Bab. 15

"Bukan begitu, dia ini kan lagi semangat bekerja. Kau jangan mematahkan semangat Berto seperti itu, Eliot. Dia ini kan temanku. Apa tidak boleh aku membela teman?" Kay tersenyum canggung. Ia mencoba untuk tetap tenang walaupun tegang.

"Jadi, dia masih tidak ingin membuka rahasia si Berto palsu ini?" Eliot membatin kesal.

Sedangkan Selena berdiri dengan hati yang berdebar. Gadis itu menunggu Eliot membalas kata-kata Kay. Selena takut kehilangan pekerjaannya. Walaupun tidak mendapatkan gaji tetap, tapi tips yang diberikan oleh pelanggan cukup lumayan.

"Ya Tuhan! Bagaimana ini? Kalau aku kehilangan pekerjaan, aku harus mencari pekerjaan kemana? Tips yang diberikan oleh pelanggan cukup besar," batin Selena dalam hati.

"Apa kau tidak memiliki alasan lain karena sudah membela Berto? Ayolah Kay! Kau pasti tahu alasan mengapa kau bertingkah seperti itu!" Eliot memaksa Kay untuk mengungkapkan kebenarannya.

"Tidak ada. Bukankah Berto bukan karyawan tetap di sini?" Kay mulai mengungkit bahwa Selena bukan karyawan tetap di klub malam itu.

Tentu saja Eliot tahu apa maksud dari pembelaan yang dilakukan oleh Kay. Mau tak mau Elliot harus menyudahi intimidasinya terhadap Selena. Laki-laki itu pun duduk kembali di kursi kebesarannya.

"Mau bagaimanapun dia harus menyelesaikan apa yang ada di sini." Eliot akhirnya menghentikan perdebatannya dengan Selena.

Ingin sekali dia menghukum Selena dengan lebih berat lagi. Namun Kay memberikan peringatan kepada dirinya supaya tidak bersikap seenaknya kepada Selena.

Padahal Selena bisa berada di sana karena sudah memecahkan barang berharganya. Sedangkan barang tersebut memiliki nilai puluhan juta.

"Itu tidak masalah! Tuan Kay, Terima kasih karena sudah membantu saya. Tapi saya memiliki tanggung jawab untuk merapikan semua yang ada di sini." Selena memilih untuk berdamai.

Ia tidak ingin menyulut emosi Eliot lagi. Gadis itu tersenyum. Supaya Kay bersedia untuk tidak memperpanjang masalah ini. Tentu saja Kay bisa melihat jika Selena tertekan. Dia pun akhirnya pamit undur diri.

"Ya sudah. Aku pergi dulu. Kau selesaikan pekerjaanmu." Kay mengalah. Laki-laki itu pergi meninggalkan ruangan Eliot. Bahkan Kay sama sekali tidak menyinggung Eliot.

Selena bernapas lega. Dalam hati ia akan lebih berhati-hati lagi. Dari ekor mata, Selena melirik ke arah Eliot. Gadis itu memilih segera merapikan tempat itu. Tanpa Selena sadari, Eliot terus mengawasi gerak geriknya.

"Selamat. Kali ini gadis ini selamat. Entah sampai di batas mana Kay dan gadis ini berhubungan dekat. Tapi kalau gadis itu kekasih Kay, mustahil Kay akan membiarkan kekasihnya bekerja di tempat ini. Lalu, seperti apa hubungan mereka?" batin Eliot dalam hati.

Selena terus bekerja. Ia tidak lagi mengeluh. Sebab Selena takut jika Eliot akan berulah lagi. Terlebih Selena juga tidak ingin terlalu diperhatikan oleh Zack maupun Kay. Dua laki-laki yang mendekati dan mengetahui identitas asli Selena. Itu cukup membuat Selena kewalahan.

"Akhirnya selesai juga!" Selena mengusap keningnya yang basah karena keringat.

Senyuman pun tersungging di keningnya. Walaupun ia sangat kesal mendapatkan perintah yang aneh-aneh dari Eliot, Selena bersyukur sekarang sudah selesai.

"Eh, sebentar lagi akan pulang?" Senyuman Selena menghilang. Kedua matanya melotot begitu ia melihat jam yang menempel di dinding.

"Aku harus bersiap untuk pulang!" gumam Selena.

"Mau kemana kau?" tanya Eliot.

Selena mengurungkan niatnya memutar handle pintu. Gadis itu membalikkan tubuhnya. Sekali lagi Selena melirik ke jam dinding. Tidak salah. Tiga puluh menit lagi sudah waktunya untuk pulang.

"Tentu saja saya bersiap untuk pulang, Tuan Eliot!" jawab Selena.

"Pulang? Apa kau bercanda? Lihat lantai yang ada di ruanganku, Berto!" Eliot mulai membentak Selena.

"Eh?" Selena bingung dengan maksud Eliot.

"Kau tidak boleh pulang, sebelum kau membersihkan lantai ini!" perintah Eliot.

"Ap-apa?" Selen terkejut bukan main. Gadis itu melongo saking terkejutnya.

"Si*l! Tuan Eliot benar-benar kejam!" batin Selena dalam hati.

Rasa kesal kembali hadir menyelimuti hati Selena. Lagi-lagi Eliot memiliki niat untuk berseteru dengannya.

"Kenapa kau diam saja? Bukankah lebih cepat jika kau bergerak sekarang?" Eliot memberikan peringatan kepada Selena.

Dengan tangan terkepal, Selena harus menjalan perintah dari Eliot. Gadis itu mulai pergi dari tempatnya. Sesekali matanya menatap tajam ke arah Eliot.

"Benarkah Tuan Eliot manusia? Dia sangat kejam sekali!" Selena menggumam lirih sambil dia mengambil alat pel. Bibir gadis itu mengerucut ke depan. Sungguh si*l Selena hari ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!