Pernikahan Angkasan & Cika

Waktu bergulir cepat. Tidak terasa hari ini adalah hari H pernikahan Angkasa dan Cika. Seperti permintaan mempelai pria, dia tidak mau ada pesta mewah seperti yang diinginkan oleh ibu dan ayahnya. Angkasa hanya mau menikah di KUA.

"Sah!"

"Sah!"

Angkasa dan Cika telah sah menjadi suami istri. Tidak ada orang tua dari Cika, karena ayah Cika telah meninggal tiga tahun lalu dan ibu Cika telah meninggal saat Cika sedang menempuh pendidikan di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

Hanya ada tiga adik perempuan Cika yang masih belia ikut hadir di sana. Mereka sangat bahagia, karena sang kakak telah menikah.

"Silahkan cium tangan suaminya, Nak!" pinta penghulu membuat Cika malu-malu menjabat tangan Angkasa lalu mencium punggung tangan sang idola masa sekolah yang kini telah berhasil menjadi suaminya.

Cup.

Angkasa mau tak mau harus mencium kening Cika, karena tidak mau membuat onar di hari pernikahan nya. Terlebih lagi ada tiga bocah yang merupakan adik iparnya.

Setelah mencium kening Cika. Pria itu berbisik pelan di telinga sang istri yang tertutup oleh hijab.

"Entah berapa banyak uang atau janji yang diberikan oleh mamaku padamu. Yang jelas aku tidak pernah mau punya istri sepertimu. Anggap saja hari ini dan seterusnya kita sedang main rumah-rumahan."

Angkasa berbisik pelan membuat tubuh Cika membeku. Ada rasa sedih dan sesak secara bersamaan. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Angkasa tetap keras hati padanya. Meskipun mereka telah menikah.

Tidak apa-apa, Cika … kamu pasti bisa menjalani semua ini. Ini adalah cita-cita kamu semasa SMA, yaitu menikah dengan crush mu. Cintamu sangat besar, pasti akan cukup untuk meluluhkan hati Angkasa.

Batin gadis cantik itu berbicara berusaha memotivasinya agar terus semangat. Dia tersenyum manis lalu menganggukkan kepalanya lembut membuat Angkasa menaikkan alisnya sebelah.

"Siap suamiku," balas Cika lebay.

"Gadis ini … sangat besar kepala. Bahkan, dia masih bisa tersenyum setelah apa yang aku katakan," gumam Angkasa dalam hati.

Dia merasa kesal pada Cika karena tidak menolak tawaran sang ibu. Andai saja Cika tidak menikah dengannya, pasti gadis ini bakal mendapatkan laki-laki yang lebih baik.

Angkasa terlalu buruk untuknya, karena pria itu masih punya luka dan trauma. Angkasa belum selesai dengan dirinya.

"Ck … jangan panggil aku begitu. Terdengar menggelikan," ketus Angkasa elan agar tak terdengar oleh orang lain.

Cika mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Dia tidak peduli apa kata Angkasa yang jelas dia akan berjuang untuk mendapatkan cinta pria di hadapannya ini.

"Selamat ya, Sayang. Akhirnya kamu menempuh kehidupan baru. Semoga saja kamu bahagia bersama Cika," ujar Lena lembut.

Belum sempat Angkasa berbicara. Lena lebih dulu melihat jam yang melingkar di tangan nya.

"Mama tidak bisa lama-lama. Sebentar lagi ada arisan di restoran Citarasa. Mama pergi dulu ya … Cika sayang. Tolong jaga anak mama, ya!"

Lena mengecup pipi menantunya. Sungguh, Cika terkejut mendengar Lena akan segera pergi. Bukan bermaksud tinggi hati ingin Lena tetap di samping mereka. Masalahnya hari ini adalah hari penting bagi Angkasa – putranya sendiri.

Namun, wanita paruh baya ini malah lebih peduli dengan arisan nya.

Lena hendak mencium pipi Angkasa. Akan tetapi, Angkasa lebih dulu menghindar membuat wanita paruh baya itu berdecak sinis.

"Dasar es batu," ledek Lena lalu bergegas meninggalkan KUA.

Herman juga berpamitan. Dia punya rapat penting dan hari ini adalah hari ulang tahun calon istri barunya.

"Papa harus segera pergi. Sebentar lagi ada meeting dan papa juga punya janji sama tante Laura."

Tanpa banyak kata lagi, Herman segera menghilang dari sana. Angkasa menghela nafas berat, meski telah terbiasa dengan sikap abai orang tuanya. Dia masih saja sakit hati.

Cika menggaruk pelipis nya yang tak gatal. Bingung bagaimana sebenarnya kondisi keluarga Angkasa.

"Mereka lebih mementingkan orang lain daripada anak sendiri," gumam Cika dalam hati.

"Kakak … Sela seneng banget, akhirnya kakak lalu juga," pekik Sela adik pertama Cika yang sudah berumur enam belas tahun.

"Hais kamu ini. Emang kamu pikir kakak batang apa?" ketus Cika mencubit pipi adiknya.

Lani adik kedua Cika yang berusia sepuluh tahun menatap Angkasa dengan sorot mata kagum.

"Kakak ipar ganteng banget. Mirip sama Jin!" puji Lani membuat Cika dan Angkasa tersedak ludah.

Plak.

Sela memukul kepala adiknya pelan sambil mengomel.

"Cowok setampan kakak ipar kamu bilang mirip Jin. Kamu kira dia berasal dari bangsa jin, huh!",

Lani mengelus kepalanya yang terasa sakit. Dia menatap sinis sang kakak.

"Jin yang ku maksud bukan jin Tomang, Kak. Tapi, Jin BTS! You know BTS?" tanya Lani memakai bahasa campur ala-ala anak jakarta selatan.

"Tahu … Bakso tetelan sapi, bukan?" celetuk Sela polos membuat Lani membalas memukul kepala kakaknya.

"BTS itu boyband asal Korea Selatan yang lagi hits sekarang. Jin itu world wide handsome. Haiss … capek ngomong sama kutu buku kayak kakak!" ketus Lani dengan nada kesal.

Nina adik bungsu Cika yang berumur delapan tahun membuka ponselnya lalu memperlihatkan gambar Jin BTS pada Angkasa.

"Mirip kan sama kakak? Namanya Jin BTS."

Nina tersenyum manis membuat Angkasa gugup. Dia melihat foto pria Jin BTS sangat tampan. Cika juga mengiyakan ucapan adiknya.

"He'um … bener-bener mirip, cuma kulit Jin BTS lebih putih," imbuh Cika di setujui oleh adik-adiknya yang lain.

"Ganteng ya," puji Sela membuat Lani dan Nina tersenyum puas. Yang dipuji Jin BTS tapi mereka merasa keren karena keduanya adalah Army sejati.

"Tentu dong. BTS gitu loh," balas keduanya serempak.

Angkasa menarik sudut bibirnya samar melihat keakraban adik-adik Cika. Tiba-tiba suara perut Lani terdengar mbuat wajah gadis kecil itu memerah.

"Hehe … cacing perut ku lagi demo minta makan," ujarnya seraya senyum-senyum malu.

"Ayo kita makan siang."

Bukan Cika yang mengajak mereka, melainkan Angkasa. Mereka semua tersenyum cerah termasuk Cika.

Hatinya senang melihat Angkasa yang terlihat menerima ketiga adiknya.

"Tidak apa-apa kamu belum menerima aku, Kak. Tapi, setidaknya kamu menerima ketiga adikku," batin Cika bahagia.

*

*

Setelah makan siang, ketiga adik Cika diantar ke kontrakan mereka. Angkasa melihat bangunan sederhana di depannya.

"Persiapkan semua barang-barang kalian. Lusa atau besok kalian pindah ke apartemen kakak," titah Angkasa canggung saat menyebut dirinya kakak.

Wajah mereka semua berbinar terang mendengar ucapan Angkasa. Cika terlihat tidak enak hati.

"Kak, tidak perlu repot-repot. Kontrakan di sini murah, aku sanggup bayar kok," cicit Cika pelan.

Angkasa mendekatkan bibirnya dengan telinga Cika.

"Anggap saja aku sedang bersedekah untuk anak yatim," bisik Angkasa pelan membuat dada Cika terasa sesak.

Degg.

*

*

Yuhuu … mau up lagi nggak?

Bersambung.

Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰

Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️

Terpopuler

Comments

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Gak sah ngomong kayak gitu jg kali bang....sakit di hati jangan diobatin di kaki.

2023-07-10

1

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Waduh Angakasa...omonganmu gak disaring2. Pedes ngalahin bon cabe.

2023-07-10

0

Pramesti Anjani

Pramesti Anjani

mosok angkasa mirip jin BTS thoorr???bias aku...😄😄

2023-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!