Bab. 19

"Kenapa kau diam saja, Selena? Apa karena kejadian itu kau menjadi hilang ingatan? Sehingga kau tidak ingat dengan namamu sendiri?" Eliot terus mendesak Selena.

Gadis yang ada di depannya itu pun menundukkan kepalanya. Ia sadar kalau Eliot sudah mengetahui identitasnya.

"Maafkan saya, Tuan! Sebenarnya saya membutuhkan pekerjaan itu. Apakah setelah ini Tuan akan memecat saya?" Selena berbicara sambil tetap menundukkan kepala.

Gadis itu tidak berani untuk berbicara sambil menatap Eliot. Sedangkan Eliot sendiri sangat ingin untuk melihat Selena ketika gadis itu membuka mata.

"Klub malam itu sudah hangus terbakar. Aku tidak tahu apakah nantinya tempat itu masih bisa beroperasi atau tidak. Jadi kemungkinan besar, kau juga tidak akan bekerja di sana lagi." Penjelasan dari Eliot membuat Selena akhirnya menatap Eliot.

Kini keduanya saling berpandangan selama beberapa detik. Sampai akhirnya Selena mengakhiri tatapan mata itu. Selena menyadari bahwa ia tidak akan bisa bekerja lagi. Itu artinya dia pengangguran sekarang.

"Orang yang berniat jahat kepada anda malam itu. Saya melihatnya, Tuan. Walaupun nanti saya tidak tahu apakah saya masih bisa kerja atau tidak Tapi saya tahu siapa orang yang membakar gedung klub malam Anda," ungkap Selena.

Mendengar pernyataan dari Selena, Eliot tertarik. Laki-laki itu kemudian duduk di atas ranjang kesakitan Selena. Kini mereka berdua terlibat pembicaraan yang serius.

"Berapa jumlah orang itu?" Tanya Eliot.

"Dua orang. Mereka adalah penjaga klub malam milik Anda." Selena menjawab tanpa ragu.

"Apa? Penjaga grup malamku sendiri?" Eliot tidak mampu menahan rasa terkejutnya. Laki-laki itu sangat terkejut lantaran orang yang menjadi pelaku pembakaran belum malam miliknya itu ternyata orang terdekatnya.

"Saya mengenalinya, Tuan! Jelas sekali itu mereka. Tidak mungkin saya salah! Mereka memukul saya ketika mereka menyadari keberadaan saya. Jadi waktu itu ketika saya ingin memberitahu Anda mereka sudah memukul saya. Mungkin mereka ingin saya mati supaya tidak ada saksi mata yang melihatnya," pungkas Selena.

Mendengar kata-kata Selena, Eliot secara mendadak dirundung amarah. Laki-laki itu tidak terima apabila dua penjaga itu hampir saja membuat Selena mati terpanggang.

Beruntungnya dirinya ada di tempat itu dan belum pulang. Bagaimana bila Elliot pulang? Jelas Selena sudah menjadi mayat.

Eliot mengepalkan kedua tangannya. Ia kemudian mengambil handphone dan kemudian menghubungi Kay. Di sana Elliot mengirimkan pesan untuk Kay. Supaya mencari tahu keberadaan dua penjaga club malam miliknya itu.

"Sekarang aku harus bagaimana? Jelas Tuan Eliot tidak akan memberikan pekerjaan kepadaku. Karena tempat itu sudah dibakar orang. Melihat kondisiku dan Tuan Eliot. Sepertinya mereka memang sudah berhasil meratakan klub malam itu dengan tanah. Sekarang aku harus bagaimana?" Selena membatin dan kemudian mendesah gelisah.

Selena sedih. Sekarang dia menjadi pengangguran lagi. Kemana Selena akan mencari pekerjaan? Sedangkan sebelumnya Selena sudah mati-matian mencari pekerjaan.

Tidak mungkin Selena dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Pasti akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendapatkan gaji. Apalagi tenggat hutang kedua orang tuanya sudah mendekati.

Padahal baru saja Selena bertekad akan mengumpulkan bonus yang diberikan oleh pelanggan pada Selena.

Namun sekarang apa yang harus Selena lakukan? Selena sedikit menyesali apa yang terjadi. Sebab bonus yang diberikan oleh pelanggan cukup besar. Bahkan Selena sudah mendapatkannya berkali-kali.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Eliot.

Laki-laki itu penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Selena. Eliot Ingin lebih mengenal Selena. Bahkan Gadis itu sangat cantik tanpa polesan make up sedikitpun.

"Sangat jarang sekali menemukan gadis seperti dirinya. Bahkan baru melihatnya kedua kalinya seperti ini saja sudah membuatku jatuh cinta. Sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan? Tidakkah dia berpikir bahwa dia sangat cantik untuk ukuran gadis miskin sepertinya?" Eliot membatin sembari berpikir.

Tidak mungkin rasanya Selena yang memiliki kecantikan sedemikian rupa berasal dari keluarga miskin. Tapi Eliot mendadak juga tersadar bahwa ia tidak tahu apapun tentang Selena.

"Jangan mengkhawatirkan apapun. Mungkin pelaku sebentar lagi juga akan tertangkap. Untungnya aku menemukanmu tepat waktu. Mungkin jika aku tidak segera menyadari kejadian itu kita berdua sudah tewas terpanggang." Eliot memecah kesunyian. Laki-laki itu masih memandang Selena yang melamun.

"Saya menjadi seorang pengangguran. Apakah Anda akan mendesak saya untuk mencicil uang ganti rugi dari vas bunga yang waktu itu saya pecahkan, Tuan?" Selena bertanya tentang uang ganti rugi dari kesalahannya di masa lalu. Mendengar apa yang dikatakan oleh Selena membuat Eliot terkesima.

"Jadi kau mengkhawatirkan atas vas bunga yang waktu itu kau pecahkan?" Eliot tidak bisa menahan diri untuk bertanya tentang kekhawatiran Selena. Namun kenyataannya Selena malah menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Kau itu hampir mati! Kau hampir kehilangan nyawamu! Mengapa kau masih harus berpikir tentang ganti rugi atas vas bunga yang kau pecahkan waktu itu?" Eliot melampiaskan amarahnya.

Bisa-bisanya Selena yang baru saja selamat dari maut itu malah lebih khawatir akan cicilan ganti rugi vas bunga. Eliot memutar bola mata kesal. Sungguh Eliot tidak menyangka jika pikiran Selena sangat dangkal.

"Tentu saja saya harus memikirkannya juga, Tuan. Kalau saya pengangguran, bagaimana saya bisa membayar cicilan itu? Saya juga butuh uang buat makan." Selena membela diri.

Ia tidak ingin Eliot terus menyalahkannya. Eliot mengusap wajahnya dengan kasar. Ia memilih untuk mengalah saja. Sebab sepertinya Selena tidak bisa melupakan tanggung jawabnya. Sejenak keheningan menyapa mereka berdua. Tidak ada yang bersuara selang beberapa waktu.

"Apakah kau benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan?" Tiba-tiba saja Eliot bertanya tentang keinginan Selena.

"Manusia membutuhkan makanan. Apakah saya tidak makan? Anda sangat lucu, Tuan." Selena pun menyahut dengan ketus. Rasanya cukup menjengkelkan karena Eliot masih saja bertanya tentang keinginannya mencari pekerjaan.

"Tadinya aku ingin berterima kasih kepadanya. Tapi ternyata dia masih saja suka mengejekku. Dasar!" Selena menggerutu dalam hati.

Padahal dirinya baru saja terbaru dari pingsan. Akan tetapi Eliot terus saja ingin membuatnya kesal. Kembali lagi Selena terus berpikir apa yang harus ia lakukan.

Mengumpulkan uang sebanyak yang diminta oleh para rentenir itu cukup mustahil. Tadinya ia sudah berharap akan memiliki kesempatan untuk melunasi tunggakan itu. Karena setelah Selena memikirkannya bonus yang diberikan oleh pelanggan cukup besar apabila dikumpulkan selama satu bulan.

"Kalau kau benar-benar membutuhkan pekerjaan, bagaimana kalau kau bekerja padaku? Aku akan memberimu pekerjaan," tawar Eliot. Mendengar tawaran dari Eliot seketika raut muka Selena berubah.

"Anda membutuhkan orang, Tuan Eliot? Apakah Anda akan memberikan saya gaji? Jika saya ikut dengan Anda takutnya malah Anda tidak membayar saya. Saya juga butuh makan, Tuan," kesal Selena.

"Ya. Aku akan membayarmu. Tapi, kau juga harus mencicil vas bunga itu. Jadi, aku akan memberimu gaji bersih setelah potongan utang!" Eliot tersenyum lebar.

Dengan begini maka Eliot memiliki kesempatan untuk mendekati Selena. Daripada Selena harus bekerja pada orang lain. Bukankah lebih baik Selena bekerja padanya? Namun, Eliot sedikit was-was. Karena Selena tidak langsung menyanggupinya.

"Apalagi yang sedang dia pikirkan?" tanya Eliot dalam hati.

"Tawaran yang dia berikan lumayan. Tapi, aku juga harus menyimpan uang untuk membayar rentenir. Bagaimana ya? Apa sebaiknya aku terima saja? Sementara aku akan tetap mencari pekerjaan sambil bekerja padanya," batin Selena.

"Kenapa kau seperti itu? Wajahmu terlihat menyebalkan!" gerutu Eliot.

"Baiklah! Saya setuju. Tapi, saya akan bekerja sebagai apa?" Selena akhirnya menyetujui tawaran Eliot.

"Sebagai pembantu di rumahku," sahut Eliot.

"Tunggu, apa?" Selena kaget bukan main. Jika sebagai pembantu rumah tangga, bukankah gajinya sangat sedikit? Mendadak Selena kembali pusing.

"Bagaimana? Kalau club milikku sudah bisa beroperasi, aku akan memberimu kesempatan untuk bekerja di sana." Eliot kembali mendesak Selena. Jangan sampai Selena berubah pikiran. Akan tetapi, Selena masih terus berpikir.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku memberimu potongan untuk harga vas bunga yang kau pecahkan waktu itu? Jadi, aku akan memberikan harga 50% untuk vas bunga itu. Bagaimana? Setuju?" Eliot berdebar menantikan jawaban Selena.

"Ya! Aku setuju!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!