"Ayu.." Panggil Naren sambil mengusap rambut gadis itu yang kusut karena perlakuan Danu tadi.
"Na-ren.."
"Sebaiknya kita pergi sekarang, keburu siang. Aku harus ke kantor." Ucap Naren, Ayunda mendongak lalu dengan perlahan menganggukan kepala nya. Naren pun membantu Ayunda untuk berjalan. Pria itu membawakan tas milik Ayu dan kedua nya pun meninggalkan kost an, tentu nya setelah Danu di bawa oleh teman-teman satu kost nya.
Ya, Danu ngekost ramai-ramai bersama teman nya. Naren pun membawa Ayunda ke dalam mobil nya, dia menutupi tubuh gadis itu dengan menggunakan jas miliknya. Karena pakaian yang dia kenakan Ayunda robek di bagian depan nya.
Dia tidak sempat mengganti pakaian nya karena buru-buru, Naren harus ke kantor sebentar lagi. Memang di kantor ada Mark yang menghandle semua urusan disana, tapi tetap saja dia juga mempunyai tanggung jawab sebagai pemimpin.
Naren melajukan mobil nya dengan kecepatan yang cukup tinggi, sepanjang perjalanan hanya ada keheningan. Tak ada yang mau memulai percakapan lebih dulu, kedua nya kompak diam.
"Ayu.." Panggil Naren, membuat Ayunda menoleh.
"Iya, ada apa?"
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Naren, setelah kejadian ini pasti meninggalkan sedikit rasa trauma bagi Ayunda. Kalau perlu, dia akan membawa gadis itu berobat untuk bisa menyembuhkan trauma nya.
Ayunda diam, dia tidak menjawab apapun. Dia memilih diam saja, tanpa melirik juga ke arah Naren yang mengajak nya bicara.
"Aku sudah menduga hal ini, maka dari itu aku meminta mu untuk pindah dan ikut dengan ku, karena aku merasa lingkungan itu terlalu berbahaya untuk gadis polos seperti dirimu." Ucap Narendra. Ini adalah pertama kali nya dia bicara panjang lebar seperti ini pada lawan jenis, biasa nya dia jarang bicara meskipun dengan kedua orang tua nya sekalipun.
"M-maaf.."
"Maaf untuk apa?"
"Harus nya aku lebih bisa menjaga diriku sendiri."
"Tidak apa-apa, sekarang ada aku yang akan menjaga mu, Ayunda. Di kota ini, semua nya di bebaskan, kamu takkan bisa sendirian di kota keras seperti ini." Jelas Naren membuat Ayunda menoleh. Ya, dia datang ke kota ini saja sudah sebuah kesalahan fatal, dia yang tidak bisa menjaga diri sendiri pasti akan memudahkan orang jahat untuk menjadikan dirinya sebagai mangsa.
"Naren.."
"Hmm, apa?" Tanya Naren, dia melirik sekilas ke arah pria berwajah tampan itu.
"Terimakasih.."
"Untuk?"
"Karena sudah menolong aku dan bertanggung jawab."
"Tentu saja, aku akan mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku perbuat, Ayu. Maafkan aku juga karena sudah lancang merenggut apa yang harus nya bukan milik ku." Jelas Naren sambil tersenyum.
"T-tidak apa-apa, itu juga bukan sepenuh nya kesalahan kamu."
"Kamu terlalu baik, Ayunda." Jawab Naren Ayunda menoleh.
"Bukankah kita memang harus selalu bersikap baik meskipun pada orang yang sudah jahat sama kita ya?" Tanya Ayunda, Naren menganggukan kepala nya. Dia tersenyum kecut, dia jahat kan? Ya, dia adalah pria yang jahat karena sudah merenggut kesucian seorang gadis yang tak bersalah.
Narendra pun tetap melakukan kendaraan nya dengan kecepatan rata-rata. Hingga akhirnya, dia berhenti di depan gedung yang berdiri megah. Ayunda sampai menganga saat melihat betapa tinggi nya bangunan yang ada di depan nya.
"Wahh, tinggi sekali.." gumam Ayunda sambil mendongak, hingga mata nya menyipit karena silau terkena cahaya matahari.
"Sudah, ayo kita masuk."
"Masuk kemana?" Tanya Ayunda membuat Naren terkekeh, gadis di samping nya ini terlihat cukup lucu juga.
"Ya ke apartemen, Ayu." Naren pun menggandeng tangan Ayunda dan menarik nya masuk. Lagi-lagi Ayunda terlihat seperti gadis desa pada umum nya saat dia menaiki lift. Saat lift nya berguncang, Ayunda langsung memeluk Naren karena ketakutan.
"Kamu takut?"
"I-iya, aku mana pernah naik yang kayak beginian." Jawab Ayunda, lagi-lagi Naren tersenyum sambil menggelengkan kepala nya. Ayunda benar-benar menggemaskan bagi Naren, sifat nya polos alami tanpa dibuat-buat.
"Ini biasa terjadi di lift, kalau kamu gak mau naik lift, kamu bisa naik eskalator."
"Eskalator? Tangga yang bisa jalan sendiri itu?" Tanya Ayunda, lagi-lagi Naren terkekeh mendengar kepolosan Ayunda.
"Iya, sayang. Tangga yang berjalan sendiri, nama nya eskalator."
"Hehe, iya.." Ayunda cengengesan, tapi dia tidak melepaskan genggaman tangan nya di lengan Naren. Pria itu juga tidak keberatan seperti nya, karena dia membiarkan saja.
Hingga akhirnya, lift pun berhenti di lantai dua belas. Naren menarik tangan Ayunda keluar dan masuk ke dalam salah satu unit di lantai itu. Naren memang memiliki satu unit di lantai ini atas nama nya.
Naren menempelkan kartu kecil di sebuah bar berwarna hitam dan pintu pun terbuka, Ayunda yang baru saja melihat benda seperti itu pun keheranan. Dia hanya mengenal anak kunci seperti nya.
"Masuklah, Ayu." Ayunda yang sedang bengong pun langsung masuk ke dalam unit itu. Naren juga masuk dan menutup pintu nya dan otomatis pintu itu langsung terkunci. Pria tampan itu meletakkan tas milik Ayunda di sofa ruang tamu.
"Naren, itu kartu tadi nama nya apa ya? Kok bisa di pake buka pintu." Tanya Ayunda, akhirnya dia kalah dengan rasa penasaran nya.
"Ini maksud mu?" Tanya Naren sambil memperlihatkan kartu kecil seperti kartu ATM berwarna hitam.
"Iya, itu.." Jawab Ayunda.
"Ini kunci rumah, nama nya card acces. Kamu tinggal nempelin ini di bar tadi, nanti pintu nya otomatis terbuka. Kalau mau mengunci, kamu tinggal masukin sandi di bar itu."
"Ohh, sekarang kunci nya kayak gini ya? Biasa nya kan anak kunci." Ucap Ayunda sambil manggut-manggut.
"Haha, kamu ini gemesin amat."
"Yaudah, kamu beres-beres aja dulu ya. Aku harus ke kantor dulu ada urusan, kalau mau makan ada bahan makanan di kulkas, kamu masak aja ya. Nanti setelah aku selesai dengan pekerjaan, aku kesini lagi." Jelas Narendra.
"Iya, hati-hati."
"Hmm, cium dulu."
"H-aahh?" Tanya Ayunda, dia cengo sendiri karena terkejut dengan apa yang Naren katakan.
"Sun dulu, sayang. Biar semangat."
"Tapi.."
Cupp..
Naren mengecup kening Ayunda, juga bubur nya dengan singkat. Setelah itu Naren mengacak rambut gadis itu, tubuh Ayunda membeku seketika. Dia terkejut saat tiba-tiba saja Naren mengecup nya.
"Udah gak usah kaget itu, anggap saja ini simulasi setelah kita menikah nanti ya. Lagian kamu kelamaan cium nya."
"Maaf.."
"Tidak apa-apa, aku pergi dulu ya." Ayunda menganggukan kepala nya, Naren pun pergi dari apartemen meninggalkan Ayunda sendirian. Dia ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan, jadi tidak bisa bersama Ayunda, menemani gadis itu di apartemen.
Sepeninggalan Naren, Ayunda pun melihat-lihat tempat tinggal baru nya. Dia membuka pintu yang dia yakini kamar, ternyata apartemen ini di lengkapi dua kamar. Ayunda masuk ke salah satu kamar dan membereskan barang-barangnya, meletakkan pakaian nya di lemari dan membuka gordeng kamar nya.
"Wahh, tinggi sekali." Gumam Ayunda sambil melihat ke arah bawah. Dia juga merasa takjub begitu melihat pemandangan yang begitu menyejukkan mata di siang hari ini.
Pemandangan gedung-gedung yang berdiri megah, tinggi nya mencakar langit. Benar-benar indah dan luas nya sejauh mata memandang. Terlihat cerah sekali karena terpancar sinar matahari.
.....
🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Yani
Bibir kali maksudnya 🤭
2023-07-18
1
nuna jimin🧸🧸
ko bubur sih Thor, kynya author pas nulis blm makan nih maknya bibir di tulis jdi bubur...lnjut
2023-05-15
2