Satu jam kemudian, Mark datang ke kamar hotel yang sudah Naren beri tahu lokasi nya. Wajah pria itu terlihat sangat kusut seperti jemuran, jelas terlihat kalau dia tengah kesal.
"Ada apa dengan wajah mu itu, Mark?" Tanya Naren begitu pria itu sudah meletakkan sebuah kantong kresek di atas meja.
"Kesel.."
"Dih, kesel kenapa emang nya?" Tanya Naren lagi, seolah tanpa berdosa sedikit pun.
"Gak usah pura-pura gak tahu ya, pagi-pagi udah nelpon minta beliin celana dalaam cewek, emang Tuan disini sama siapa sih?"
"Tuh, cewek nya di dalem. Lagi mandi." Naren menunjuk pintu kamar mandi yang masih tertutup dengan dagu nya.
"What? Jadi anda bermalam dengan seorang gadis, Tuan?" Tanya Mark, wajah nya menunjukkan ke tidak percayaan yang kentara. Setahu nya, Naren kan belum berhasil move on dari mantan kekasih nya. Tapi, kenapa sekarang dia berani menghabiskan malam bersama gadis lain?
"Panjang cerita nya, Mark." Jawab Naren lirih membuat Mark terlihat mengernyitkan kening nya. Dia yakin, ada yang tidak beres dengan Naren.
"Baiklah, anda selesai kan dulu masalah anda. Baru setelah itu ke kantor, saya akan ke perusahaan sekarang."
"Ya, terimakasih Mark. Untuk mengatasi rasa malu mu, aku akan memberikan mu bonus bulan ini." Ucap Naren yang membuat wajah kusut Mark seketika berbinar cerah. Bahkan secerah mentari pagi ini.
"Terimakasih, Tuan. Anda sangat baik hati, dengan ini saya bersedia untuk melupakan rasa malu saya." Jawab Mark yang membuat Naren mendelik.
"Masalah duit aja cepet, sudah sana pergi."
"Baik, Tuan. Selamat pagi dan selamat bersenang-senang." Ucap Mark dengan jahil, membuat Naren bersiap untuk membuka sepatu yang dia kenakan. Tapi untunglah, Mark keburu pergi keluar dengan berlari terbirit-birit. Lumayan sakit juga kalau kena lemparan sepatu, iya kan?
Setelah kepergian Mark, Naren pun mengetuk pintu kamar mandi untuk memastikan kalau Ayunda baik-baik saja. Rasa nya sudah cukup lama gadis itu berada di dalam kamar mandi, kenapa mandi saja bisa selama ini?
"Ayu.." Panggil Naren lirih, tapi tak ada sahutan apapun dari dalam. Hening, benar-benar hening. Bahkan tidak terdengar suara gemericik air dari dalam. Jelas saja itu membuat Naren khawatir.
Dia mencoba membuka pintu, tapi sial pintu nya di kunci dari dalam. Naren menggedor-gedor pintu kamar mandi itu dan memanggil-manggil Ayunda, tapi percuma saja tidak ada jawaban sama sekali.
Akhirnya, Naren pun mendobrak pintu itu. Dia menendang-nendang nya beberapa kali, hingga akhirnya pintu itu kalah dengan kekuatan Naren. Pintu terbuka, Naren berlari masuk ke dalam kamar mandi dan mencari Ayunda.
"Ayu.."
Naren membuka bilik shower, tapi Ayunda tidak ada disana. Naren kembali mencari ke arah bath up, dia membulatkan mata nya saat melihat Ayunda menenggelamkan diri nya sendiri.
"Astaga, Ayu!" Naren panik, dia langsung menggendong Ayunda, tak peduli dengan pakaian nya yang basah. Dia berlari membawa gadis itu keluar dari kamar, tentu nya Naren sudah memakaikan bath robe di tubuh gadis kecil itu.
Naren langsung memasukkan Ayunda ke dalam mobil, tentu nya setelah dia menyerahkan kunci kamar dan meminta room service untuk membawakan barang-barang nya ke mobil. Setelah itu, Narendra mengemudikan kendaraan nya dengan kecepatan tinggi, dia benar-benar mengkhawatirkan keadaan gadis yang kini masih belum sadarkan diri itu.
"Ayunda boddoh! Kenapa kau melakukan hal senekat itu hah?" Gerutu Naren. Setelah sampai di rumah sakit terdekat, Naren pun langsung membawa Ayunda ke ruangan IGD. Gadis itu masih belum sadarkan diri juga.
"Sus, tolong dia."
"Ada apa, Tuan?" Tanya perawat itu, dengan sigap dia langsung membawakan brankar.
"Dia menenggelamkan diri di bath up, sus."
"Astaga, baiklah. Silahkan tunggu disini."
"Tapi, sus.."
"Tolong patuhi prosedur, Tuan. Ini keadaan darurat menyangkut nyawa pasien." Jelas perawat itu. Akhirnya, Naren pun membiarkan Perawat itu membawa Ayunda ke dalam ruangan. Begitu pintu nya tertutup, Naren duduk di kursi tunggu sambil mengusap wajah nya dengan kasar. Ini benar-benar jebakan yang menyulitkan bagi Naren.
Dia terjebak dengan gadis asing gara-gara si brengsekk Rudolf dan asisten nya itu. Ini benar-benar menyulitkan nya, kalau saja bukan karena sebuah rasa tanggung jawab pada gadis itu, dia takkan melakukan hal ini. Bahkan dia tidak akan peduli, tapi saat melihat wajah polos nya dia tidak tega. Apalagi, dia yang sudah merenggut kesucian gadis itu.
Drreet..
Ponsel Naren berbunyi, dia pun mengambil ponsel itu dari dalam saku jas nya dan membuka pesan yang membuat darah nya seolah mendidih begitu membaca pesan dari Rudolf.
'Bagaimana dengan hadiah aku berikan, Naren? Barang bagus bukan? Aku menyewa nya dengan mahal untuk melayani mu semalam. Apa kau puas? Senang hati jika kau puas dengan pelayanan nya, kau harus berterimakasih padaku, Naren.'
Narendra mengepalkan kedua tangan nya lalu menghapus pesan tak berguna dari Rudolf dan kembali memasukkan ponsel nya ke dalam saku.
"Rudolf brengseek, aku harap kau mati di terkam buaya! Sialan, gara-gara kau aku terjebak dengan gadis asing." Gerutu Naren.
Tak lama kemudian, perawat itu keluar sambil membawa brankar berisi Ayunda yang sudah di infus.
"Bagaimana keadaan nya, sus?"
"Pasien baik-baik saja, Tuan. Tidak perlu khawatir, tapi untuk saat ini dia belum sadarkan diri." Jelas perawat itu. Naren pun merasa lega, dia mengikuti langkah perawat itu ke ruangan perawatan.
"Saya bisa disini menunggui nya, sus?"
"Tentu saja, Tuan. Kalau begitu saya tinggal dulu, permisi." Naren menganggukan kepala nya, perawat itu pun pergi dari ruangan dengan membawa beberapa alat kesehatan di dalam sebuah nampan.
Narendra duduk di kursi yang tersedia di dekat brankar, dia menatap intens wajah pucat Ayunda.
"Gadis bodooh, kenapa kau bisa melakukan hal senekat itu? Padahal, aku sudah bersedia mempertanggung jawabkan perbuatan ku." Gumam Naren, dia tersenyum kecil sambil terus menatap wajah Ayunda yang terlihat tenang saat tertidur.
Tak lama berselang, gadis itu pun akhirnya terbangun. Dia terlihat mengedarkan pandangan nya ke segala penjuru ruangan, hingga tatapan mata nya tak sengaja bertemu dengan tatapan Naren yang tajam. Setajam mata elang pada mangsa nya. Menyadari tatapan pria itu, Ayunda pun memalingkan wajah nya ke samping.
"Kau sudah bangun?"
"Emmm.." Jawab Ayunda, masih enggan menatap pria tampan di depan nya.
"Kenapa?"
"Kenapa apanya, Tuan?" Tanya Ayunda, barulah dia berani menatap wajah Narendra.
"Kenapa kau berbuat senekat itu hmm? Kau bisa saja mati, Ayu."
"Aku menginginkan nya." Jawab Ayunda lirih, saking lirih nya nyaris tak terdengar. Tapi untung nya telinga Naren masih berfungsi dengan baik, jadi dia bisa mendengar nya dengan jelas.
"Kau terdengar putus asa, Ayu."
"Hmm.."
"Kau ingin bercerita padaku?"
"Tidak, kita hanya orang asing." Jawab Ayunda membuat Naren sedikit kehilangan kesabaran nya karena perkataan Ayunda. Mana ada orang asing yang bermalam bersama, iya kan?
"Ayuu.."
"Ada apa, Tuan? Kenapa anda tidak pergi dan membiarkan aku sendiri?" Tanya Ayunda membuat Naren terdiam.
"Bagaimana bisa aku meninggalkan mu sendiri? Aku sudah berjanji akan mempertanggung jawabkan perbuatan ku."
"Tidak perlu."
"Kenapa? Apa kau memberikan kehormatan mu itu secara cuma-cuma padaku?" Tanya Naren, membuat Ayunda mendongak dan menatap wajah pria itu dengan sendu.
.......
🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Yani
Harus sabar menghadapinya Naredra !
2023-07-17
1
Uneh Wee
knp nekad juga yu ..
2023-05-11
1