Ayunda masih bertahan dengan kediaman nya, gadis itu enggan menatap Naren yang sedari tadi menatap nya dengan intens. Tak lama kemudian, seorang perawat masuk ke dalam ruangan rawat gadis itu.
"Tuan, ini makan siang untuk pasien." Ucap perawat itu, Naren menerima nya dan setelah nya perawat itu keluar dari ruangan dengan membawa paket makanan untuk pasien lain nya.
Setelah kepergian perawat itu, Naren pun membujuk Ayunda untuk makan, dia yakin kalau Ayu sedang kelaparan saat ini.
"Ayu, makan dulu ya?" Ucap Naren, dia mendekat dan bersiap untuk menyuapi Ayunda.
"Tidak, aku belum lapar."
"Ayu, jangan merusak dirimu sendiri. Kau harus makan agar cepat sembuh, lalu pulang."
"Pulang ya? Tapi aku tak tahu harus pulang kemana. Aku tak punya tempat pulang." Jawab Ayunda lirih, dia tersenyum kecut.
"Ada aku. Jadikan aku alasan mu untuk pulang, Ayu."
"Jangan bersikap seolah peduli padaku, Tuan. Harusnya anda pergi dan biarkan aku sendiri." Ucap Ayunda sedikit ketus.
"Kalau aku membiarkan mu sendiri, aku khawatir kau akan melakukan upaya bunuh diri lagi seperti tadi pagi."
"Itu yang aku harapkan, untuk apa aku hidup? Aku tidak memiliki apapun lagi sekarang, bahkan kehormatan yang selama ini aku jaga pun turut raib." Jawab Ayunda, dia menatap Naren sekilas dengan senyum getir nya.
"Ayu, aku akan bertanggung jawab untuk itu. Hal itu juga berada di luar kendali ku, aku di jebak."
"Kalau begitu, tidak perlu mengatakan kalau anda akan bertanggung jawab. Ini bukan kesalahan mu, bukan?" Tanya Ayunda.
'Astaga, kenapa sangat sulit sekali meluluhkan hati gadis ini?' Batin Naren, dia cukup merasa kewalahan juga untuk membujuk gadis keras kepala ini.
"Baiklah, aku bersalah penuh tentang hal ini dan keputusan ku sudah jelas bukan? Aku akan mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku perbuat padamu, Ayu."
Ayunda menatap tak percaya ke arah Naren, apakah pria ini serius dengan perkataan nya? Bagaimana kalau dia hanya bermain-main? Dia tidak ingin kecewa karena terlalu percaya pada makhluk bernama laki-laki.
"Jika kamu tidak percaya pada laki-laki, maka kamu bisa percaya padaku, Ayu."
"Baiklah, aku pegang kata-kata mu." Lirih Ayunda, akhirnya dia luluh juga. Meskipun hati nya masih menolak untuk percaya dengan apa yang di katakan oleh Naren.
"Sekarang, kamu makan dulu ya?" Naren bersiap untuk menyuapi Ayunda makan. Tapi gadis itu menolak.
"Aku bisa sendiri, Tuan."
"Narendra, kamu bisa memanggil ku Naren."
"Baiklah, Naren."
"Hmmm, makanlah yang banyak." Naren melihat Ayunda yang makan dengan perlahan. Dia terlihat seperti gadis yang berasal dari keluarga baik-baik, tatapan nya saja terlihat sangat tulus dan polos.
"Berapa usia mu, Ayu?"
"23 tahun." Jawab Ayunda singkat, tanpa menatap ke arah Naren. Jujur saja, dia malu di tatap seintens itu oleh lawan jenis. Tapi yang lebih membuat nya merasa malu, karena Naren adalah orang asing. Mereka di pertemukan secara tidak sengaja di sebuah bar, lalu menghabiskan malam bersama dalam pengaruh obat.
Naren menganggukan kepala nya, Ayunda terlihat seperti gadis baik-baik, terbukti di usia nya saat ini dia masih virgin. Kalau saja Naren tidak merenggut nya semalam.
"Kenapa menatap ku seperti itu? Apa aku terlihat aneh?" Tanya Ayunda. Dia menyadari benar, bagaimana cara pria itu menatap nya.
"Hmm, t-tidak. Siapa yang menatap mu?" Ucap Naren dengan gugup, dia cukup salah tingkah saat Ayunda memergoki nya sedang menatap nya dengan intens. Ini juga pertama kali nya Naren menatap seseorang dengan seintens ini. Jadi rasanya agak memalukan kalau dia ketahuan menatap Ayunda.
"Anda sudah makan?"
"Belum.." Jawab Naren. Memang nya kapan dia makan, sedari tadi dia menunggui Ayunda disini bukan?
"Ini, makanlah. Aku sudah kenyang, aku tidak memakan bagian yang ini." Ucap Ayunda, dia memberikan kotak berisi nasi dan lauk.
"Baiklah, kalau kau sudah kenyang. Aku akan memakan nya." Benar saja, Naren memakan nya dengan lahap. Ayunda menatap pria itu dengan heran, apa dia tidak jijik makan dari wadah yang sama, juga sendok yang sama dengan nya?
"Kenapa?" Tanya Naren.
"Tidak apa-apa." Jawab Ayunda. Membaut Naren mengangguk, dia pun kembali melahap nasi dan lauk nya dengan lahap.
"Makan buah nya."
"Terimakasih." Ayunda pun memakan buah yang ada di dalam cup.
"Melon nya manis." Ucap Ayunda lirih, sambil menikmati buah yang terasa sangat manis itu.
"Ya, manis seperti dirimu." Celetuk Naren tanpa dia sadari.
"H-aahh?" Tanya Ayunda.
"Hmm?" Balik tanya Naren seolah tidak terjadi apapun. Padahal ucapan nya tadi membuat Ayunda cukup terkejut.
Sore hari nya, Ayunda sudah di perbolehkan pulang. Naren memutuskan untuk mengantarkan gadis itu pulang ke kost an nya, meskipun awalnya dia menolak tapi akhirnya dia pasrah saja saat Naren kekeuh ingin mengantar nya pulang.
Saat ini, Ayunda duduk dengan gelisah di dalam mobil. Dia duduk di bangku depan, bersampingan dengan Naren yang sedang mengemudikan kendaraan roda empat nya dengan tatapan datar lurus ke depan.
"Dimana kost an mu, Ayu?"
"Di depan belok kanan." Jawab Ayunda, Naren pun mengangguk dan mengemudikan kendaraan nya dengan santai.
"Kamu tinggal di kost an sama siapa?"
"Sama Fira, aku satu kost an sama dia." Jawab Ayunda lirih.
"Kamu kerja?"
"Hmm, di restoran nya Bu Mariska."
"H-ahh? Mariska istri nya Roy?"
"Iya, memang nya kenapa?" Tanya Ayunda sambil menatap wajah Naren.
'Berarti Roy belum bisa mendapatkan Ayunda, karena dengan jelas aku yang sudah mendapatkan keperawaanan Ayunda.' Batin Naren, dia tahu benar seperti apa pria bernama Roy itu. Dia penjahat wanita, kalau ada karyawan baru yang cantik, pasti dia akan menyeret nya ke atas ranjang.
Tapi syukurlah, Ayunda belum bisa dia dapatkan. Keberuntungan bagi Naren yang memang belum pernah menjebol gawang seorang gadis yang masih virgin.
"Naren?"
"Hah, apa?"
"Kamu kok jadi diem gitu? Kamu kenal Pak Roy kan?"
"Kenal, hanya saja tidak terlalu akrab."
"Ohh, begitu ya."
"Setelah kamu menikah dengan ku, aku ingin kau berhenti bekerja di restoran milik pria itu." Ucap Naren.
"Menikah?" Tanya Ayunda, wajah nya terlihat sangat terkejut begitu mendengar perintah Naren.
"Iya, menikah. Aku akan mempertanggung jawabkan perbuatan ku dengan menikahi mu."
"Tapi kenapa? Aku tidak ingin bergantung padamu, aku tetap ingin bekerja." Ucap Ayunda, dia ingin bekerja meskipun nanti dia akan di nikahi oleh Naren.
"Tidak, menurutlah pada calon suami mu, Ayu." Tegas Narendra, membuat Ayunda kicep seketika. Dia terdiam mencerna semua yang sudah di ucapkan oleh Naren, sudah terlihat jelas kalau pria itu tipe pria posesif bukan?
"Baiklah, kalau itu memang keinginan mu."
"Gadis yang baik dan penurut." Gumam Naren lirih sambil menepuk-nepuk pelan puncak kepala Ayunda, membuat gadis itu mematung. Dia benar-benar tidak bisa menebak apa yang akan pria itu lakukan padanya.
Perlakuan nya begitu manis, tapi sebaiknya jangan terlalu percaya pada pria bukan? Mulut pria bisa saja menipu bukan?
........
🌻🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Yani
Secepatnya Ayu nikahi Narendra
2023-07-17
1