Bab 12 - Safira & Ayunda

Naren pun menghentikan laju kendaraan nya di sebuah kost-kostan yang nampak ramai. Dia mengernyitkan kening nya saat melihat ada beberapa laki-laki dan perempuan yang bebas keluar masuk ruangan, dari situ saja Naren tahu kalau ini adalah kost an campuran. 

"Mau mampir dulu?" Tanya Ayunda. 

"Hmmm, kemasi barang-barang mu. Besok aku akan menjemput mu." Ucap Naren dengan wajah datar nya. Berbeda sekali dengan Ayunda yang terlihat terkejut. 

"Maksud anda?"

"Kemasi barang-barang mu, apa itu kurang jelas?" 

"Tapi untuk apa?" Tanya Ayunda lirih. 

"Ikut dengan ku, kau tak boleh tinggal di tempat bebas seperti ini." Jawab Naren membuat Ayunda terhenyak. Memang nya apa yang salah dengan kost an campur seperti ini?

"Memang nya kenapa?"

"Bisa gak banyak tanya?" Tanya Narendra, dia menatap tajam sang gadis yang masih berdiri di depan nya dengan memilin pakaian yang dia kenakan, mungkin karena gugup.

"Hmm, baiklah. Tapi ikut kemana?"

"Tinggal di apartemen ku, disana fasilitas nya lebih lengkap. Aku akan datang mengunjungi mu setiap hari." Jelas Narendra, membuat Ayunda tersentak kaget. Apartemen? Yang benar saja. 

"Tapi.."

"Jangan membantah, nurut sama calon suami. Apa susah nya sih?" Tegas Naren, gadis di depan nya terlalu banyak bicara. Tapi, lucu juga saat melihat bagaimana ekspresi gadis itu saat dia berbicara tegas. Terlihat seperti ketakutan dan itu terlihat sangat menggemaskan bagi Naren. 

"Baiklah."

"Good girl." Ucap Naren sambil menepuk-nepuk puncak kepala sang gadis dengan lembut. Lagi-lagi, itu membuat Ayunda membeku seketika. Bahkan wajah nya memerah karena malu. Perlakuan pria ini begitu manis, tapi apakah ini wajar? Dia takut kalau dia terlalu bawa perasaan tapi ternyata Naren melakukan ini hanya semata-mata karena dia merasa bersalah saja. Ayunda tidak menginginkan itu, sebisa mungkin dia tidak boleh jatuh cinta pada sikap manis Naren. 

"Mau mampir dulu?"

"Tidak perlu, besok aku akan menjemput mu pagi-pagi. Sekitar jam sembilan, jangan pergi bekerja." Ucap Narendra, Ayunda menganggukan kepala nya. 

"Punya uang untuk makan malam?"

"A-ada kok." Jawab Ayunda gugup, tapi Naren merogoh saku celana nya dan mengambil beberapa lembar uang dari dompet nya.

"Ini untuk mu, beli makanan yang sehat dan bergizi. Tubuh mu terlalu kurus."

"Tapi.."

"Ambillah, jangan memancing kemarahan ku, Ayu. Aku sangat menakutkan kalau sedang marah." Tegas Naren, akhirnya mau tak mau pun Ayunda menerima uang yang di ulurkan oleh Naren dan melipat nya, lalu menyimpan nya ke dalam saku. 

"Aku pergi dulu, jangan lupa besok."

"Iya, Naren." Ayunda berdiri di samping mobil, bahkan hingga Narendra masuk ke dalam mobil nya. Dia melambaikan tangan ke arah mobil Naren yang perlahan mulai melaju dan menjauh dari posisi dia berdiri saat ini. 

Ayunda berbalik, dia menahan rasa sakit di area bawah nya, hingga membuat nya hanya mampu berjalan dengan perlahan. Beberapa kali, Ayunda meringis. Rasa sakit dan perih di bagian sensitif nya terasa sangat menyiksa nya, hingga dia tidak bisa bergerak dengan bebas. 

"Uhhh, sakit sekali.." Gumam Ayunda sambil berjalan dengan perlahan. Dia bersiap membuka pintu kost an nya, tapi dia melihat ada sepatu yang nampak asing. Jadi, Ayunda pikir kalau Fira sedang kedatangan tamu. Dia pun memilih menunggu di luar, karena takut mengganggu. 

Di seberang kost an, Danu juga baru saja keluar dari kost an miliknya, sudah biasa kalau pria itu sering nongkrong di teras sambil bermain gitar. Dia tersenyum saat melihat ada Ayunda yang duduk sendirian di luar.

"Hai, Ayu.."

"E-eemm, hai.." Jawab Ayunda dengan senyum canggung yang terlihat sangat di paksakan. 

"Kesini main.."

"Kapan-kapan aja, kak." Jawab Ayunda. Jujur saja, dia merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Dia tidak suka saat Danu menatap nya seperti itu, tapi dia tidak masalah saat Naren yang menatap nya seperti itu. Aneh bukan?

"Ayo sini, mumpung sepi.." ajak Danu memaksa, dia malah bersiap untuk mendekat ke arah nya. Tapi, untung saja seseorang dengan pakaian rapih keluar dari kost an Fira dan gadis itu juga keluar untuk mengantarkan sang tamu. 

"Terimakasih ya, Om."

"Sama-sama, baby." Jawab pria itu, dia mengecup kening Fira dan pergi dari kost an gadis itu. 

"Fir, itu siapa?" Tanya Ayunda, membuat Fira yang sedari tadi belum menyadari kehadiran sahabat nya itu terkejut bukan main.

"Lho, sejak kapan kamu disini, Yu?"

"Setengah jam yang lalu, lama amat main nya." Celetuk Ayunda membuat wajah Fira memerah karena malu. 

"Yaudah, yuk masuk ada yang mau aku bicarakan." Ajak Fira, dia pun menarik tangan Ayunda membawa nya ke dalam kost an. 

"Huuhhh, untung aja Om-om itu keluar. Kalau enggak, aku takut sama Danu."

"Maafin aku ya, harus nya aku gak nerima tamu di kost an. Besok-besok, aku gak bakalan gini lagi kok, janji." Ucap Safira sambil menggenggam tangan Ayunda dengan erat.

"Gapapa, kok."

"Ayu.." Panggil Safira, dia menatap Ayunda dengan tatapan sendu. 

"Hmm, kenapa?"

"Aku mau minta maaf untuk hari itu, aku pengen ngasih tahu kamu, tapi aku di ancam sama pak Roy." 

"Gapapa kok, Fir. Ini bukan sepenuh nya kesalahan kamu, tapi aku bener-bener gak nyangka ternyata kamu.."

"Iya, aku pegawai restoran yang nyambi jadi wanita panggilan, Yu." Jawab Safira yang membuat Ayunda menatap lekat gadis di depan nya. Gadis yang dia anggap sangat baik, ternyata dia memiliki sisi kelam juga. Tapi, itu bukanlah masalah bagi Ayunda. 

Berteman itu bukanlah tentang kekurangan dan kelebihan bukan? Tapi bisa saling melengkapi satu sama lain, sama seperti pasangan yang harus saling melengkapi satu sama lain. 

"Kenapa kamu memilih pekerjaan sampingan itu, Fir?"

"Karena di tuntut oleh kebutuhan, gaji ku tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Belum lagi untuk menunjang kehidupan di kota besar yang serba harus beli, lagi pula saat aku merantau ke kota ini, aku sudah tidak virgin lagi. Jadi aku pikir kenapa tidak, selama bermain sehat." Jelas Fira, membuat Ayunda menganggukan kepala nya. 

"Aku ngerti kok."

"Kamu gak marah, Yu? Aku ikut andil dalam hal itu, apa pria itu berhasil mendapatkan sesuatu dari mu?" Tanya Safira lirih. 

"Hmmm ya, dia berhasil mendapatkan nya, Fir. Kamu lihatkan bagaimana cara aku berjalan? Atau kamu malah tidak menyadari nya?" Tanya Ayunda, Safira menggeleng sambil tersenyum kecil. Dia juga menggaruk tengkuk nya yang tak gatal sama sekali. 

"Jadi, sekarang kamu sudah tidak perawaan lagi?" Ayunda menganggukan kepala nya pelan, membuat Safira kembali di rundung rasa bersalah pada Ayunda. 

"Hmm, tapi tidak apa-apa kok. Jangan merasa bersalah sama aku ya."

"Tapi Ayu.."

"Sudah, jangan di bahas lagi. Besok aku pindahan."

"Kok pindahan sih? Jangan gitu dong, Yu. Baru aja kita sama-sama disini, masa kamu udah mau pindah aja sih?" Tanya Safira. 

"Aku di suruh sama Narendra."

"Naren? Siapa itu?" 

"Pria yang sudah merenggut kesucian ku, Fir." Jawab Ayunda.

"Nama nya terdengar tidak asing, aku seperti pernah mendengar nya, tapi entah dimana." 

"Hmm, dia akan mempertanggung jawabkan perbuatan nya, Fir. Jadi besok, aku di minta untuk membereskan barang-barang ku dan dia akan menjemput mu besok pagi-pagi." 

"Hmmm, Ayu.."

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Ucap Ayunda, dia mengulas senyum kecil di sudut bibir nya. 

"Tapi, menikah dengan orang asing? Bahkan kamu hanya baru bertemu dengan nya sekali, Ayu. Apa kamu yakin?"

"Sebenarnya tidak, tapi aku harus bagaimana lagi? Ini adalah jalan yang terbaik, bukan?" Tanya Ayunda. Fira menganggukan kepala nya pelan. 

Safira pun memeluk Ayunda dengan erat, dia meneteskan air mata nya. Mereka memang baru bertemu beberapa hari saja, tapi rasa persahabatan mereka benar-benar terjalin dengan kuat. 

"Aku doakan, semoga kamu bahagia selalu, Ayu. Maafkan aku.."

......

🌻🌻🌻🌻

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Semoga tidak ada gangguwan

2023-07-17

1

Uneh Wee

Uneh Wee

semoga ayu bahagia g

2023-05-13

1

nuna jimin🧸🧸

nuna jimin🧸🧸

smoga smua brjln lancar ya yu....pnjut

2023-05-13

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Ayunda Maishika
2 Bab 2 - Hari Pertama
3 Bab 3 - Terlalu Penasaran
4 Bab 4 - Target Baru
5 Bab 5 - Narendra & Trisa
6 Bab 6 - Rencana
7 Bab 7 - Obat Perangsaang
8 Bab 8 - Malam Kelam
9 Bab 9 - Bertanggung Jawab
10 Bab 10 - Percobaan Bunuh Diri
11 Bab 11 - Nurut Sama Calon Suami!
12 Bab 12 - Safira & Ayunda
13 Bab 13 - Kedatangan Naren
14 Bab 14 - Apartemen
15 Bab 15 - Memulai Hidup Baru
16 Bab 16 - Tidur Bersama
17 Bab 17 - Kegiatan Pagi Hari
18 Bab 18 - Simulasi Menjadi Istri
19 Bab 19 - Pasar Modern
20 Bab 20 - Belanja Bulanan
21 Bab 21 - Ciuman Naren
22 Bab 22 - Memasak Bekal
23 Bab 23 - Kegiatan Naren
24 Bab 24 - Keputusan Naren
25 Bab 25 - Bertemu Camer?
26 Bab 26 - Restu dari Arvin
27 Bab 27 - Berbeda Level
28 Bab 28 - Memasak Bersama
29 Bab 29 - Makan Malam Bersama
30 Bab 30 - Sarapan Bersama
31 Bab 31 - Gadis Terakhir?
32 Bab 32 - Nasehat Melisa
33 Bab 33 - Mencari Cincin
34 Bab 34 - Our Wedding
35 Bab 35 - Mendadak Sempit?
36 Bab 36 - Apa itu Cinta?
37 Bab 37 - Sebuah Kesalahan
38 Bab 38 - Mau Mencoba nya Dalam Keadaan Sadar?
39 Bab 39 - Kegiatan Kesukaan Naren
40 Bab 40 - Pengantin Baru
41 Bab 41 - Mabuk Perjalanan
42 Bab 42 - Belanja Bulanan
43 Bab 43 - Masakan Ayunda
44 Bab 44 - Suasana Rumah
45 Bab 45 - Permintaan Narendra
46 Bab 46 - Menunda atau Langsung Saja?
47 Bab 47 - Mood Baik Naren
48 Bab 48 - Keakraban Mertua dan Menantu
49 Bab 49 - Belanja Bersama Mamer
50 Bab 50 - Ayunda dan Naren
51 Bab 51 - Jadilah Rumahku
52 Bab 52 - Healing Terbaik
53 Bab 53 - Susu
54 Bab 54 - Kebiasaan Baru
55 Bab 55 - Suka Sama Suka?
56 Bab 56 - Mawar Biru
57 Bab 57 - Perasaan yang Sama
58 Bab 58 - Ancaman Arvin
59 Bab 59 - Bebas Tugas
60 Bab 60 - Naren Gagal?
61 Bab 61 - Menimang Cucu
62 Bab 62 - Taman Bunga
63 Bab 63 - Harus Percaya Diri
64 Bab 64 - Pasangan Serasi
65 Bab 65 - Nasib Jomblo
66 Bab 66 - Modus Naren
67 Bab 67 - Tak Sopan?
68 Bab 68 - Ghibahin Atasan Sendiri
69 Bab 69 - Membeli Ponsel
70 Bab 70 - Pilih Kasih
71 Bab 71 - Turun Temurun
72 Bab 72 - Drama Pagi Hari
73 Bab 73 - Membuat Kue
74 Bab 74 - Kasih Sayang Seorang Ibu
75 Bab 75 - Masuk Angin?
76 Bab 76 - Ayu Berubah?
77 Bab 77 - Perubahan Ayunda
78 Bab 78 - Dua Garis Merah
79 Bab 79 - Kebahagiaan Naren
80 Bab 80 - Panci Pink Keramat
81 Bab 81 - Bertemu Trisa
82 Bab 82 - Pertanyaan Keramat
83 Bab 83 - Kejutan yang Mengharukan
84 Bab 84 - Saling Memperjuangkan
85 Bab 85 - Morning Sickness
86 Bab 86 - Perubahan Narendra
87 Bab 87 - Mami Mertua
88 Bab 88 - Keraguan Ayunda
89 Bab 89 - Pendarahan
90 Bab 90 - Kasih Sayang Melisa
91 Bab 91 - Main yang Lain
92 Bab 92 - Tugas Rahasia
93 Bab 93 - Pasangan Bucin
94 Bab 94 - Mengidam
95 Bab 95 - Naren Cemburu
96 Bab 96 - Kedatangan Trisa
97 Bab 97 - Ngidam yang Sama
98 Bab 98 - Mau Tas?
99 Bab 99 - Menyenangkan Istri
100 Bab 100 - Pro Player
101 Bab 101 - Narendra Manja
102 Bab 102 - Kejutan?
103 Bab 103 - Retaknya Kepercayaan
104 Bab 104 - Mencoba Percaya
105 Bab 105 - Kecurigaan Dokter
106 Bab 106 - Taman Bunga
107 Bab 107 - Mark Berbohong?
108 Bab 108 - Mark dan Maya
109 Bab 109 - Awal Kehancuran
110 Bab 110 - Wanita Beruntung?
111 Bab 111 - Saling Percaya
112 Bab 112 - Nasehat Ayunda
113 Bab 113 - Mati Rasa
114 Bab 114 - Pesta
115 Bab 115 - Gadis Kampung?
116 Bab 116 - Keadilan Untuk Maya
117 Bab 117 - Pengaruh Ayunda
118 Bab 118 - Darren Koma
119 Bab 119 - Deja Vu
120 Bab 120 - Menggelikan Namun Romantis
121 Bab 121 - Keseharian Ayunda
122 Bab 122 - Mark dan Uang + Visual
123 Bab 123 - Susu Kehamilan Hanya Untuk Bumil?
124 Bab 124 - Menikah Bulan Depan?
125 Bab 125 - Pendarahan Lagi?
126 Bab 126 - Ayunda Keguguran
127 Bab 127 - Kepulangan Arvin
128 Bab 128 - Sakitnya Kehilangan
129 Bab 129 - Melisa dan Arvin
130 Bab 130 - Modus Naren
131 Bab 131 - Wanita Spesial
132 Bab 132 - Bukti dari Narendra
133 Bab 133 - Kebahagiaan Ayunda
134 Bab 134 - Kesedihan Arvino
135 Bab 135 - Menang Modal Ngancam!
136 Bab 136 - Buka Puasa
137 Bab 137 - Tetap Disini, Bersamaku!
138 Bab 138 - Memetik Stroberi
139 Bab 139 - Cheese Cake
140 Bab 140 - Mabuk Perjalanan
141 Bab 141 - Cerita Arga
142 Bab 142 - Rencana Honeymoon
143 Bab 143 - R.I.P Trisa
144 Bab 144 - Hadiah untuk Ayunda
145 Bab 145 - Bermain Salju
146 Bab 146 - Menjenguk Darren
147 Bab 147 - Keadaan Darren
148 Bab 148 - Ngidam Seblak di Amerika
149 Bab 149 - Finally..
150 Bab 150 - Benang Takdir
151 Bab 151 - Hukuman dari Melisa
152 Bab 152 - Ngidam Ayunda
153 Bab 153 - Takdir Ayunda & Naren
154 Bab 154 - Pulang
155 Bab 155 - Cerita Melisa dan Arvin
156 Bab 156 - Masih Ngidam Seblak
157 Bab 157 - Nurutin Ngidam Bumil
158 Bab 158 - Masih Ngidam
159 Bab 159 - Kelakuan Melisa
160 Bab 160 - Ngidam Lagi
161 Bab 161 - Baby Twins
162 Bab 162 - Permintaan Ayunda
163 Bab 163 - Rahasia Arvin
164 Bab 164 - Gara-gara Kaos Kaki
165 Bab 165 - Video Call with Darren
166 Bab 166 - Gara-gara Tupperware
167 Bab 167 - Bertemu Safira
168 Bab 168 - Periksa Kehamilan
169 Bab 169 - Mimpi Indah
170 Bab 170 - Keinginan Ayunda
171 Bab 171 - Ayunda & Laura
172 Bab 172 - Terciduk Mark
173 Bab 173 - Sama-sama Berteman
174 Bab 174 - Ritual yang Terganggu
175 Bab 175 - Talk Before Sleep
176 Bab 176 - Masalah Perusahaan
177 Bab 177 - Kekesalan Naren
178 Bab 178 - Buaya Darat
179 Bab 179 - Alergi Buah Persik
180 Bab 180 - Perawat Hantu?
181 Bab 181 - Bukan Hantu
182 Bab 182 - Ketahuan
183 Bab 183 - Rujak Tomat?
184 Bab 184 - Keberuntungan Ayunda
185 Bab 185 - Bertemu Adam
186 Bab 186 - Rasa Sakit Adam
187 Bab 187 - Gara-gara Mochi
188 Bab 188 - Rosalina & James
189 Bab 189 - Kebaikan Naren
190 Bab 190 - Keputusan Adam
191 Bab 191 - Ayah dan Anak
192 Bab 192 - Kedatangan Darren
193 Bab 193 - Maya Hamil
194 Bab 194 - Kekesalan Naren!
195 Bab 195 - Backingan Rosalina
196 Bab 196 - Nenek Lampir
197 Bab 197 - Bermain Catur
198 Bab 198 - Ulah Geng Gabut
199 Bab 199 - Kegugupan Narendra
200 Bab 200 - Haneen & Hania
201 Bab 201 - Dua Anak Lebih Baik
202 Bab 202 - Menyambut Ayunda
203 Bab 203 - Kedatangan Maya
204 Bab 204 - Obrolan Para Pria
205 Bab 205 - Pertemuan
206 Bab 206 - Kelegaan Ayunda
207 Bab 207 - Baby Hania Rindu Papa
208 Bab 208 - Malu-malu Kucing
209 Bab 209 - Hukuman Untuk Anton
210 Bab 210 - Demam Pekerjaan
211 Bab 211 - Piknik Keluarga
212 Bab 212 - Kepedulian Ayunda
213 Bab 213 - Kenangan Ayunda
214 Bab 214 - Ikhlas, Tapi Aku Rindu.
215 Bab 216 - The Final Ending
Episodes

Updated 215 Episodes

1
Bab 1 - Ayunda Maishika
2
Bab 2 - Hari Pertama
3
Bab 3 - Terlalu Penasaran
4
Bab 4 - Target Baru
5
Bab 5 - Narendra & Trisa
6
Bab 6 - Rencana
7
Bab 7 - Obat Perangsaang
8
Bab 8 - Malam Kelam
9
Bab 9 - Bertanggung Jawab
10
Bab 10 - Percobaan Bunuh Diri
11
Bab 11 - Nurut Sama Calon Suami!
12
Bab 12 - Safira & Ayunda
13
Bab 13 - Kedatangan Naren
14
Bab 14 - Apartemen
15
Bab 15 - Memulai Hidup Baru
16
Bab 16 - Tidur Bersama
17
Bab 17 - Kegiatan Pagi Hari
18
Bab 18 - Simulasi Menjadi Istri
19
Bab 19 - Pasar Modern
20
Bab 20 - Belanja Bulanan
21
Bab 21 - Ciuman Naren
22
Bab 22 - Memasak Bekal
23
Bab 23 - Kegiatan Naren
24
Bab 24 - Keputusan Naren
25
Bab 25 - Bertemu Camer?
26
Bab 26 - Restu dari Arvin
27
Bab 27 - Berbeda Level
28
Bab 28 - Memasak Bersama
29
Bab 29 - Makan Malam Bersama
30
Bab 30 - Sarapan Bersama
31
Bab 31 - Gadis Terakhir?
32
Bab 32 - Nasehat Melisa
33
Bab 33 - Mencari Cincin
34
Bab 34 - Our Wedding
35
Bab 35 - Mendadak Sempit?
36
Bab 36 - Apa itu Cinta?
37
Bab 37 - Sebuah Kesalahan
38
Bab 38 - Mau Mencoba nya Dalam Keadaan Sadar?
39
Bab 39 - Kegiatan Kesukaan Naren
40
Bab 40 - Pengantin Baru
41
Bab 41 - Mabuk Perjalanan
42
Bab 42 - Belanja Bulanan
43
Bab 43 - Masakan Ayunda
44
Bab 44 - Suasana Rumah
45
Bab 45 - Permintaan Narendra
46
Bab 46 - Menunda atau Langsung Saja?
47
Bab 47 - Mood Baik Naren
48
Bab 48 - Keakraban Mertua dan Menantu
49
Bab 49 - Belanja Bersama Mamer
50
Bab 50 - Ayunda dan Naren
51
Bab 51 - Jadilah Rumahku
52
Bab 52 - Healing Terbaik
53
Bab 53 - Susu
54
Bab 54 - Kebiasaan Baru
55
Bab 55 - Suka Sama Suka?
56
Bab 56 - Mawar Biru
57
Bab 57 - Perasaan yang Sama
58
Bab 58 - Ancaman Arvin
59
Bab 59 - Bebas Tugas
60
Bab 60 - Naren Gagal?
61
Bab 61 - Menimang Cucu
62
Bab 62 - Taman Bunga
63
Bab 63 - Harus Percaya Diri
64
Bab 64 - Pasangan Serasi
65
Bab 65 - Nasib Jomblo
66
Bab 66 - Modus Naren
67
Bab 67 - Tak Sopan?
68
Bab 68 - Ghibahin Atasan Sendiri
69
Bab 69 - Membeli Ponsel
70
Bab 70 - Pilih Kasih
71
Bab 71 - Turun Temurun
72
Bab 72 - Drama Pagi Hari
73
Bab 73 - Membuat Kue
74
Bab 74 - Kasih Sayang Seorang Ibu
75
Bab 75 - Masuk Angin?
76
Bab 76 - Ayu Berubah?
77
Bab 77 - Perubahan Ayunda
78
Bab 78 - Dua Garis Merah
79
Bab 79 - Kebahagiaan Naren
80
Bab 80 - Panci Pink Keramat
81
Bab 81 - Bertemu Trisa
82
Bab 82 - Pertanyaan Keramat
83
Bab 83 - Kejutan yang Mengharukan
84
Bab 84 - Saling Memperjuangkan
85
Bab 85 - Morning Sickness
86
Bab 86 - Perubahan Narendra
87
Bab 87 - Mami Mertua
88
Bab 88 - Keraguan Ayunda
89
Bab 89 - Pendarahan
90
Bab 90 - Kasih Sayang Melisa
91
Bab 91 - Main yang Lain
92
Bab 92 - Tugas Rahasia
93
Bab 93 - Pasangan Bucin
94
Bab 94 - Mengidam
95
Bab 95 - Naren Cemburu
96
Bab 96 - Kedatangan Trisa
97
Bab 97 - Ngidam yang Sama
98
Bab 98 - Mau Tas?
99
Bab 99 - Menyenangkan Istri
100
Bab 100 - Pro Player
101
Bab 101 - Narendra Manja
102
Bab 102 - Kejutan?
103
Bab 103 - Retaknya Kepercayaan
104
Bab 104 - Mencoba Percaya
105
Bab 105 - Kecurigaan Dokter
106
Bab 106 - Taman Bunga
107
Bab 107 - Mark Berbohong?
108
Bab 108 - Mark dan Maya
109
Bab 109 - Awal Kehancuran
110
Bab 110 - Wanita Beruntung?
111
Bab 111 - Saling Percaya
112
Bab 112 - Nasehat Ayunda
113
Bab 113 - Mati Rasa
114
Bab 114 - Pesta
115
Bab 115 - Gadis Kampung?
116
Bab 116 - Keadilan Untuk Maya
117
Bab 117 - Pengaruh Ayunda
118
Bab 118 - Darren Koma
119
Bab 119 - Deja Vu
120
Bab 120 - Menggelikan Namun Romantis
121
Bab 121 - Keseharian Ayunda
122
Bab 122 - Mark dan Uang + Visual
123
Bab 123 - Susu Kehamilan Hanya Untuk Bumil?
124
Bab 124 - Menikah Bulan Depan?
125
Bab 125 - Pendarahan Lagi?
126
Bab 126 - Ayunda Keguguran
127
Bab 127 - Kepulangan Arvin
128
Bab 128 - Sakitnya Kehilangan
129
Bab 129 - Melisa dan Arvin
130
Bab 130 - Modus Naren
131
Bab 131 - Wanita Spesial
132
Bab 132 - Bukti dari Narendra
133
Bab 133 - Kebahagiaan Ayunda
134
Bab 134 - Kesedihan Arvino
135
Bab 135 - Menang Modal Ngancam!
136
Bab 136 - Buka Puasa
137
Bab 137 - Tetap Disini, Bersamaku!
138
Bab 138 - Memetik Stroberi
139
Bab 139 - Cheese Cake
140
Bab 140 - Mabuk Perjalanan
141
Bab 141 - Cerita Arga
142
Bab 142 - Rencana Honeymoon
143
Bab 143 - R.I.P Trisa
144
Bab 144 - Hadiah untuk Ayunda
145
Bab 145 - Bermain Salju
146
Bab 146 - Menjenguk Darren
147
Bab 147 - Keadaan Darren
148
Bab 148 - Ngidam Seblak di Amerika
149
Bab 149 - Finally..
150
Bab 150 - Benang Takdir
151
Bab 151 - Hukuman dari Melisa
152
Bab 152 - Ngidam Ayunda
153
Bab 153 - Takdir Ayunda & Naren
154
Bab 154 - Pulang
155
Bab 155 - Cerita Melisa dan Arvin
156
Bab 156 - Masih Ngidam Seblak
157
Bab 157 - Nurutin Ngidam Bumil
158
Bab 158 - Masih Ngidam
159
Bab 159 - Kelakuan Melisa
160
Bab 160 - Ngidam Lagi
161
Bab 161 - Baby Twins
162
Bab 162 - Permintaan Ayunda
163
Bab 163 - Rahasia Arvin
164
Bab 164 - Gara-gara Kaos Kaki
165
Bab 165 - Video Call with Darren
166
Bab 166 - Gara-gara Tupperware
167
Bab 167 - Bertemu Safira
168
Bab 168 - Periksa Kehamilan
169
Bab 169 - Mimpi Indah
170
Bab 170 - Keinginan Ayunda
171
Bab 171 - Ayunda & Laura
172
Bab 172 - Terciduk Mark
173
Bab 173 - Sama-sama Berteman
174
Bab 174 - Ritual yang Terganggu
175
Bab 175 - Talk Before Sleep
176
Bab 176 - Masalah Perusahaan
177
Bab 177 - Kekesalan Naren
178
Bab 178 - Buaya Darat
179
Bab 179 - Alergi Buah Persik
180
Bab 180 - Perawat Hantu?
181
Bab 181 - Bukan Hantu
182
Bab 182 - Ketahuan
183
Bab 183 - Rujak Tomat?
184
Bab 184 - Keberuntungan Ayunda
185
Bab 185 - Bertemu Adam
186
Bab 186 - Rasa Sakit Adam
187
Bab 187 - Gara-gara Mochi
188
Bab 188 - Rosalina & James
189
Bab 189 - Kebaikan Naren
190
Bab 190 - Keputusan Adam
191
Bab 191 - Ayah dan Anak
192
Bab 192 - Kedatangan Darren
193
Bab 193 - Maya Hamil
194
Bab 194 - Kekesalan Naren!
195
Bab 195 - Backingan Rosalina
196
Bab 196 - Nenek Lampir
197
Bab 197 - Bermain Catur
198
Bab 198 - Ulah Geng Gabut
199
Bab 199 - Kegugupan Narendra
200
Bab 200 - Haneen & Hania
201
Bab 201 - Dua Anak Lebih Baik
202
Bab 202 - Menyambut Ayunda
203
Bab 203 - Kedatangan Maya
204
Bab 204 - Obrolan Para Pria
205
Bab 205 - Pertemuan
206
Bab 206 - Kelegaan Ayunda
207
Bab 207 - Baby Hania Rindu Papa
208
Bab 208 - Malu-malu Kucing
209
Bab 209 - Hukuman Untuk Anton
210
Bab 210 - Demam Pekerjaan
211
Bab 211 - Piknik Keluarga
212
Bab 212 - Kepedulian Ayunda
213
Bab 213 - Kenangan Ayunda
214
Bab 214 - Ikhlas, Tapi Aku Rindu.
215
Bab 216 - The Final Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!