Selena bernapas lega. Ia bisa kabur dari wanita-wanita paruh baya itu. Tubuh Selena bergetar. Gadis itu tidak habis pikir bagaimana bisa para wanita itu bersenang-senang seperti itu? Selena meneguk ludahnya sendiri.
"Kenapa dengan wajahmu itu? Apa kau berlarian sehingga napasmu ngos-ngosan begitu?" Romi menegur Selena yang baru saja tiba dengan napas terengah-engah.
Selena pun meletakkan nampan. Gadis itu menghirup udara sebanyak-banyaknya supaya ia bisa menenangkan diri. Namun, Selena tersentak kaget ketika Kay tiba-tiba menyentuh pinggangnya.
"Hai Berto! Bagaimana kabarmu? Aku sudah mencarimu kemana-mana. Tapi kau tidak ada. Aku akan memesankan minumanmu untukmu. Romi cepat buatkan minuman tanpa alkohol untuk Berto." Kay tiba-tiba meminta Romi untuk membuatkan Bento minuman. Dengan kuat Selena segera memelintir tangan Kay yang berada di pinggangnya.
"Saya masih normal, Tuan! Dan juga jangan memesankan minuman untuk saya! Saya tidak terbiasa minum minuman seperti itu! Jika saya ingin minum sesuatu, saya akan meminta kepada Romi sendiri." Selena pun pergi meninggalkan meja bartender.
Ia kembali sibuk dengan cucian gelas-gelas kotor yang ada di wastafel. Kei yang melihat penolakan dari Selena memilih untuk tetap di tempatnya. Laki-laki itu terus mengawasi Selena dari kejauhan.
"Kenapa kau terus melihatnya seperti itu? Bisa-bisa matamu copot!" Romi menegur Kay yang terus menatap Selena dari tempatnya.
"Aku memiliki mata. Jadi aku bebas untuk melihat siapapun. Mana minumanku?" Kay berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan. Akhirnya membuat Romi teralihkan.
Tak lama kemudian Romi kedatangan tamu lagi. Ia pun sibuk kembali dengan pelanggan pelanggan yang baru saja datang. Anak-anak muda memang menyukai tempat itu. Bahkan klub milik Eliot ini merupakan tempat yang paling populer pada kalangan anak muda.
"Tuan Romi. Di mana Berto? Tuan Eliot memerintahkan saya untuk memanggil Berto. Entah mengapa suasana hati Tuan Eliot tidak bersahabat." Seseorang tiba-tiba saja datang dan mencari Berto.
Romi mengenalinya. Ia tahu bahwa laki-laki yang datang dan mencari Berto itu merupakan kaki tangan dari Eliot.
"Berto? Dia ada di sana! Kau bisa mencarinya." Romi menunjuk kepada Selena yang sedang mencuci piring.
"Berto!" teriaknya. Laki-laki itu datang menghampiri Selena dan hendak menarik paksa Selena.
"Eh? Ada apa? Kenapa kau kasar?" ketus Selena.
"Dengar, aku tidak tahu kesalahan apa yang sudah kau lakukan. Tapi, Tuan Eliot seharian ini terus membuat teman-temanku yang lain kesusahan. Jadi, jangan banyak bertanya dan ayo ikut aku. Jika aku terlalu lama mencarimu leherku yang akan menjadi taruhannya, Berto!" bentak anak buah Eliot itu.
"Gery, sebagai bodyguard Tuan Eliot kau seharusnya tahu karakter bosmu itu. Kalau sudah tahu Tuan Eliot marah, kau kan bisa berpura-pura tidak menemukanku!" Selena terlalu takut untuk bertemu dengan Eliot.
Sebab sejak kemarin Eliot terlalu mengintimidasinya. Selena bingung bagaimana ia harus menghadapi Eliot yang seperti mencurigainya.
Namun, Gery tidak menyahut. Ia lalu menarik tangan Selena dengan paksa dan membawa Selena masuk ke dalam ruangan Eliot. Selena sudah berusaha memberontak. Tapi, tenaga Gery sebagai bodyguard Eliot itu tidak bisa diremehkan.
"Kenapa kau seperti ketakutan begitu, Berto?" Suara Eliot menginterupsi.
Membuat Selena memejamkan kedua matanya dengan reflek. Gadis itu membeku tepat di tengah-tengah ambang pintu ruangan Eliot.
"Apa kau sudah membuat kesalahan, Berto?" Nada suara Eliot terdengar berat.
"Tidak. Sa-saya tidak membuat kesalahan apapun, Tuan Eliot!" Selena menundukkan kepala. Gadis itu tidak berani menatap mata Eliot yang menyorot tajam.
"Kalau begitu kenapa kau takut untuk bertemu denganku? Aku memanggilmu ke sini karena ingin kau memijatku. Rasanya tubuhku sangat lelah sekali," ucap Eliot.
"Hah?" Selena terbengong. Telinganya masih berfungsi dengan baik bukan?
"Apa Tuan Eliot memintaku untuk memijatnya?" tanya Selena dalam hati.
Brak! Eliot memukul meja dengan keras. Tubuh laki-laki itu berdiri. Ia menatap penuh amarah kepada Selena.
"Yo! Apa telingamu tuli? Aku memintamu untuk segera memijatku! Kenapa kau sangat bodoh sekali ha? Atau kau ingin aku memperhitungkan semua kerugianku saat menerima kedatanganmu untuk pertama kalinya begitu ha? Jawab!" Eliot meninggikan suaranya. Entah mengapa Eliot bahkan tidak pernah semarah itu.
"Ya Tuhan, sebenarnya dia ini kenapa sih? Mengapa dia sangat marah? Padahal aku tidak melakukan apapun," batin Selena.
"Hei! Apa aku perlu membersihkan telingamu supaya kau bisa mendengarkan perintahku?" bentak Eliot.
"I-iya, Tuan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments