Bab 14 - Apartemen

"Ayu.." Panggil Naren sambil mengusap rambut gadis itu yang kusut karena perlakuan Danu tadi.

"Na-ren.."

"Sebaiknya kita pergi sekarang, keburu siang. Aku harus ke kantor." Ucap Naren, Ayunda mendongak lalu dengan perlahan menganggukan kepala nya. Naren pun membantu Ayunda untuk berjalan. Pria itu membawakan tas milik Ayu dan kedua nya pun meninggalkan kost an, tentu nya setelah Danu di bawa oleh teman-teman satu kost nya. 

Ya, Danu ngekost ramai-ramai bersama teman nya. Naren pun membawa Ayunda ke dalam mobil nya, dia menutupi tubuh gadis itu dengan menggunakan jas miliknya. Karena pakaian yang dia kenakan Ayunda robek di bagian depan nya.

Dia tidak sempat mengganti pakaian nya karena buru-buru, Naren harus ke kantor sebentar lagi. Memang di kantor ada Mark yang menghandle semua urusan disana, tapi tetap saja dia juga mempunyai tanggung jawab sebagai pemimpin. 

Naren melajukan mobil nya dengan kecepatan yang cukup tinggi, sepanjang perjalanan hanya ada keheningan. Tak ada yang mau memulai percakapan lebih dulu, kedua nya kompak diam.

"Ayu.." Panggil Naren, membuat Ayunda menoleh. 

"Iya, ada apa?"

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Naren, setelah kejadian ini pasti meninggalkan sedikit rasa trauma bagi Ayunda. Kalau perlu, dia akan membawa gadis itu berobat untuk bisa menyembuhkan trauma nya. 

Ayunda diam, dia tidak menjawab apapun. Dia memilih diam saja, tanpa melirik juga ke arah Naren yang mengajak nya bicara. 

"Aku sudah menduga hal ini, maka dari itu aku meminta mu untuk pindah dan ikut dengan ku, karena aku merasa lingkungan itu terlalu berbahaya untuk gadis polos seperti dirimu." Ucap Narendra. Ini adalah pertama kali nya dia bicara panjang lebar seperti ini pada lawan jenis, biasa nya dia jarang bicara meskipun dengan kedua orang tua nya sekalipun.

"M-maaf.."

"Maaf untuk apa?"

"Harus nya aku lebih bisa menjaga diriku sendiri."

"Tidak apa-apa, sekarang ada aku yang akan menjaga mu, Ayunda. Di kota ini, semua nya di bebaskan, kamu takkan bisa sendirian di kota keras seperti ini." Jelas Naren membuat Ayunda menoleh. Ya, dia datang ke kota ini saja sudah sebuah kesalahan fatal, dia yang tidak bisa menjaga diri sendiri pasti akan memudahkan orang jahat untuk menjadikan dirinya sebagai mangsa.

"Naren.."

"Hmm, apa?" Tanya Naren, dia melirik sekilas ke arah pria berwajah tampan itu. 

"Terimakasih.."

"Untuk?"

"Karena sudah menolong aku dan bertanggung jawab."

"Tentu saja, aku akan mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku perbuat, Ayu. Maafkan aku juga karena sudah lancang merenggut apa yang harus nya bukan milik ku." Jelas Naren sambil tersenyum. 

"T-tidak apa-apa, itu juga bukan sepenuh nya kesalahan kamu."

"Kamu terlalu baik, Ayunda." Jawab Naren Ayunda menoleh. 

"Bukankah kita memang harus selalu bersikap baik meskipun pada orang yang sudah jahat sama kita ya?" Tanya Ayunda, Naren menganggukan kepala nya. Dia tersenyum kecut, dia jahat kan? Ya, dia adalah pria yang jahat karena sudah merenggut kesucian seorang gadis yang tak bersalah.

Narendra pun tetap melakukan kendaraan nya dengan kecepatan rata-rata. Hingga akhirnya, dia berhenti di depan gedung yang berdiri megah. Ayunda sampai menganga saat melihat betapa tinggi nya bangunan yang ada di depan nya. 

"Wahh, tinggi sekali.." gumam Ayunda sambil mendongak, hingga mata nya menyipit karena silau terkena cahaya matahari. 

"Sudah, ayo kita masuk."

"Masuk kemana?" Tanya Ayunda membuat Naren terkekeh, gadis di samping nya ini terlihat cukup lucu juga. 

"Ya ke apartemen, Ayu." Naren pun menggandeng tangan Ayunda dan menarik nya masuk. Lagi-lagi Ayunda terlihat seperti gadis desa pada umum nya saat dia menaiki lift. Saat lift nya berguncang, Ayunda langsung memeluk Naren karena ketakutan. 

"Kamu takut?" 

"I-iya, aku mana pernah naik yang kayak beginian." Jawab Ayunda, lagi-lagi Naren tersenyum sambil menggelengkan kepala nya. Ayunda benar-benar menggemaskan bagi Naren, sifat nya polos alami tanpa dibuat-buat. 

"Ini biasa terjadi di lift, kalau kamu gak mau naik lift, kamu bisa naik eskalator." 

"Eskalator? Tangga yang bisa jalan sendiri itu?" Tanya Ayunda, lagi-lagi Naren terkekeh mendengar kepolosan Ayunda. 

"Iya, sayang. Tangga yang berjalan sendiri, nama nya eskalator." 

"Hehe, iya.." Ayunda cengengesan, tapi dia tidak melepaskan genggaman tangan nya di lengan Naren. Pria itu juga tidak keberatan seperti nya, karena dia membiarkan saja. 

Hingga akhirnya, lift pun berhenti di lantai dua belas. Naren menarik tangan Ayunda keluar dan masuk ke dalam salah satu unit di lantai itu. Naren memang memiliki satu unit di lantai ini atas nama nya. 

Naren menempelkan kartu kecil di sebuah bar berwarna hitam dan pintu pun terbuka, Ayunda yang baru saja melihat benda seperti itu pun keheranan. Dia hanya mengenal anak kunci seperti nya.

"Masuklah, Ayu." Ayunda yang sedang bengong pun langsung masuk ke dalam unit itu. Naren juga masuk dan menutup pintu nya dan otomatis pintu itu langsung terkunci. Pria tampan itu meletakkan tas milik Ayunda di sofa ruang tamu. 

"Naren, itu kartu tadi nama nya apa ya? Kok bisa di pake buka pintu." Tanya Ayunda, akhirnya dia kalah dengan rasa penasaran nya. 

"Ini maksud mu?" Tanya Naren sambil memperlihatkan kartu kecil seperti kartu ATM berwarna hitam.

"Iya, itu.." Jawab Ayunda.

"Ini kunci rumah, nama nya card acces. Kamu tinggal nempelin ini di bar tadi, nanti pintu nya otomatis terbuka. Kalau mau mengunci, kamu tinggal masukin sandi di bar itu." 

"Ohh, sekarang kunci nya kayak gini ya? Biasa nya kan anak kunci." Ucap Ayunda sambil manggut-manggut. 

"Haha, kamu ini gemesin amat." 

"Yaudah, kamu beres-beres aja dulu ya. Aku harus ke kantor dulu ada urusan, kalau mau makan ada bahan makanan di kulkas, kamu masak aja ya. Nanti setelah aku selesai dengan pekerjaan, aku kesini lagi." Jelas Narendra. 

"Iya, hati-hati."

"Hmm, cium dulu."

"H-aahh?" Tanya Ayunda, dia cengo sendiri karena terkejut dengan apa yang Naren katakan. 

"Sun dulu, sayang. Biar semangat."

"Tapi.."

Cupp.. 

Naren mengecup kening Ayunda, juga bubur nya dengan singkat. Setelah itu Naren mengacak rambut gadis itu, tubuh Ayunda membeku seketika. Dia terkejut saat tiba-tiba saja Naren mengecup nya.

"Udah gak usah kaget itu, anggap saja ini simulasi setelah kita menikah nanti ya. Lagian kamu kelamaan cium nya."

"Maaf.."

"Tidak apa-apa, aku pergi dulu ya." Ayunda menganggukan kepala nya, Naren pun pergi dari apartemen meninggalkan Ayunda sendirian. Dia ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan, jadi tidak bisa bersama Ayunda, menemani gadis itu di apartemen. 

Sepeninggalan Naren, Ayunda pun melihat-lihat tempat tinggal baru nya. Dia membuka pintu yang dia yakini kamar, ternyata apartemen ini di lengkapi dua kamar. Ayunda masuk ke salah satu kamar dan membereskan barang-barangnya, meletakkan pakaian nya di lemari dan membuka gordeng kamar nya. 

"Wahh, tinggi sekali." Gumam Ayunda sambil melihat ke arah bawah. Dia juga merasa takjub begitu melihat pemandangan yang begitu menyejukkan mata di siang hari ini. 

Pemandangan gedung-gedung yang berdiri megah, tinggi nya mencakar langit. Benar-benar indah dan luas nya sejauh mata memandang. Terlihat cerah sekali karena terpancar sinar matahari. 

.....

🌻🌻🌻🌻

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Bibir kali maksudnya 🤭

2023-07-18

1

nuna jimin🧸🧸

nuna jimin🧸🧸

ko bubur sih Thor, kynya author pas nulis blm makan nih maknya bibir di tulis jdi bubur...lnjut

2023-05-15

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Ayunda Maishika
2 Bab 2 - Hari Pertama
3 Bab 3 - Terlalu Penasaran
4 Bab 4 - Target Baru
5 Bab 5 - Narendra & Trisa
6 Bab 6 - Rencana
7 Bab 7 - Obat Perangsaang
8 Bab 8 - Malam Kelam
9 Bab 9 - Bertanggung Jawab
10 Bab 10 - Percobaan Bunuh Diri
11 Bab 11 - Nurut Sama Calon Suami!
12 Bab 12 - Safira & Ayunda
13 Bab 13 - Kedatangan Naren
14 Bab 14 - Apartemen
15 Bab 15 - Memulai Hidup Baru
16 Bab 16 - Tidur Bersama
17 Bab 17 - Kegiatan Pagi Hari
18 Bab 18 - Simulasi Menjadi Istri
19 Bab 19 - Pasar Modern
20 Bab 20 - Belanja Bulanan
21 Bab 21 - Ciuman Naren
22 Bab 22 - Memasak Bekal
23 Bab 23 - Kegiatan Naren
24 Bab 24 - Keputusan Naren
25 Bab 25 - Bertemu Camer?
26 Bab 26 - Restu dari Arvin
27 Bab 27 - Berbeda Level
28 Bab 28 - Memasak Bersama
29 Bab 29 - Makan Malam Bersama
30 Bab 30 - Sarapan Bersama
31 Bab 31 - Gadis Terakhir?
32 Bab 32 - Nasehat Melisa
33 Bab 33 - Mencari Cincin
34 Bab 34 - Our Wedding
35 Bab 35 - Mendadak Sempit?
36 Bab 36 - Apa itu Cinta?
37 Bab 37 - Sebuah Kesalahan
38 Bab 38 - Mau Mencoba nya Dalam Keadaan Sadar?
39 Bab 39 - Kegiatan Kesukaan Naren
40 Bab 40 - Pengantin Baru
41 Bab 41 - Mabuk Perjalanan
42 Bab 42 - Belanja Bulanan
43 Bab 43 - Masakan Ayunda
44 Bab 44 - Suasana Rumah
45 Bab 45 - Permintaan Narendra
46 Bab 46 - Menunda atau Langsung Saja?
47 Bab 47 - Mood Baik Naren
48 Bab 48 - Keakraban Mertua dan Menantu
49 Bab 49 - Belanja Bersama Mamer
50 Bab 50 - Ayunda dan Naren
51 Bab 51 - Jadilah Rumahku
52 Bab 52 - Healing Terbaik
53 Bab 53 - Susu
54 Bab 54 - Kebiasaan Baru
55 Bab 55 - Suka Sama Suka?
56 Bab 56 - Mawar Biru
57 Bab 57 - Perasaan yang Sama
58 Bab 58 - Ancaman Arvin
59 Bab 59 - Bebas Tugas
60 Bab 60 - Naren Gagal?
61 Bab 61 - Menimang Cucu
62 Bab 62 - Taman Bunga
63 Bab 63 - Harus Percaya Diri
64 Bab 64 - Pasangan Serasi
65 Bab 65 - Nasib Jomblo
66 Bab 66 - Modus Naren
67 Bab 67 - Tak Sopan?
68 Bab 68 - Ghibahin Atasan Sendiri
69 Bab 69 - Membeli Ponsel
70 Bab 70 - Pilih Kasih
71 Bab 71 - Turun Temurun
72 Bab 72 - Drama Pagi Hari
73 Bab 73 - Membuat Kue
74 Bab 74 - Kasih Sayang Seorang Ibu
75 Bab 75 - Masuk Angin?
76 Bab 76 - Ayu Berubah?
77 Bab 77 - Perubahan Ayunda
78 Bab 78 - Dua Garis Merah
79 Bab 79 - Kebahagiaan Naren
80 Bab 80 - Panci Pink Keramat
81 Bab 81 - Bertemu Trisa
82 Bab 82 - Pertanyaan Keramat
83 Bab 83 - Kejutan yang Mengharukan
84 Bab 84 - Saling Memperjuangkan
85 Bab 85 - Morning Sickness
86 Bab 86 - Perubahan Narendra
87 Bab 87 - Mami Mertua
88 Bab 88 - Keraguan Ayunda
89 Bab 89 - Pendarahan
90 Bab 90 - Kasih Sayang Melisa
91 Bab 91 - Main yang Lain
92 Bab 92 - Tugas Rahasia
93 Bab 93 - Pasangan Bucin
94 Bab 94 - Mengidam
95 Bab 95 - Naren Cemburu
96 Bab 96 - Kedatangan Trisa
97 Bab 97 - Ngidam yang Sama
98 Bab 98 - Mau Tas?
99 Bab 99 - Menyenangkan Istri
100 Bab 100 - Pro Player
101 Bab 101 - Narendra Manja
102 Bab 102 - Kejutan?
103 Bab 103 - Retaknya Kepercayaan
104 Bab 104 - Mencoba Percaya
105 Bab 105 - Kecurigaan Dokter
106 Bab 106 - Taman Bunga
107 Bab 107 - Mark Berbohong?
108 Bab 108 - Mark dan Maya
109 Bab 109 - Awal Kehancuran
110 Bab 110 - Wanita Beruntung?
111 Bab 111 - Saling Percaya
112 Bab 112 - Nasehat Ayunda
113 Bab 113 - Mati Rasa
114 Bab 114 - Pesta
115 Bab 115 - Gadis Kampung?
116 Bab 116 - Keadilan Untuk Maya
117 Bab 117 - Pengaruh Ayunda
118 Bab 118 - Darren Koma
119 Bab 119 - Deja Vu
120 Bab 120 - Menggelikan Namun Romantis
121 Bab 121 - Keseharian Ayunda
122 Bab 122 - Mark dan Uang + Visual
123 Bab 123 - Susu Kehamilan Hanya Untuk Bumil?
124 Bab 124 - Menikah Bulan Depan?
125 Bab 125 - Pendarahan Lagi?
126 Bab 126 - Ayunda Keguguran
127 Bab 127 - Kepulangan Arvin
128 Bab 128 - Sakitnya Kehilangan
129 Bab 129 - Melisa dan Arvin
130 Bab 130 - Modus Naren
131 Bab 131 - Wanita Spesial
132 Bab 132 - Bukti dari Narendra
133 Bab 133 - Kebahagiaan Ayunda
134 Bab 134 - Kesedihan Arvino
135 Bab 135 - Menang Modal Ngancam!
136 Bab 136 - Buka Puasa
137 Bab 137 - Tetap Disini, Bersamaku!
138 Bab 138 - Memetik Stroberi
139 Bab 139 - Cheese Cake
140 Bab 140 - Mabuk Perjalanan
141 Bab 141 - Cerita Arga
142 Bab 142 - Rencana Honeymoon
143 Bab 143 - R.I.P Trisa
144 Bab 144 - Hadiah untuk Ayunda
145 Bab 145 - Bermain Salju
146 Bab 146 - Menjenguk Darren
147 Bab 147 - Keadaan Darren
148 Bab 148 - Ngidam Seblak di Amerika
149 Bab 149 - Finally..
150 Bab 150 - Benang Takdir
151 Bab 151 - Hukuman dari Melisa
152 Bab 152 - Ngidam Ayunda
153 Bab 153 - Takdir Ayunda & Naren
154 Bab 154 - Pulang
155 Bab 155 - Cerita Melisa dan Arvin
156 Bab 156 - Masih Ngidam Seblak
157 Bab 157 - Nurutin Ngidam Bumil
158 Bab 158 - Masih Ngidam
159 Bab 159 - Kelakuan Melisa
160 Bab 160 - Ngidam Lagi
161 Bab 161 - Baby Twins
162 Bab 162 - Permintaan Ayunda
163 Bab 163 - Rahasia Arvin
164 Bab 164 - Gara-gara Kaos Kaki
165 Bab 165 - Video Call with Darren
166 Bab 166 - Gara-gara Tupperware
167 Bab 167 - Bertemu Safira
168 Bab 168 - Periksa Kehamilan
169 Bab 169 - Mimpi Indah
170 Bab 170 - Keinginan Ayunda
171 Bab 171 - Ayunda & Laura
172 Bab 172 - Terciduk Mark
173 Bab 173 - Sama-sama Berteman
174 Bab 174 - Ritual yang Terganggu
175 Bab 175 - Talk Before Sleep
176 Bab 176 - Masalah Perusahaan
177 Bab 177 - Kekesalan Naren
178 Bab 178 - Buaya Darat
179 Bab 179 - Alergi Buah Persik
180 Bab 180 - Perawat Hantu?
181 Bab 181 - Bukan Hantu
182 Bab 182 - Ketahuan
183 Bab 183 - Rujak Tomat?
184 Bab 184 - Keberuntungan Ayunda
185 Bab 185 - Bertemu Adam
186 Bab 186 - Rasa Sakit Adam
187 Bab 187 - Gara-gara Mochi
188 Bab 188 - Rosalina & James
189 Bab 189 - Kebaikan Naren
190 Bab 190 - Keputusan Adam
191 Bab 191 - Ayah dan Anak
192 Bab 192 - Kedatangan Darren
193 Bab 193 - Maya Hamil
194 Bab 194 - Kekesalan Naren!
195 Bab 195 - Backingan Rosalina
196 Bab 196 - Nenek Lampir
197 Bab 197 - Bermain Catur
198 Bab 198 - Ulah Geng Gabut
199 Bab 199 - Kegugupan Narendra
200 Bab 200 - Haneen & Hania
201 Bab 201 - Dua Anak Lebih Baik
202 Bab 202 - Menyambut Ayunda
203 Bab 203 - Kedatangan Maya
204 Bab 204 - Obrolan Para Pria
205 Bab 205 - Pertemuan
206 Bab 206 - Kelegaan Ayunda
207 Bab 207 - Baby Hania Rindu Papa
208 Bab 208 - Malu-malu Kucing
209 Bab 209 - Hukuman Untuk Anton
210 Bab 210 - Demam Pekerjaan
211 Bab 211 - Piknik Keluarga
212 Bab 212 - Kepedulian Ayunda
213 Bab 213 - Kenangan Ayunda
214 Bab 214 - Ikhlas, Tapi Aku Rindu.
215 Bab 216 - The Final Ending
Episodes

Updated 215 Episodes

1
Bab 1 - Ayunda Maishika
2
Bab 2 - Hari Pertama
3
Bab 3 - Terlalu Penasaran
4
Bab 4 - Target Baru
5
Bab 5 - Narendra & Trisa
6
Bab 6 - Rencana
7
Bab 7 - Obat Perangsaang
8
Bab 8 - Malam Kelam
9
Bab 9 - Bertanggung Jawab
10
Bab 10 - Percobaan Bunuh Diri
11
Bab 11 - Nurut Sama Calon Suami!
12
Bab 12 - Safira & Ayunda
13
Bab 13 - Kedatangan Naren
14
Bab 14 - Apartemen
15
Bab 15 - Memulai Hidup Baru
16
Bab 16 - Tidur Bersama
17
Bab 17 - Kegiatan Pagi Hari
18
Bab 18 - Simulasi Menjadi Istri
19
Bab 19 - Pasar Modern
20
Bab 20 - Belanja Bulanan
21
Bab 21 - Ciuman Naren
22
Bab 22 - Memasak Bekal
23
Bab 23 - Kegiatan Naren
24
Bab 24 - Keputusan Naren
25
Bab 25 - Bertemu Camer?
26
Bab 26 - Restu dari Arvin
27
Bab 27 - Berbeda Level
28
Bab 28 - Memasak Bersama
29
Bab 29 - Makan Malam Bersama
30
Bab 30 - Sarapan Bersama
31
Bab 31 - Gadis Terakhir?
32
Bab 32 - Nasehat Melisa
33
Bab 33 - Mencari Cincin
34
Bab 34 - Our Wedding
35
Bab 35 - Mendadak Sempit?
36
Bab 36 - Apa itu Cinta?
37
Bab 37 - Sebuah Kesalahan
38
Bab 38 - Mau Mencoba nya Dalam Keadaan Sadar?
39
Bab 39 - Kegiatan Kesukaan Naren
40
Bab 40 - Pengantin Baru
41
Bab 41 - Mabuk Perjalanan
42
Bab 42 - Belanja Bulanan
43
Bab 43 - Masakan Ayunda
44
Bab 44 - Suasana Rumah
45
Bab 45 - Permintaan Narendra
46
Bab 46 - Menunda atau Langsung Saja?
47
Bab 47 - Mood Baik Naren
48
Bab 48 - Keakraban Mertua dan Menantu
49
Bab 49 - Belanja Bersama Mamer
50
Bab 50 - Ayunda dan Naren
51
Bab 51 - Jadilah Rumahku
52
Bab 52 - Healing Terbaik
53
Bab 53 - Susu
54
Bab 54 - Kebiasaan Baru
55
Bab 55 - Suka Sama Suka?
56
Bab 56 - Mawar Biru
57
Bab 57 - Perasaan yang Sama
58
Bab 58 - Ancaman Arvin
59
Bab 59 - Bebas Tugas
60
Bab 60 - Naren Gagal?
61
Bab 61 - Menimang Cucu
62
Bab 62 - Taman Bunga
63
Bab 63 - Harus Percaya Diri
64
Bab 64 - Pasangan Serasi
65
Bab 65 - Nasib Jomblo
66
Bab 66 - Modus Naren
67
Bab 67 - Tak Sopan?
68
Bab 68 - Ghibahin Atasan Sendiri
69
Bab 69 - Membeli Ponsel
70
Bab 70 - Pilih Kasih
71
Bab 71 - Turun Temurun
72
Bab 72 - Drama Pagi Hari
73
Bab 73 - Membuat Kue
74
Bab 74 - Kasih Sayang Seorang Ibu
75
Bab 75 - Masuk Angin?
76
Bab 76 - Ayu Berubah?
77
Bab 77 - Perubahan Ayunda
78
Bab 78 - Dua Garis Merah
79
Bab 79 - Kebahagiaan Naren
80
Bab 80 - Panci Pink Keramat
81
Bab 81 - Bertemu Trisa
82
Bab 82 - Pertanyaan Keramat
83
Bab 83 - Kejutan yang Mengharukan
84
Bab 84 - Saling Memperjuangkan
85
Bab 85 - Morning Sickness
86
Bab 86 - Perubahan Narendra
87
Bab 87 - Mami Mertua
88
Bab 88 - Keraguan Ayunda
89
Bab 89 - Pendarahan
90
Bab 90 - Kasih Sayang Melisa
91
Bab 91 - Main yang Lain
92
Bab 92 - Tugas Rahasia
93
Bab 93 - Pasangan Bucin
94
Bab 94 - Mengidam
95
Bab 95 - Naren Cemburu
96
Bab 96 - Kedatangan Trisa
97
Bab 97 - Ngidam yang Sama
98
Bab 98 - Mau Tas?
99
Bab 99 - Menyenangkan Istri
100
Bab 100 - Pro Player
101
Bab 101 - Narendra Manja
102
Bab 102 - Kejutan?
103
Bab 103 - Retaknya Kepercayaan
104
Bab 104 - Mencoba Percaya
105
Bab 105 - Kecurigaan Dokter
106
Bab 106 - Taman Bunga
107
Bab 107 - Mark Berbohong?
108
Bab 108 - Mark dan Maya
109
Bab 109 - Awal Kehancuran
110
Bab 110 - Wanita Beruntung?
111
Bab 111 - Saling Percaya
112
Bab 112 - Nasehat Ayunda
113
Bab 113 - Mati Rasa
114
Bab 114 - Pesta
115
Bab 115 - Gadis Kampung?
116
Bab 116 - Keadilan Untuk Maya
117
Bab 117 - Pengaruh Ayunda
118
Bab 118 - Darren Koma
119
Bab 119 - Deja Vu
120
Bab 120 - Menggelikan Namun Romantis
121
Bab 121 - Keseharian Ayunda
122
Bab 122 - Mark dan Uang + Visual
123
Bab 123 - Susu Kehamilan Hanya Untuk Bumil?
124
Bab 124 - Menikah Bulan Depan?
125
Bab 125 - Pendarahan Lagi?
126
Bab 126 - Ayunda Keguguran
127
Bab 127 - Kepulangan Arvin
128
Bab 128 - Sakitnya Kehilangan
129
Bab 129 - Melisa dan Arvin
130
Bab 130 - Modus Naren
131
Bab 131 - Wanita Spesial
132
Bab 132 - Bukti dari Narendra
133
Bab 133 - Kebahagiaan Ayunda
134
Bab 134 - Kesedihan Arvino
135
Bab 135 - Menang Modal Ngancam!
136
Bab 136 - Buka Puasa
137
Bab 137 - Tetap Disini, Bersamaku!
138
Bab 138 - Memetik Stroberi
139
Bab 139 - Cheese Cake
140
Bab 140 - Mabuk Perjalanan
141
Bab 141 - Cerita Arga
142
Bab 142 - Rencana Honeymoon
143
Bab 143 - R.I.P Trisa
144
Bab 144 - Hadiah untuk Ayunda
145
Bab 145 - Bermain Salju
146
Bab 146 - Menjenguk Darren
147
Bab 147 - Keadaan Darren
148
Bab 148 - Ngidam Seblak di Amerika
149
Bab 149 - Finally..
150
Bab 150 - Benang Takdir
151
Bab 151 - Hukuman dari Melisa
152
Bab 152 - Ngidam Ayunda
153
Bab 153 - Takdir Ayunda & Naren
154
Bab 154 - Pulang
155
Bab 155 - Cerita Melisa dan Arvin
156
Bab 156 - Masih Ngidam Seblak
157
Bab 157 - Nurutin Ngidam Bumil
158
Bab 158 - Masih Ngidam
159
Bab 159 - Kelakuan Melisa
160
Bab 160 - Ngidam Lagi
161
Bab 161 - Baby Twins
162
Bab 162 - Permintaan Ayunda
163
Bab 163 - Rahasia Arvin
164
Bab 164 - Gara-gara Kaos Kaki
165
Bab 165 - Video Call with Darren
166
Bab 166 - Gara-gara Tupperware
167
Bab 167 - Bertemu Safira
168
Bab 168 - Periksa Kehamilan
169
Bab 169 - Mimpi Indah
170
Bab 170 - Keinginan Ayunda
171
Bab 171 - Ayunda & Laura
172
Bab 172 - Terciduk Mark
173
Bab 173 - Sama-sama Berteman
174
Bab 174 - Ritual yang Terganggu
175
Bab 175 - Talk Before Sleep
176
Bab 176 - Masalah Perusahaan
177
Bab 177 - Kekesalan Naren
178
Bab 178 - Buaya Darat
179
Bab 179 - Alergi Buah Persik
180
Bab 180 - Perawat Hantu?
181
Bab 181 - Bukan Hantu
182
Bab 182 - Ketahuan
183
Bab 183 - Rujak Tomat?
184
Bab 184 - Keberuntungan Ayunda
185
Bab 185 - Bertemu Adam
186
Bab 186 - Rasa Sakit Adam
187
Bab 187 - Gara-gara Mochi
188
Bab 188 - Rosalina & James
189
Bab 189 - Kebaikan Naren
190
Bab 190 - Keputusan Adam
191
Bab 191 - Ayah dan Anak
192
Bab 192 - Kedatangan Darren
193
Bab 193 - Maya Hamil
194
Bab 194 - Kekesalan Naren!
195
Bab 195 - Backingan Rosalina
196
Bab 196 - Nenek Lampir
197
Bab 197 - Bermain Catur
198
Bab 198 - Ulah Geng Gabut
199
Bab 199 - Kegugupan Narendra
200
Bab 200 - Haneen & Hania
201
Bab 201 - Dua Anak Lebih Baik
202
Bab 202 - Menyambut Ayunda
203
Bab 203 - Kedatangan Maya
204
Bab 204 - Obrolan Para Pria
205
Bab 205 - Pertemuan
206
Bab 206 - Kelegaan Ayunda
207
Bab 207 - Baby Hania Rindu Papa
208
Bab 208 - Malu-malu Kucing
209
Bab 209 - Hukuman Untuk Anton
210
Bab 210 - Demam Pekerjaan
211
Bab 211 - Piknik Keluarga
212
Bab 212 - Kepedulian Ayunda
213
Bab 213 - Kenangan Ayunda
214
Bab 214 - Ikhlas, Tapi Aku Rindu.
215
Bab 216 - The Final Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!