Seorang gadis cantik menatap tajam ke arah pemuda tampan di hadapannya. Mata gadis itu berkaca-kaca seperti lampu taman yang hampir pecah. Dia merasa kesal, karena telah gagal menikmati hari libur bersama dengan teman-teman kuliahnya.
"Kamu apa-apaan sih?" sentak Cika dengan nada kesal membuat Angkasa menaikkan alisnya sebelah.
Kali ini Angkasa merasa tersinggung. Dia kesal karena sang istri berani meninggikan suara di hadapannya. Terlebih lagi mereka berdua saat ini berada di pantai.
Ya, setelah perdebatan panjang di rumah. Angkasa menculik gadis itu secara paksa dan membawanya ke pantai terdekat. Seperti yang dikatakan oleh Angkasa sebelumnya, kalau dia ingin piknik bersama sang istri.
"Perhatikan sikapmu. Kita sedang berada di depan umum," desis Angkasa penuh penekanan membuat Cika mengepalkan tangannya erat. Dia muak dengan sang suami yang sangat suka mengaturnya hari ini.
Tidak masalah kalau sikap Angkasa seperti ini dari awal mereka menikah. Bukan mengabaikannya di awal, lalu memperlakukan dirinya seperti seorang istri sekarang.
"Terserah. Aku mau pulang!" tegas Cika menatap tajam sang suami. Dia benar-benar lelah dengan sikap Angkasa yang tiba-tiba menjadi diktator.
Gadis itu ingin beranjak dari sana. Mengabaikan tikar yang sudah Angkasa bentangkan di pasir pantai. Banyak makanan lezat tertata rapi di atas sana.
Angkasa mengepalkan tangannya erat. Baru saja Cika bangkit berdiri, tangannya langsung ditarik oleh Angkasa dan membuat gadis itu langsung terjatuh di atas pangkuannya.
Tubuh Cika membatu saat Angkasa merengkuh erat oleh sang suami. Angkasa mengunci pergerakan Cika agar gadis itu tidak bisa beranjak dari sana.
"Lepasin," lirih Cika pelan. Pipinya merona merah, karena posisinya dan Angkasa terlalu intim.
Cika memberontak. Namun, Angkasa semakin erat memeluk pinggangnya. Pria itu bahkan menggigit bahu mulus Cika. Tak tahu saja gadis itu jikalau pergerakannya mampu membangunkan adik kecil Angkasa.
Pria itu menghela nafas berat. Berusaha sekuat mungkin untuk menahan hasratnya. Jika tidak mengingat mereka sedang berada di depan umum. Bisa saja Angkasa leas kendali dan menerkam Cika saat ini juga.
"Jangan goyang-goyang, nanti dia bangun beneran," bisik Angkasa dengan suara serak. Lalu mengecup daun telinga Cika membuat gadis itu menahan nafasnya sesaat.
"Oh my God. Dia mimpi apa semalam? Kenapa sampai berani cium aku?" batin Cika bertanya-tanya.
Tubuh Cika semakin membatu saat merasakan sesuatu yang menusuk dan keras di bawah bokongnya. Dia bukan gadis bodoh yang tak tahu benda keras apa itu.
Dia adalah seorang dokter. Tentu saja tahu organ apa saja yang dimiliki oleh laki-laki. Tahu kalau sesuatu yang menusuk itu mampu menyemburkan benih ke dalam rahimnya, sehingga membuat dirinya melahirkan seorang anak.
"Aku risih … pisang kamu tusuk-tusuk aku dari tadi." Begitulah kira-kira isi hati Cika. Dia ingin mengatakan hal tersebut pada Angkasa. Tetapi, dia tidak berani.
Angkasa tersenyum manis saat berhasil membuat Cika tak berkutik. Tangan kirinya masih melingkar di pinggang Cika, sedangkan tangan kanannya bergerak untuk mengambil dimsum dengan sumpit.
"Buka mulutmu," titah Angkasa lembut.
Seolah terhipnotis dengan sorot mata teduh Angkasa. Gadis muda itu membuka mulutnya.
Cika mengunyah dimsum dengan pelan. Daging ayam yang sudah dicincang itu terasa lezat dalam mulutnya.
Seperti anak kucing yang diberi kasih sayang dan makanan, berubah dari liar menjadi manja. Begitulah Cika saat ini.
Angkasa hanya bisa tersenyum puas dalam hati. Akhirnya, sang istri tidak lagi protes.
"Kamu cantik kalau penurut kayak gini," puji Angkasa tulus mampu membuat hati Cika tergelitik. Seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya lalu menjalar ke ulu hati.
Cika mengedipkan matanya berkali-kali. Saking gugup mendengar pujian dari pria yang ia cintai.
"Meleleh adek, Bang," jerit Cika dalam hati.
Angkasa memperhatikan bibir Cika yang sangat menggoda imannya. Perlahan dan pasti dia mendekatkan bibirnya dengan bibir Cika.
Cup.
Bibir keduanya menyatu. Angkasa yang sudah berhasrat sedari tadi langsung saja menghajar sang istri di sana. Seolah lupa kalau mereka sedang berada di tempat umum.
Cika tak kalah semangat membalas ciuman sang suami. Perlahan Angkasa merebahkan tubuh sang istri di atas tikar.
Mereka berdua tak jadi menyantap makanan. Melainkan saling menyantap satu sama lain.
Cika hanya bisa mengalungkan kedua tangannya di leher sang suami. Dia menahan tengkuk Angkasa guna memperdalam ciumannya.
Saat ciuman Angkasa turun ke leher jenjangnya. Barulah Cika tersadar, bila mereka sedang berada di tengah umum. Langsung saja dia mendorong dada bidang suaminya dengan cepat.
"Kita lagi di tempat umum," bisik Cika pelan.
"Berarti kalau bukan di tempat umum boleh, dong?" Angkasa bertanya dengan nada sensual. Dia menggoda istrinya. Mengedipkan matanya sebelah, berhasil membuat Cika menelan ludahnya kasar.
Dia telah gugup. Pertanyaan Angkasa sangatlah menjebak.
"Kita ke sini untuk piknik. Piknik artinya makan, bukan malah bersetubuh," desis Cika galak. Dia teringat dengan kelakuan Angkasa yang sangat menyebalkan.
"Bersetubuh juga termasuk makan. Aku makan kamu, kamu makan aku," goda Angkasa tak mau berhenti.
"Terserah kamu, ah. Capek ngomong sama orang kayak kamu!" Cika berkata dengan nada kesal.
"Terserah berarti boleh, 'kan?"
Cika menggelengkan kepalanya cepat. Dia mengepalkan tangannya erat, geram dengan hatinya sendiri yang ikut berdebar saat digoda oleh Angkasa.
Padahal masih terekam jelas bagaimana perlakuan Angkasa padanya selama ini.
Selalu abai dan tidak pernah mau peduli padanya.
"Tidak! Aku tidak mau bersetubuh dengan pria yang tidak mencintai aku!" tolak Cika dengan keras.
"Aku cinta sama kamu," jawab Angkasa cepat.
Degg.
Secepat itukah? Mengapa sang suami menyatakan hal demikian?
"Maksud kamu apa?" tanya Cika serius.
"Aku cinta sama kamu," ulang Angkasa lagi.
Cika tertawa miris. Dia menertawakan dirinya yang tampak menyedihkan.
"Kamu pura-pura cinta sama aku. Kamu bohong bilang begitu, agar aku mau bersetubuh sama kamu, 'kan? Jangan kira aku nggak tahu isi pikiran cowok seperti kamu!" sergah Cika dengan penuh penekanan. Dia mendorong Angkasa lu bangkit dari sana.
Pria itu termangu. Dia menatap punggung Cika yang telah menjauh. Hatinya terasa sangat sakit mendengar tuduhan Cika.
"Padahal, aku memang cinta sama dia," gumam Angkasa pelan seraya menyentuh dadanya yang terasa sesak dari dalam.
*
*
Mohon maaf lahir dan batin semuanya. Semoga kita menjadi lebih baik ke depannya dan selalu berada dalam lindungan Allah.
Terima kasih sudah menunggu author update ❤️🌹
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments
istrina onet
ayo Angkasa buktikan kalau kamu benar2 cinta sma Cika...
thorrrr ayo up lgi
2023-07-09
1
fabian DZ DEVANDHI
thorrr ayolah sgera double up nya..he
2023-07-06
0
Katminten
wah akhirnya Angkasa cinta juga sama Cika
2023-07-02
1