Ada Pisang?

Angkasa menghela nafas berat. Dia cukup merasa sangat lelah hari ini. Entah mengapa berdekatan dengan Cika membuat tenaganya berkurang banyak. Cika amatlah agresif, gadis cupu yang dulu sering mengejarnya kini telah bertransformasi menjadi gadis dewasa berparas cantik.

Tubuhnya yang dulu kurus dan tak berbentuk. Kini punya aset yang sangat ketat dan lumayan besar. Sangat menggiurkan bagi pria seperti Angkasa.

Namun, dia sekuat mungkin untuk menahan diri agar tak hilang akal. Meski keduanya telah menikah, Angkasa tetap memegang teguh pada prinsipnya untuk tidak melakukan hubungan badan dengan Cika.

Dia tidak ingin ada penyesalan nantinya. Kalau sampai dia menceraikan Cika, setidaknya gadis itu masih perawan.

"Hah … gadis itu benar-benar menguji iman ku," gumam Angkasa pelan.

Angkasa merasa gerah. Dia segera membuka pakaiannya dan beranjak masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu ingin membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

Seharian bersama Cika dan tiga adik iparnya membuat Angkasa merasa penat.

Ada rasa hangat saat mengingat tiga wajah adik iparnya. Angkasa merupakan anak tunggal, dulu dia sangat ingin punya adik. Namun, orang tuanya tidak mau memberinya adik. Sekarang dia punya tiga adik sekalipun.

"Huff … segarnya," gumam Angkasa pelan seraya menikmati rendaman air dingin.

Pria itu menenggelamkan seluruh tubuhnya agar rasa dingin itu menyeluruh ke seluruh tubuh. Angkasa merasa sangat segar, namun dia lupa suatu hal.

Pintu kamarnya tidak dikunci begitupun dengan pintu kamar mandi. Terbiasa hidup sendiri membuat Angkasa lupa kalau dirinya telah menikah.

*

*

Cika masuk ke dalam kamar suaminya. Tadinya dia tidak tahu di mana letak kamar sang suami. Namun, ada pelayan yang membawanya kemari.

"Waw … kamar ini sangat luas," puji Cika lagi dan lagi. Sungguh, dia sangat kagum dengan dekorasi rumah Angkasa. Sangat klasik dan mewah dipandang.

"Haiss … aku gerah sekali," gumamnya pelan.

Sang gadis memilih membuka pakaian kebaya yang dia pakai. Dia menanggalkan semaunya hingga tak tersisa, lalu Cika masuk ke dalam kamar mandi. Dia tidak tahu kalau ada orang di kamar mandi. Sebab, setahunya Angkasa tadi pergi entah ke mana.

Cika memilih mandi di bawah shower. Gadis itu mencuci rambutnya semua peralatan di kamar mandi adalah milik Angkasa.

"Hmmm … aroma shampo mahal emang beda," gumam Cika pelan.

Dia terus memijat kepalanya. Angkasa yang tadinya cuma berendam sebentar, langsung naik ke permukaan. Pria itu belum sadar kalau ada Cika di dalam kamar mandi.

Seperti kebiasaan Angkasa sebelumnya. Setelah berendam dalam air, dia pasti akan mengguyur tubuhnya di bawah shower.

Pria itu bangkit berdiri. Matanya melebar sempurna saat melihat punggung polos seorang gadis. Matanya nyaris melompat dari tempatnya.

"Aaaa!" teriak Angkasa kencang membuat Cika menoleh ke arahnya.

"Aaaa! Pisang!" jerit Cika keras saat melihat sesuatu berbentuk panjang dan lonjong berada di sela-sela paha Angkasa.

Pria itu langsung menutup aset kebanggaan nya. Begitupun dengan Cika yang langsung menutup squishy dan hutan rimba nya.

"Kakak ngapain di situ?" tanya Cika panik tak berani bergerak karena takut aset nya kelihatan.

Padahal tadi saja gadis muda itu menggoda Angkasa agar mau melakukan hubungan intim dengannya. Nyatanya saat sedang berada dalam keadaan intim seperti saat ini. Dia sudah ketakutan dan menjerit hebat.

"Kamu yang ngapain di sini? Ini kamar mandi ku! Keluar cepat!" sentak Angkasa dengan nada tinggi. Dia tidak bisa tenang bila berduaan dengan sang istri baru dalam sebuah kamar. Apalagi keduanya sama-sama tak berpakaian saat ini.

"Kamar mandi kakak sudah jadi kamar mandi ku juga. Kita ini suami istri!" balas Cika berani membuat Angkasa memberanikan diri menoleh ke arahnya.

"Tidak! Ini tetap kamar mandi ku. Kalau kamu mau mandi, sana di kamar tamu. Bukan di sini," jelas Angkasa serius dengan nada yang masih tinggi.

Dia cukup kesal pada Cika karena berani masuk ke dalam kamarnya tanpa izin. Bisa-bisanya gadis di hadapannya ini tidak tahu malu.

"Ya udah kita mandi berdua saja!" Cika memberanikan diri menurunkan tangannya.

Tuing.

Dua aset kebanggaan Cika tampak dilihat oleh Angkasa dengan jelas. Pria itu menelan ludahnya kasar, sebagai pria normal dia pasti tergoda dengan apa yang diperlihatkan oleh Cika.

"Tetap di situ, Cika. Jangan berani mendekat. Kalau kamu mau mandi silahkan, tapi cepat! Atau aku akan marah!" sentak Angkasa putus asa.

Dia sedang berperang dengan hawa nafsu nya sendiri. Dia tidak mau lepas kendali dan menjadikan Cika sebagai objek pelampiasan nya. Bagaimana pun dirinya tidak mencintai Cika.

Namun, perintah Angkasa tidak diindahkan oleh Cika. Gadis muda itu mengambil kesempatan dalam kesempatan.

Dia berjalan mendekati Angkasa lalu dengan berani masuk ke dalam bathtub. Pria itu terkejut saat mendengar gemericik air. Dia mendingan dan tampak Cika sedang menurunkan bokongnya agar duduk di dalam bathtub.

Angkasa langsung bangkit berdiri. Kesabarannya sudah habis. Tidak peduli Cika akan melihat aset nya.

Pipi Cika merona saat benda panjang dan lonjong itu tepat berada di wajahnya. Dia mengira kalau Angkasa akan menyuruhnya memanjakan adik kecil Angkasa.

"Aku lupa kalau kamu hanya gadis kampung dan miskin. Melihat kamar mandi mewah seperti ini adalah anugerah untukmu. Apalagi kalau bisa mandi di sini sudah pasti menjadi berkah. Lanjutkan ritual mandi mu. Aku akan keluar!" sarkas Angkasa dengan nada dingin dan pedas sekali kata-katanya.

Degg.

Semburat merah di pipi Cika berganti dengan raut wajah pucat pasi. Perkataan suaminya memang sangat menyakitkan. Hari ini sudah sangat banyak kata-kata jahat yang keluar dari lisan Angkasa untuknya.

"Kak," panggil Cika pelan.

Angkasa tak peduli, pria itu berjalan mendekati rak handuk lalu mengambil dan melilitkan handuk di pinggangnya. Kemudian berjalan keluar dari kamar mandi.

Tes.

Cairan bening keluar membasahi pipi Cika. Gadis muda itu memeluk lututnya dan menenggelamkan wajah di sela-sela lutut. Dia menumpahkan tangisnya semua isi hatinya yang terasa sangat sakit.

Hari ini sangat banyak luka.

Lantas bagaimana dengan hari esok, esok dan esoknya lagi?

Apakah Cika akan kuat?

"Jahat kamu, Kak. Jahat … hiks … dari dulu kamu tidak pernah mau peduli padaku," ujar Cika di sela-sela tangisnya.

Akan tetapi, air mata itu hanya keluar sesaat. Karena Cika kembali tersenyum lebar.

"Hihi … untuk apa aku galau seperti ini? Setidaknya aku sudah menikah dengan kak Angkasa – idola cewek-cewek masa SMA dulu. Dia juga kaya raya … hihi … kalau dia buat aku kesal lagi, tinggal habiskan uangnya saja," Cika bermonolog pada dirinya sendiri.

Dia tertawa cekikikan di dalam kamar mandi. Gadis itu cukup cerdik dan logika nya lebih dominan dari perasaan.

Perasaannya memang sakit karena lisan Angkasa amatlah kejam.

"Ternyata begini rasanya jadi orang kaya. Nangis sambil berendam pakai air dingin. Pakai shampoo mahal yang nggak ada iklannya di TV. Aaaa … belum lagi kalau patah hati terus nangis di Burj Khalifa. Hihi … rasanya pasti menyenangkan," ungkap Cika bahagia.

*

*

Guys, banyakin komentar nya dong biar author semangat. Jangan lupa kopi nya juga yah 😘🥺🙏🌹

Bersambung.

Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰

Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️

Terpopuler

Comments

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Pingin banget kusumpal mulut Angakasa pakek Saos cabe.
Jaga mulut mu Ang...ntar nyesel lho. Sabar itu jg da batasnya bang.

2023-07-10

0

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Ntah napa sikap Cika selalu bikin ketawa. Jangan patah semangat Cika....ne baru permulaan. Tetap semangat caikan es balok 😁😁😁.

2023-07-10

0

Yunia Afida

Yunia Afida

jika kamu juga jualmahal suamimu bikin kesel habisin duitnya aja, aku aja kalo kesel selalu beli apa aja yang aku pengen termasuk makanan ada terang bulan cilok lalapan dll semua yang lewat diborong

2023-06-07

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!