Cika memeluk erat tubuh sang suami. Suasana sejuk oleh air hujan yang jatuh ke bumi membuat gadis cantik itu kedinginan. Seharian ini dirinya amatlah lelah, semuanya berjalan tak sesuai harapan. Ketakutan terus menghantui dirinya, karena ancaman dari pemilik rumah sakit.
Angkasa hanya mampu menghela nafas berat. Dia telah bertanya pada Cika apa yang terjadi sedari mereka bertemu beberapa saat yang lalu. Namun, sang istri tidak berniat menceritakan padanya.
Setelah berjumpa dengan Cika di halte bus. Angkasa langsung membawa istrinya pulang ke rumah. Cika bahkan belum berganti pakaian. Dia masih setia tidur di atas ranjang seraya memeluk tubuh kekar suaminya.
"Kamu kenapa?" tanya Angkasa datar dengan suara lebih pelan dari biasanya. Pria itu berusaha untuk bersikap lembut agar Cika tidak lagi menangis.
Dia tahu kalau saat ini kondisi istrinya sedang sensitif. Sedikit saja salah bisa membuat mata Cika kembali berair.
Cika tidak menjawab. Dia malah semakin merangsek masuk ke dalam ketiak suaminya. Dia hirup aroma maskulin tubuh sang suami.
Jujur saja Angkasa kurang nyaman dalam posisi ini. Membuatnya kepanasan, karena sesuatu yang empuk itu menyentuh dada bidangnya.
"Nggak ada apa-apa," jawab Cika serak membuat Angkasa menghela nafas berat.
Pria itu memijat pangkal hidungnya. Baru kemarin dia menikah, rasanya sudah seperti setahun. Tak pernah terbayangkan sebelumnya kalau dia akan tidur seranjang bersama Cika dalam keadaan saling berpelukan.
Padahal sebelumnya, untuk bersentuhan saja Angkasa enggan.
"Kalau tidak apa-apa, kenapa tadi kamu nangis?" tanya Angkasa berusaha menahan rasa kesalnya.
Cika menggigit bibir bawahnya. Dia takut bercerita, karena tak ingin melihat wajah kecewa Angkasa. Selama ini dia berjuang untuk menjadi dokter agar bisa bersanding dengan Angkasa yang jelas anak orang kaya.
Setidaknya ada sesuatu yang dia miliki dan Angkasa bisa membanggakannya kelak.
Nyatanya semua harapan dan usahanya selama ini telah gagal.
"Tadi cuma capek saja," bohong Cika walau tak sepenuhnya, karena memang gadis itu sangatlah lelah hari ini.
Angkasa menghela nafas berat. Dia mengepalkan tangannya di balik tubuh Cika.
Gadis ini benar-benar menguji kesabarannya yang setipis tisu.
"Kalau kamu tidak mau cerita, lebih baik aku keluar dari sini," ancam Angkasa dengan nada dingin. Pria itu berusaha untuk melepaskan pelukannya. Namun, Cika yang takut langsung mengeratkan pelukan.
Dia tidak mau ditinggal. Saat ini dia sangat membutuhkan pelukan dari Angkasa.
"Jangan pergi jauh. Di sini aja …."
Cika merengek dengan suara serak. Dari suaranya terdengar seperti ingin kembali menangis. Angkasa dibuat pusing tujuh keliling olehnya.
"Makanya cerita sama aku apa yang sebenarnya terjadi. Bukan malah nangis nggak jelas begini!" maki Angkasa dengan nada kesal.
Cika kembali menangis, karena tak suka dibentak oleh Angkasa. Saat ini hatinya sedang kacau. Ditambah lagi Angkasa membentaknya.
"Nangis lagi … nangis aja terus. Sampai kering tuh air mata."
Angkasa memarahi Cika layaknya seorang ibu yang sedang mengomeli anaknya.
"Marahin aja aku terus. Marahin … kalian memang sama. Nggak pernah ngertiin aku! Aku capek tahu, nggak?!"
Cika mengeraskan tangisnya. Hatinya terasa sesak. Angkasa bukannya menenangkannya, malah memarahi dirinya.
Lagi dan lagi Angkasa menghela nafas berat. Dia tidak punya pengalaman merayu wanita atau membujuk perempuan yang sedang menangis agar tenang.
"Terserah lah, kamu mau nangis atau ketawa itu urusan kamu juga. Capek aku ngurusin kamu! Urus diri aja belum kelar, malah ngurus kamu yang cengeng tanpa sebab!"
Angkasa menggerutu kesal lalu melepaskan pelukannya dan bangkit dari ranjang.
Pria itu memilih keluar dari kamar tanpa menoleh ke belakang meninggalkan Cika yang masih saja menangis.
Pria itu yakin kalau Cika nantinya akan diam dengan sendirinya tanpa harus dibujuk.
"Biarin saja … palingan nanti juga diam sendiri dia," gumam Angkasa pelan lalu masuk ke kamar tamu.
Sedangkan Cika di dalam kamar hanya bisa menangis guna meluapkan rasa sesak dalam dada. Sang suami mengabaikan dirinya.
"Selalu saja begini … kalau sedih selalu sendiri," gumam Cika pelan dengan hati yang teramat sakit.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Angkasa bukan orang yg peka Cika...terlalu banyak masalah dalam hidupnya. Seharusnya kamu cerita. Wlo gak dapat solusi tp paling gak kamu akan merasa lebih baik karna beban berkurang.
2023-07-10
0
💥💚 Sany ❤💕
Seharusnya kamu cerita Cika...jangan diam n nangis ja. Dah tau suamimu kayak gitu.
2023-07-10
0
Suherni Erni
Lah jadi pere puan tolol..ditanya bilang ngga pa2 tp nangis2.goblok namanya..yg perempuan aja jengah apalagi laki.tolol
2023-06-23
0