Penolakan Cika membuat hati Angkasa terasa sesak. Pria itu tidak menyangka kalau rasanya cinta di tolak itu amat menyakitkan. Andai saja dia tahu, pasti dari dulu dia terima saja cinta Cika.
Namun, alamat mau di kata Apa. Istrinya ini sangat sulit diraih sekarang. Mungkin Cika sudah sangat lelah mengejar cinta Angkasa.
Setelah pulang dari piknik hubungan mereka masih dingin, karena Cika tetap kukuh mengabaikan Angkasa.
Pria itu kalang kabut dibuatnya. Tak tahu harus bagaimana lagi membujuk Cika untuk memaafkan dirinya.
Malam hari telah datang. Angkasa memutuskan untuk memulai langkah pertama mendekati istrinya. Dia mengabaikan rasa malu dan memilih melangkah ke kamar lamanya yang saat ini telah ditempati oleh Cika.
Tanpa permisi, pria itu membuka pintu kamarnya. Bertepatan dengan Cika membuka handuknya untuk berganti pakaian.
Bunyi pintu berderit membuat Cika menoleh ke arah pintu. Sejenak mata keduanya bertemu, seolah dunia berhenti beberapa detik sebelum badai rumah tangga datang menghadang.
"Aagh …!!"
Keduanya berteriak serempak saking terkejutnya. Angkasa terkejut melihat Cika telanjang, Cika terkejut melihat Angkasa tiba-tiba masuk dan melihat tubuhnya.
Cika langsung menggapai kunci mobil yang berada di dekatnya lalu melempar ke arah Angkas.
"Dasar mes*m …!" teriak Cika kesal.
Angkasa dengan cepat menarik pintu kamar dan menutupnya kembali. Alhasil, kunci mobil mengenai belakang pintu.
Brak.
Ribuan kata syukur Angkasa ucapkan dalam hati. Untung saja hidungnya tidak terluka, karena kunci mobil terbang.
"Ya Tuhan … sedikit lagi hidungku bisa patah karena kunci mobil terbang," gumam Angkasa lega.
Dia mengelus dadanya yang berdebar kencang. Ternyata inilah yang dimaksud rasa takut pada istri.
Semua barang bisa terbang bila istri marah. Begitulah petuah dari bapak-bapak yang takut istri.
"Brrr … lebih baik aku kabur sebelum dia keluar," gumam Angkasa pelan.
Baru tiga langkah, kerah baju Angkasa ditarik oleh Cika dari belakang, membuat pria itu terpaksa memundurkan langkahnya.
Mata Angkasa nyaris keluar dari tempatnya dikala melihat Cika sudah berdiri di depan pintu dengan sorot mata yang amatlah tajam.
Persis seperti emak-emak yang siap menerkam anaknya yang nakal.
"Cika … a-aku …."
Belum sempat Angkasa menyelesaikan ucapannya. Cika terlebih dahulu menyela, wanita itu menatap tajam Angkasa yang ketakutan.
"Berani sekali kamu masuk kamarku tanpa izin!" sentak Cika dengan nada tinggi.
Angkasa tersadar akan suatu hal. Dia langsung melepaskan tangan Cika dari kerah bajunya. Dia merapikan baju lalu menatap Cika aneh.
"Ini kamarku, bukan kamarmu," bantah Angkasa dengan nada tegas.
Cika menganggukkan kepalanya paham. Setelah itu dia segera masuk ke dalam kamarnya.
Angkasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Cika. Dia membuka pintu dan terkejut melihat Cika memasukkan baju ke dalam kopernya.
"Hey … kamu mau ke mana?" tanya Angkasa panik.
Dia mengeluarkan pakaian Cika yang ada di dalam koper. Sepertinya Cika benar-benar marah padanya.
"Inu kamarmu, ini rumahmu. Jadi, lebih baik aku angkat kaki dari rumah ini!" ketus Cika dingin membuat bulu kuduk Angkasa merinding.
"Jangan, Cik. Kamu jangan gini, ah. Kenapa sih kamu tensi banget akhir-akhir ini? Padahal aku udah minta maaf dan berniat memperbaiki hubungan kita! Tapi, kamu malah begini …kayak anak kecil saja."
Angkasa tak tahan melihat tindakan Cika. Dia mengeluarkan semua isi hatinya. Selama ini Angkasa telah merenungi kesalahannya. Dia akan memperbaiki semua itu. Tetapi, Cika menutup celah.
"Aku anak kecil? Aku kayak anak kecil? Kalau begitu kita pisah saja. Aku udah nggak tahan sama kamu, Kak. Selama ini aku cuma jadi istri pajangan kamu! Jadi, untuk apa mempertahankan rumah tangga yang dari awalnya tidak kamu inginkan ini!" sarkas Cika dengan tepat menghujam hari Angkasa.
Sungguh hati pria itu terasa sakit mendengar ucapan istrinya. Sampai kapanpun dia tidak mau berpisah, karena Angkasa telah jatuh dalam pesona Cika. Hari-harinya terbiasa bersama gadis cupu ini.
Angkasa menggelengkan kepalanya cepat.
"Aku tidak mau … enggak … enggak … aku nggak mau pisah!" tegas Angkasa dengan cepat.
Bola mata pria itu merah menyala seperti orang yang sedang menahan tangis. Dia teringat rumah tangga orang tuanya telah rusak dan tidak mau rumah tangganya nya yang baru seumur jagung juga rusak.
Cika mendongak. Postur tubuh Angkasa seperti atlet. Dia mendongak guna menatap Angkasa.
"Kenapa tidak mau pisah, huh? Bukannya kamu tidak cinta sama aku? Bukannya, kamu yang tidak mau pernikahan ini?"
Cika menantang Angkasa. Dia menunjuk dada bidang suaminya.
Angkasa mencekal tangan Cika. Dia menatap tajam istrinya.
"Aku cinta sama kamu … aku sayang sama kamu. Aku sadar kalau selama ini aku punya banyak salah. Aku punya banyak kekurangan, aku kurang perhatian sama kamu. Aku abai sama kamu … aku sadar dan aku minta maaf. Tolong maafkan aku, Cika. Maaf kalau aku terlambat mengatakan ini semua sama kamu … tapi … tapi, Cika. Tolong … tolong jangan pisah sama aku."
"Aku sudah terbiasa menjalani hari-hariku bareng kamu. Aku tidak mau sendiri lagi … aku tidak mau ditinggalkan. Tolong, jangan tinggalkan aku … seperti orang tuaku yang meninggalkanku."
Cairan bening yang sedari tadi menumpuk di pelupuk mata Angkasa kini tumpah begitu saja. Mengalir membasahi pipi Angkasa.
Pria itu tidak mampu menahan tangisnya. Dia tidak mau sendiri lagi, Angkasa menangis di depan Cika.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidupnya, Angkasa menangis di depan orang lain.
Dia tampak lemah. Berbeda dengan Angkasa yang biasanya. Arogan dan sombong.
Sekarang pria itu gak lebih dari anak kecil yang takut dibuang oleh ibunya.
"Tolong … jangan tinggalkan aku," lirih Angkasa di sela-sela tangisnya.
Jantung Cika berdegup kencang. Sedari tadi dia terpana dengan pengakuan cinta Angkasa.
Ada rasa sakit pada bagian dadanya, ketika mendengar permohonan Angkasa. Sebenarnya Cika juga tidak serius, gadis itu hanya ingin melihat kesungguhan Angkasa.
Apakah pria itu benar-benar mencintainya atau tidak. Sebab, perilaku Angkasa sejak pulang dari piknik sangatlah berbeda. Pria itu peduli padanya dan bertahan dekat dengannya.
Kemarin Cika ragu kalau Angkasa telah berubah. Namun, sekarang dia yakin bila Angkasa benar-benar mencintainya.
Cika meneteskan air matanya. Dia langsung memeluk erat tubuh Angkasa. Mengusap punggung pria itu, berusaha menenangkan Angkasa yang sedih.
"Jangan tinggalkan aku … aku tidak mau sendiri lagi," bisik Angkasa dengan suara serak.
Cika menganggukkan kepalanya. Dia mengecup dada bidang Angkasa berkali-kali. Seolah mengatakan bila semuanya akan baik-baik saja.
"Maafin aku, Kak. Aku janji … aku janji … tidak akan tinggalin kamu lagi. Asalkan kamu beneran cinta sama kamu," ujar Cika dengan suara parau.
Angkasa merasa senang. Ada kehangatan di dalam hatinya mendengar ucapan sang istri.
Keduanya berpelukan mesra selama beberapa menit. Lalu Angkasa melonggarkan pelukannya. Dia menatap Cika penuh arti.
Tanpa sadar bibir keduanya menyatu.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments
Siti Fatimah
ini cerita ada kelanjutannya atau cuma sampai di sini aja 🤔
2023-12-25
0
A_zzhlivya
kak kapan up😭😭😭
2023-11-05
0
Nur 91🍃
next kak
2023-10-30
0