obrolan Para Pria
205
Bab 205 - Pertemuan
206
Bab 206 - Kelegaan Ayunda
207
Bab 207 - Baby Hania Rindu Papa
208
Bab 208 - Malu-malu Kucing
209
Bab 209 - Hukuman Untuk Anton
210
Bab 210 - Demam Pekerjaan
211
Bab 211 - Piknik Keluarga
212
Bab 212 - Kepedulian Ayunda
213
Bab 213 - Kenangan Ayunda
214
Bab 214 - Ikhlas, Tapi Aku Rindu.
215
Bab 216 - The Final Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!