Pasca kejadian beberapa malam yang lalu, yaitu saat Cika ditinggalkan sendirian di dalam kamar oleh Angkasa membuat gadis itu berubah. Raut wajahnya tak lagi ceria dan ramah.
Bahkan, Cika bersikap acuh tak acuh pada Angkasa. Ia menjadi sangat dingin. Awalnya pria itu berpikir Cika pasti hanya marah sebentar lalu baikan lagi. Nyatanya tak semudah itu.
Hari ini merupakan hari cuti Cika. Tinggal beberapa hari lagi jadwal magangnya di rumah sakit telah berakhir. Gadis itu tampak serius menonton drama Korea bertajuk 'Dr. Romantic'.
Terlalu serius menonton drama Korea sampai-sampai tidak sadar jikalau sudah ada Angkasa duduk tak jauh darinya.
"Kamu tidak masak?" tanya Angkasa dingin.
Pria itu hanya basa-basi. Jujur saja kalau ada rasa aneh dalam hati Angkasa saat istrinya bersikap dingin. Terlebih lagi rasa bersalah masih melekat di dalam hati karena telah meninggalkan Cika seorang diri saat sedang rapuh.
"Untuk?" Cika membalas tak kalah dingin. Dia bahkan tidak melihat wajah kesal Angkasa. Gadis itu terlalu fokus pada layar televisi di hadapannya.
"Untuk kita. Sebentar lagi waktunya makan siang."
Angkasa memperjelas berharap Cika menoleh ke arahnya. Sesuai harapan, Cika melihat dirinya.
Namun, ada rasa sakit tak berdarah saat melihat sorot mata Cika menatap dirinya dengan sorot mata dingin. Tidak ada lagi kehangatan di dalamnya.
"Kalau lapar kamu bisa pesan go food saja. Lagian percuma aku masak, kamu juga nggak bakal makan. Yang ada mubazir … eh, tidak mubazir. Soalnya kamu kaya," sindir Cika mampu membuat dada Angkasa sesak.
Pria itu tersinggung oleh perkataan Cika. Benar yang dikatakan istrinya kalau selama ini dia tidak pernah mau memakan masakan Cika.
Angkasa mengepalkan tangannya erat. Amarah dalam hatinya berkobar-kobar, tak suka dengan sikap Cika yang dingin dan tak tersentuh seperti saat ini.
"Kamu kok gitu sih?!"
"Gitu gimana?" tanya Cika cepat dengan nada kesal.
"Ya kamu berubah. Sekarang kamu cuek dan dingin sama aku. Bahkan, kamu tidak memanggil aku kakak lagi! Padahal sudah jelas kalau aku lebih tua dari kamu dan perlu kamu ketahui aku adalah suami kamu yang tentunya harus kamu hormati. Bukan malah kamu cuekin!" sergah Angkasa dengan nada yang lumayan tinggi.
Dia meluapkan rasa sesak dalam hatinya selama ini. Sikap Cika yang seperti sekarang membuat Angkasa kesal. Gadis ini amat menguji kesabarannya.
Tak tahu saja kalau Angkasa bukanlah laki-laki sabar.
Cika terkekeh geli. Dia menatap Angkasa dengan ekor matanya. Merasa jenuh akan sikap Angkasa yang semena-mena.
"Aku tidak berubah. Cuma sekarang aku lebih sadar diri saja kalau perjuanganku selama ini sia-sia. Sampai kapanpun aku tidak bisa memiliki kamu meski secara hukum negara dan agama kamu adalah milikku, suamiku. Tetapi, faktanya tidak seperti itu. Kita memang tinggal di atap yang sama. Tapi, perasaan kita tidaklah sama. Aku cinta sama kamu, tapi kamu tidak. Maka dari itu, aku lebih memilih mengubur rasa cinta ini agar hatiku tidak sakit karena sikap tidak peduli mu itu!" sarkas Cika mampu membuat Angkasa terkejut.
Rasa sesak itu semakin parah saat mendengar Cika akan mengubur rasa cinta untuknya.
Mengapa dia harus sakit hati? Bukankah, selama ini Angkasa memang tidak mencintai Cika?
Lantas mengapa dia marah?
Suara bel rumah berbunyi membuat Cika tersenyum paksa. Dia menatap bulatan jam dinding. Sudah saatnya dia pergi untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.
"Oh ya, aku keluar dulu bareng anak-anak Koas. Pulangnya mungkin habis magrib!"
Angkasa baru sadar kalau penampilan Cika sudah sangat rapi dan cantik. Gadis itu mematikan televisi, lalu memakai tas selempang di bahu kanannya.
"Aku tidak suka … aku tidak suka dengan sikapnya sekarang. Aku mau dia peduli padaku lagi," gumam Angkasa kesal lalu mengikuti Cika dari belakang.
Betapa terkejutnya Angkasa saat melihat sosok yang amat ia kenali berbincang dengan Cika di depan pintu rumah.
"Oho … kamu cantik sekali hari ini, Cik," puji pria itu membuat Cika tersenyum malu.
"Emang kemarin-kemarin aku nggak cantik gitu," ketus Cika pura-pura kesal.
"Ah, bukan begitu. Kamu selalu tampil cantik. Hanya saja hari ini kamu lebih cantik karena dandan," jelas pria itu berhasil memancing amarah Angkasa.
"Ya udah yuk ke mobil. Anak-anak sudah tunggu di dalam!" ajak pria itu seraya menggandeng tangan Cika.
Langkah kaki keduanya terhenti. Pria itu menoleh ke belakang saat Cika tidak mengikutinya. Terkejut melihat sosok laki-laki yang merupakan teman sekolahnya dulu.
"Angkasa!" pekiknya terkejut.
Cika juga terkejut saat tangannya tiba-tiba ditarik oleh Angkasa. Namun, gadis itu langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi datar.
"Lepasin. Aku harus pergi!" dengus Cika kesal seraya menatap sinis Angkasa.
"Kamu tidak boleh pergi! Kamu harus menetap di rumah!" larang Angkasa tak bisa dibantah.
Auranya sangatlah mengintimidasi Cika dan temannya. Akan tetapi, gadis cantik itu tetap kukuh ingin melawan Angkasa. Dia tidak ingin berada di rumah, karena salah Angkasa sendiri yang membuat Cika tidak betah.
"Tidak mau! Aku mau main bareng anak-anak lain!" tolak Cika tegas berusaha melepaskan tangan Angkasa.
Angkasa mengepalkan tangannya erat. Dia semakin mencengkram lengan Cika sehingga membuat gadis itu meringis kesakitan.
Tentu saja ringisan Cika membuat sang teman langsung bertindak membela hak kebebasan Cika.
"Hey Bung, biarkan dia pergi. Lagi pula kamu tidak punya hak melarangnya untuk pergi!"
Kevin adalah salah satu senior yang dekat dengan Cika di sekolah dulu. Sikap pria itu hangat dan baik, dia menjabat sebagai ketua OSIS di jaman sekolah.
Tentu saja Kevin dekat dengan Cika karena gadis itu merupakan siswa berprestasi yang tentunya dikenal oleh banyak orang. Hanya saja orang-orang memilih abai terhadap Cika, sebab paras gadis itu dulu amatlah cupu.
Kembali lagi pada Angkasa. Dia tersenyum sinis mendengar perkataan Kevin.
"Aku punya hak untuk melarangnya karena aku adalah suaminya!" jelas Angkasa dengan nada dingin membuat Kevin membatu. Dia terkejut bukan main mendengar pengakuan Angkasa.
Pasalnya pria itu memiliki rasa yang dikhususkan untuk Cika.
"Cik," lirih Kevin pelan menoleh ke arah Cika. Ia melihat gadis yang ia suka menundukkan kepala.
Kontras sekali kalau apa yang diucapkan oleh Angkasa fakta. Seharusnya bila bohong maka Cika akan mengelak kalau apa yang dikatakan Angkasa salah.
"Sudah jelas sekarang, 'kan. Lebih baik kalian saja yang pergi, karena aku dan istri kecilku ini sebentar lagi akan piknik!" Angkasa memeluk pundak istrinya dari belakang. Tak lupa dia melabuhkan ciuman hangat pada pipi Cika membuat gadis itu terhenyak.
Kevin tak sanggup melihat gadis yang dicintainya bersama pria lain. Ia langsung berbalik meninggalkan pekarangan rumah Angkasa.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Ada bau gosong ne 🤣🤣🤣🤣. Ternyata Angkasa bisa cemburu jg.
2023-07-10
0
Yunia Afida
makanya jangan cuekin melulu, dicuekin ganti marah
2023-06-27
1
istrina onet
idihhh kalau kmu merasa suaminya Cika perlakukan Cika semestinya sebagai seorang istri,,😒😒😒
2023-06-26
2