Seseorang mengetuk pintu kamar Angkasa. Membuat pria tampan itu mengernyitkan dahinya. Perasaan di rumah hanya ada dirinya.
Atau jangan-jangan orang tuanya rlah pulang?
"Angkasa, buka pintunya! Mama mau bicara!" teriak wanita paruh baya yang berdiri di luar kamar, senantiasa mengetuk pintu kamar Angkasa. Berharap sang putra membuka pintunya.
Angkasa yang berada di dalam kamar hanya bisa mengumpat kesal. Ketenangan jiwanya diusir oleh sang ibu.
Entah keributan apa yang telah ia lakukan, sehingga ibunya yang super sibuk meluangkan waktu untuk berbicara dengannya.
Segera pria tampan itu bangkit dari ranjang lalu membuka pintu kamar. Tampak seorang wanita dewasa berdiri tepat di hadapannya.
"Mau bicara apa?" tanya Angkasa dengan nada datar.
Huff … wanita paruh baya itu menghela nafas berat melihat wajah dingin putranya. Tampak Angkasa sedang tidak ingin diganggu.
"Setidaknya izinkan mama masuk ke dalam kamar kamu dulu, biar kita nyaman bicara sambil duduk," ujarnya membuat Angkasa memutar bola matanya malas.
"Aku yang tidak nyaman bila ada orang asing masuk ke dalam kamarku," tukas Angkasa dengan santai membuat sang ibu mengepalkan tangannya erat.
Dia menatap tajam Angkasa seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.
"Mama bukan orang asing. Mama yang sudah melahirkan kamu, Angkasa! Jangan kurang ajar kamu?!" bentak wanita itu dengan nada tinggi.
Terdengar suara kekehan keluar dari mulut Angkasa. Pria tampan itu melihat ibunya dengan sorot yang tak dapat diartikan.
"Anda adalah wanita yang melahirkan saya. Tapi, Anda bukanlah Mama saya! And by the way, wajar kalau saya kurang ajar. Karena tidak ada yang mengajari saya untuk berperilaku sopan santun!" sarkas Angkasa mampu membuat wanita di hadapannya itu terhenyak.
Ucapan Angkasa mampu memukul harga dirinya. Akan tetapi, keangkuhan dan sifat merasa paling benar sudah mengakar dalam karakter nya. Membuat wanita paruh baya itu keras kepala.
Plak.
Wanita paruh baya itu menampar Angkasa dengan keras, sehingga menimbulkan suara nyaring. Dadanya bergemuruh hebat melihat anak yang telah dilahirkannya susah payah berperilaku kurang ajar padanya.
"Kalau tahu kamu dewasanya bakal jadi begini. Lebih baik mama tidak ngelahirin kamu dulu!" sentak wanita paruh baya itu memancing amarah Angkasa.
"Dan aku menyesal karena lahir dari rahim mama sepertimu?! Aku juga tidak mau dilahirkan kalau hanya untuk ditelantarkan?!" teriak Angkasa murka.
Matanya memerah dan berkaca-kaca menunjukkan kesedihan dan luka yang tak dapat dijabarkan dengan kata-kata.
Angkasa kesepian … dia hidup sendirian. Seperti anak yatim piatu. Orang tuanya sibuk dengan dunia masing-masing. Tanpa memperdulikan Angkasa.
"Kamu hanya lumpur yang tidak bisa menopang bangunan!" imbuh Angkasa dengan nada keras.
Sang ibu kembali murka mendengar kata kiasan Angkasa yang memiliki makna dalam.
Bermakna wanita itu tidak mampu membesarkan anaknya dengan baik.
"Kalau aku lumpur, kamu juga anak lumpur?!" jeritnya murka seraya menunjuk wajah Angkasa.
"Akkkk …?!" Angkasa menghancurkan semua barang yang berada di meja panjang dekat dinding luar kamarnya.
Tubuh sang ibu membeku melihat Angkasa mengamuk. Dirinya takut melihat kemarahan putranya yang sangat mengerikan.
Dia menutup mulutnya tak percaya melihat benda-benda mewah itu berjatuhan di lantai. Sebagian di antaranya hancur lebur.
Suara derap langkah terdengar. Di susul sebuah tendangan mengenai punggung Angkasa membuat pria itu terdorong menabrak meja lalu tersungkur atas pecahan kaca di lantai.
"Dasar monster, Sialan! Kalau tahu kau dewasanya jadi begini! Aku pastikan kau mati dari dulu!" maki sang ayah tanpa perasaan membuat Angkasa terdiam.
Dia mencengkram erat beling kaca yang berada di lantai. Tetesan darah keluar dari tangannya, beriringan dengan cairan bening keluar dari pelupuk matanya.
Orang tuanya benar-benar tega melukai mental dan fisik anaknya sendiri.
"Dan kau?! Dasar wanita bodoh yang tidak bisa mengurus satu anak dengan baik!" tunjuk pria paruh baya itu pada istrinya.
Ibu Angkasa mengepalkan tangannya erat. Dia membalas makian suaminya dengan kata-kata pedas.
"Aku?! Ini semua salahku?! Lalu apa salahmu, Sialan! Apa kau kekurangan cermin sehingga tidak bisa berkaca kalau kau lah yang paling salah. Benih yang kau tanam di rahimku adalah benih monster, sehingga anak yang ku lahiran menjadi monster tak berguna sepertinya!" balasnya kejam.
Angkasa tersenyum getir. Sampai kapanpun orang tuanya tidak pernah peduli padanya.
Dia hanyalah bukti kegagalan kedua orang tuanya.
"Jika sudah tidak saling cinta, bercerai saja, Sialan! Jangan malah membuat keributan di rumahku!" teriak Angkasa murka.
Rumahnya itu adalah pemberian sang kakek saat masih hidup dulu. Namun, ketenangan yang dirasakan oleh Angkasa saat bersama sang kakek dulu, telah dirusak oleh orang tuanya yang sering mampir untuk menjenguknya dan berakhir dengan pertikaian antar keduanya.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Berlagak seolah2 mereka yg paling benar.
2023-07-09
0
💥💚 Sany ❤💕
Ortu yg gak punya hati n perasaan. Kalian yg gak becus jadi Ortu, jangan salahkan anak. Anak cerminan dari Ortunya. Istilah orang, Ortu kencing berdiri...anak kencing berlari.
2023-07-09
1
nuraeinieni
aduh orang tua macam apa tuh
2023-06-27
1