Hunter System
[“Tuan, salah satu quest harian Anda belum selesai. Waktu penyelesaian hanya tersisa tiga jam dari sekarang,”]
Terdengar sebuah suara pria mekanik di dalam kepala ku.
Suara dari sebuah Sistem Hunter yang telah menyatu dengan ku, setelah aku hampir saja tewas dalam kegagalan raid di dalam sebuah Dungeon.
...****************...
“Hei Alvin! Alvin...!”
Dalam tidurnya, sayup-sayup Alvin dapat mendengar suara seorang wanita yang sudah sangat akrab di telinganya.
Tak lama kemudian, akibat goncangan keras yang ia rasakan, Alvin akhirnya membuka kedua mata dan langsung terduduk di atas ranjangnya.
“Gempa Bumi?!”
Alvin hendak turun dari tempat tidur, namun membatalkan niatnya saat melihat Vina, kakaknya, duduk di tepi ranjang sambil tertawa cekikikan.
Ia akhirnya menyadari bahwa getaran yang terasa seperti sebuah gempa tadi pasti ulah Vina yang berusaha membangunkan dirinya dengan mengguncang-guncankan tubuhnya.
"Oh, wajah mu sangat lucu," ejek Vina, yang kemudian tertawa lagi.
Alvin menatap Vina dengan marah, seraya memegangi kedua pipinya yang terasa panas dan sakit.
“Bisakah kau membangunkan ku dengan sedikit lembut?!” Umpat Alvin.
“Tsk... Alarm mu sudah berbunyi sejak tadi dan aku melihat notifikasi ‘janji penting’ di layar ponsel mu. Harusnya kau berterima kasih pada ku!" Sahut Vina dengan suara lebih keras, sembari berdiri dan pergi menuju pintu kamar.
“Setidaknya, bisakah kau tidak memukuli wajah ku juga?” protes Alvin lagi, dengan perasaan mendongkol.
Dari rasa sakit yang tersisa di kedua pipinya, ia tahu, Vina pasti memukulnya juga.
“Bukankah kau seorang hunter? Ku dengar hunter tidak akan terpengaruh oleh pukulan manusia normal walau pukulan itu dilakukan dengan sekuat tenaga." Sahut Vina tanpa berpaling dan terus berjalan menuju pintu.
Alvin menatap punggung Vina, masih dengan perasaan kesal. Namun, ia tidak menanggapi ucapan kakaknya lagi.
'Yah, lagian dia tidak tahu kalau adiknya adalah hunter payah yang selalu di ejek hunter lain.'
Saat ia sudah berada di ambang pintu, Vina berhenti dan berbalik.
“Besok peringatan hari kematian ibu. Ayah mungkin akan pulang. Ku harap kau juga tidak pulang terlambat," ucap Vina, mengingatkan.
Alvin tidak menanggapinya lagi, namun ada sedikit perubahan pada ekspresi wajahnya yang tadinya terlihat marah, menjadi lebih tenang.
Tidak mendapatkan tanggapan lagi, Vina kembali berbicara pada adiknya itu, "Kau ingin melakukan raid lagi, kan?"
"Ya."
Vina menghela nafas panjang, khawatir dengan keselamatan saudara satu-satunya itu. "Hati-hati, ok?"
Alvin hanya menanggapi dengan tersenyum tipis. Ia tahu, Vina khawatir padanya yang selalu pulang dalam keadaan terluka lumayan parah setelah melakukan raid.
......................
Alvin Rufino yang kini telah berusia 25 tahun, lahir tepat 3 hari setelah kemunculan gerbang Dungeon pertama di dunia.
Saat itu, gerbang Dungeon yang membawa petaka bagi umat manusia di seluruh dunia, telah membuat umat manusia kehilangan hampir setengah dari populasinya.
Untungnya, selain kehadiran gerbang yang membawa para monster menginvasi umat manusia, di barengi juga dengan adanya kebangkitan manusia sebagai seorang manusia super, yang nantinya akan dikenal dengan nama hunter.
Jika tidak, mungkin populasi manusia saat ini telah musnah seluruhnya.
Namun, mendapatkan kebangkitan untuk menjadi seorang hunter, tidak otomatis menjadikan orang itu istimewa.
Tidak semua orang yang telah di bangkitkan akan mendapat kekuatan yang sangat luar biasa.
Di antara mereka, ada hunter yang mendapatkan kekuatan sangat biasa, bahkan ada yang mendapatkan kekuatan yang sangat lemah, hingga hampir tidak ada bedanya dengan manusia normal pada umumnya.
Sialnya, Alvin berada di antara barisan hunter sangat lemah tersebut.
Akibat terlalu lemah, Alvin bahkan sudah mengalami kesulitan saat masih berada di Akademi Hunter, saat ia mengikuti pelatihan untuk menjadi hunter profesional.
Malah, ia hampir saja tidak lulus seandainya seseorang tidak memberinya rekomendasi.
Setelah ia menjadi hunter profesional pun, Alvin sering diintimidasi dan di hina oleh rekan-rekannya karena kelas hunter yang ia miliki bisa di katakan hampir tidak berguna.
Seorang Healer dengan peringkat F. Peringkat terendah dalam sistem peringkat para hunter.
“Jika kau mengalami kebangkitan awal di peringkat F, setidaknya jadilah hunter tipe apa pun selain Healer. Kemampuan mu hampir tidak berguna!!!"
Itulah kata-kata yang selalu di ucapkan salah seorang hunter dari Asosiasi, Brondy Lewis, yang selalu mengejeknya.
...****************...
Alvin tiba lebih awal di area gerbang Dungeon yang telah di jaga ketat oleh para hunter dari Asosiasi, di bandingkan 6 hunter sewaan lain yang juga akan berada dalam tim raidnya.
Saat dia baru memasuki kawasan yang telah di jaga ketat tersebut, ia langsung mendapatkan tatapan tidak senang dari dua hunter Asosiasi yang sedang duduk mengobrol di dekat gerbang.
Alvin bahkan mendengar salah satu dari mereka langsung membicarakan dirinya dengan sangat merendahkan.
'Tsk... Brondy Lewis lagi.'
Tanpa memerdulikan hinaan dari orang yang selama 5 tahun ini selalu berusaha menghancurkan mentalnya, Alvin berjalan terus menuju meja petugas identifikasi identitas hunter untuk melakukan regristasi.
Bisa dikatakan, ia sudah kebal dengan hinaan yang selalu Brondy dan teman-temannya lakukan. Alvin tahu, Brondy akan selalu menghinanya setiap dia memiliki kesempatan.
“Astaga, kenapa mereka memanggilnya lagi? Sial, jika aku tahu dia ikut, aku akan mengambil cuti hari ini!” Umpat Brondy, sembari menatap Alvin dengan tatapan menghina.
“Hei, pelankan suara mu. Dia bisa mendengarnya.” Tegur hunter lain yang duduk di sebelah Brondy.
“Apa peduli ku? Aku hanya mengatakan sebuah kebenaran.” Sahut Brondy.
“Dia mungkin akan menyerah menjadi seorang hunter jika orang-orang selalu mengejeknya.” Pria itu menambahkan.
Mendengar ucapan hunter itu, Alvin tersenyum sinis. Ia tahu, rekan Brondy itu hanya ingin terlihat baik di mata orang lain. Padahal, di dalam hatinya, dia mungkin mengejek dengan lebih kasar lagi.
Mereka berada di Akademi Hunter yang sama selama 4 tahun. Jadi, Alvin sudah mengenal baik sifat orang-orang itu.
Alvin yang sudah biasa di ejek, bahkan tahu perbedaan sebuah ejekan atau rasa simpati yang ditujukan padanya. Dan sepengetahuannya, hanya ada 1 orang di Akademi yang benar-benar peduli pada dirinya dengan tulus.
“Justru aku mengatakannya agar dia mendengar dan merasa malu! Akan lebih baik jika orang sepertinya melupakan impian untuk menjadi seorang hunter. Kemampuannya benar-benar tidak berguna!" Ucap Brondy, yang mulai berbicara dengan nada suara lebih tinggi.
“Hei, sudahlah...”
“Aku juga heran, kenapa kapten tim memintanya untuk dimasukkan dalam tim raid kita.”
Bukan hanya Alvin, semua petugas dari Asosiasi Hunter kini dapat mendengar apa yang dibicarakan kedua hunter tersebut.
“Jangan patah semangat hanya karena omongan seperti itu, ok? Berjuanglah untuk menaikkan peringkat mu. Suatu saat nanti, kau akan membungkam mulut orang-orang yang merendahkan mu itu.” Ucap wanita muda, petugas identifikasi identitas hunter, seraya mengembalikan kartu pengenal Alvin padanya.
Alvin menerima kembali kartunya dan tersenyum tipis pada wanita itu tanpa menanggapi kata-kata penyemangat yang diberikan olehnya.
‘Tsk..., mata mu mengatakan hal yang berbeda.’
Alvin langsung pergi menjauh setelahnya. Ia tahu, wanita itu hanya mengatakan hal baik seperti itu di depannya saja. Justru orang sepertinyalah yang biasanya membicarakan hunter-hunter lemah seperti Alvin di belakang dengan lebih menyakitkan.
......................
Enam hunter sewaan lain, yang semuanya berperingkat D, akhirnya tiba 1 jam setelah kedatangan Alvin.
Di antara mereka, ada seorang gadis berparas manis yang langsung berlari menghampiri Alvin dan mengagetkannya saat Alvin sedang asik mendengarkan lagu lawas melalui earphonenya.
“Alvin!” Seru gadis itu seraya menepuk keras pundak Alvin.
Dibuat terkejut seperti itu, tentu saja membuat Alvin mendongkol. Ia menatap wajah Shiva Kania, satu-satunya teman masa kecil bahkan bisa dikatakan satu-satunya teman yang ia miliki, dengan marah.
“Bisakah kau menyapa tanpa mengagetkan orang?"
“Oh, maaf sudah mengagetkan mu.”
Shiva kemudian tertawa cekikikan sembari menutup mulut dengan satu tangannya.
Pada saat itu, Borndy datang mendekat.
“Kau temannya, kan? Ku harap kau bisa menjaga pecundang ini dengan baik dan tidak merepotkan kami.” Ucap Brondy pada Shiva, sengaja ingin mencari perhatian dari gadis itu.
Alvin yang masih duduk beralaskan tanah, mendongak menatap Brondy, hanya untuk memberikan tatapan menghina pada pria tersebut. Ia tahu, Brondy selalu berusaha untuk mendekati Shiva, namun Shiva juga selalu mengabaikannya.
"Kau berani menatap ku seperti itu?!" Umpat Brondy, tidak senang dengan tatapan mengejek Alvin, padanya.
Karena nyaringnya suara Brondy saat ia membentak Alvin, semua orang yang berada di situ dapat mendengar, lalu mereka pun menoleh ke arah datangnya suara dengan hampir bersamaan.
Suasana pun menjadi tegang seketika.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
.
2024-09-24
0
Another Heaven
good!
2024-09-18
1
Yeyi
kangen jd baca ulang. butuh cerita santai seperti ini 🥰
2024-09-02
5